MAKALAH
METODOLOGI PENELITIAN MATEMATIKA
tentang
Teknik
Pengumpulan Data dan Instrumen dalam Penelitian Kuantitatif
Disusun
oleh:
Muhammad
Imam Ashari Rambe :
1614040023
Chintia : 1614040024
Silfia
Sutri Insani : 16140400??
Nadiya
Mailuri : 16140400??
Dosen
pengampu:
Dr.
Rozi Fitria, M.Pd
JURUSAN
TADRIS MATEMATIKA - A
FAKULTAS
TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI IMAM BONJOL
PADANG
TP:
2018/2019 M
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Satu hal penting yang menentukan kualitas hasil penelitian,
yaitu kualitas data dimana kualitas data ini dipengaruhi oleh kualitas
instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. Kualitas instrumen penelitian
berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan kualitas pengumpulan
data berkenaan dengan ketepatan dan cara-cara yang paling digunakan untuk
mengumpulkan data. Dengan demikian, istrumen yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya,
belum tentu dapat menghasilkan data yang valid dan reliabel, bila instrumen
tersebut tidak digunakan secara tepat dalam proses pengumpulan datanya.
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting,
berbagai sumber, dan berbagai cara. Didasarkan pada setting-nya,
data dapat dikumpulkan pada setting alamiah, pada laboratorium dengan
metode eksperimen, dikelas atau dikantor dengan berbagai responden dan
sebagainya. Untuk lebih jelas lagi akan dibahas pada makalah ini dengan judul “Teknik
Pengumpulan Data dan Instrumen dalam Penelitian Kuantitatif”.
B. Rumusan Masalah
- Apa pengertian teknik pengumpulan data ?
- Apasaja macam-macam teknik pengumpulan data ?
- Bagaimana instrumen dalam penelitian kuantitatif ?
C. Tujuan
1. Mengetahui
pengertian teknik pengumpulan data.
2. Mengetahui
macam-macam teknik pengumpulan data.
3. Mengetahui
instrumen dalam penelitian kuantitatif.
BAB II
PENJELASAN
A. Pengertian Teknik Pengumpulan
Data
Menurut Jhonson &
Christensen (2000: 126), method of collection data is technique for
physically obtaining data to be analyzed in a research study. Metode
pengumpulan data diartikan sebagai teknik untuk mendapatkan data
secara fisik untuk dianalisis dalam suatu studi penelitian.[1]
Pengumpulan data dapat
dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila
dilihat dari settingnya, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah (natural
setting), pada laboratorium dengan metode eksperimen, di rumah dengan berbagai
responden, pada datanya, maka pengumpulam datanya, maka pengumpulan data dapat
menggunakan sumber primer, dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber
data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder
merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data,
misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Selanjutnya bila dilihat dari
segi cara atau teknik pengumpulan data.
B. Macam-macam Teknik Pengumpulan
Data
Penelitian disamping perlu
menggunakan m etode yang tepat, juga perlu memilih teknik dan alat pengumpulan
data yang relevan. Penggunaan teknik dan alat pengumpul data yang tepat
memungkinkan diperolehnya data yang objektif. Di bawah ini akan diuraikan
teknik penelitian sebagai cara yang dapat di tempuh untuk mengumpulkan data.
1.
Teknik Observasi
Observasi adalah teknik
pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung maupun tidak tentang
hal-hal yang diamati dan mencatatnya pada alat observasi. Observasi sebagai
teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan
teknik lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka
observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga objek-objek alam yang lain.
Observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses
kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.[2]
a.
Macam-macam Observasi
1)
Dari segi pelaksanaan pengumpulan data.
a)
Observasi Berperan Serta ( participant observation). Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang
yang sedang diamati atau digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil
melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber
data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan partisipan ini, maka data yang
diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna
dari setiap perilaku yang nampak.
b)
Observasi Nonpartisipan. Dalam
observasi ini, peneliti tidak terlibat langsung dengan aktivitas orang-orang
yang sedang diamati, maka dalam observasi nonpartisipan peneliti tidak terlibat
dan hanya sebagai pengamat independen.
2)
Dari segi instrumentasi yang digunakan
a)
Observasi Terstruktur. Observasi terstruktur
adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan
diamati, kapan dan dimana tempatnya. Jadi observasi terstruktur dilakukan
apabila peneliti telah tahu dengan pasti tentang variable apa yang akan
diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti menggunakan instrument penelitian
yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya.
b)
Observasi Tidak Terstruktur. Observasi
tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis
tentang apa yang telah diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak
tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan
peneliti tidak menggunakan pengamatan peneliti tidak menggunakan instrumen yang
telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan.[3]
b.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan observasi
1)
Pemilikan pengetahuan yang cukup mengenai objek yang akan diobservasi
2)
Pemahaman tujuan umum dan tujuan khusus penelitian yang dilaksanakannya.
3)
Penentuan cara dan alat yang dipergunakan dalam mencatat data.
4)
Penentuan kategori pendapatan gejala
yang diamati, apakah dengan mempergunakan skala tertentu atau sekedar mencatat
frekuensi munculnya gejala tanpa klasifikasi tingkatannya.
5)
Pengamatan dan pencatatan harus dilakukan secara cermat dan kritis, maksudnya
diusahakan agar tidak ada satupun gejala yang lepas dari pengamatan.
c.
Keuntungan menggunakan observasi sebagai teknik pengumpulan data
1)
Observasi dapat meringankan beban subjek penelitian (yang diobservasi),
karena mereka tidak harus mengerjakan apa-apa. Observant (yang diobservasi)
dapat melakukan seperti yang ia kerjakan sehari-hari tanpa harus dibuat-buat,
dan observer mengamati serta mencatatnya pada alat observasi.
2)
Dengan observasi, observer tidak memerlukan bahasa verbal sebagai alat
utama pengumpul data, melainkan alat lain yang lebih praktis yang efisien,
bandingkan dengan wawancara yang menuntut kemampuan peneliti untuk mengungkap pendapat
atau opini subjek penelitian.
3)
Data yang diperoleh melalui observasi akan lebih akurat dan objektif sebab
subjek penelitian akan melakukan dan bekerja apa adanya.
4)
Observasi dapat digunakan untukmengecek kebenaran data yang diperoleh
dengan teknik lain seperti wawancara dan angket.
d.
Kelemahan menggunakan observasi sebagai teknik pengumpulan data
1)
Banyak hal atau gejala-gejala tingkahlaku yang tidak dapat diungkap dengan
observasi (tidak dapat diamati), terutama hal-hal yang bersifat pribadi dan
bersifat rahasia.
2)
Bagi observant (yang diobservasi)
yang mengetahui bahwa dirinya sedang diamati (diobservasi), ada kecenderungan
melakukan kegiatan yang dibuat-buat dan berpura-pura sehingga tidak sesuai
dengan kenyataan yang sebenarnya.
3)
Apabila yang diamati mengenai gejala-gejala tingkah laku, maka akan sulit
bagi observant untuk bertindak secara objektif.[5]
2.
Teknik Wawancara ( Interview)
Wawancara (interview) adalah
teknik penelitian yang dilaksanakan dengan cara dialog, baik secara langsung
(tatap muka) maupun melalui siaran media tertentu antara pewawancara dengan
yang diwawancarai sebagai sumber data.
a.
Macam-macam Teknik wawancara (interview).
1)
Interview berstruktur
Dalam interview ini, pertanyaan dan alternative jawaban yang diberikan
interviewer telah ditetapkan terlebih dahulu.
2)
Interview tidak berstruktur
Interview ini lebih bersifat informal. Pertanyaan-pertanyaan tentang
pandangan hidup, sikap, keyakinan subjek atau tentang keterangan lainnya dapat
diajukan secara bebas kepada subjek.[6]
b.
Syarat-syarat interview
Syarat dalam mengemukakan pokok-pokok yang akan digunakan sebagai bahan
pertanyaan wawancara sebagai berikut :
1)
Menghindari kata-kata yang bermakna ganda
2)
Menghindari pertanyaan panjang
3)
Mengajukan pertanyaan sekonkret mungkin
4)
Mengajukan pertanyaan dalam pengalaman konkret interview
5)
Menyebut semua alternative jawaban
6)
Menghindari kata-kata canggung ysng membuat rasa malu interview
7)
Menetralkan gaya bahasa bicara
8)
Memproyeksikan gaya pertanyaan yang menyangkut interview
9)
Menanyakan hal-hal positif dan negative dalam menilai orang ketiga.
c.
Keuntungan-keuntungan menggunakan teknik wawancara (interview)
1)
Wawancara dapat digunakan untuk mengecek kebenaran data/informasi yang
digunakan dengan teknik lain seperti angket
2)
Wawancara dapat mengumpulkan data yang lebih luas dan akurat, bahkan dapat
memunculkan sesuatu yang tidak terpikirkan sebelumnya
3)
Melalui tatap muka secara langsung,memungkinkan pewawancara dapat
menjelaskan pertanyaan yang kurang dipahami oleh subjek penelitian sebagai
sumber data
4)
Wawancara dapat dilakukan kepada setiap individu yang tidak mengenal
batasan usia, dan kemampuan, berbeda dengan angket yang hanya bisa digunakan
pada responden yang hanya bisa membaca dan menulis saja.
d.
Kelemahan menggunakan teknik wawancara (interview).
Disamping beberapa keuntungan, wawancara sebagai teknik pengumpulan data
juga memiliki kelemahan diantaranya :
1)
Kadang-kadang pelaksanaan wawancara memerlukan waktu dan tempat.
2)
Wawancara menuntut ketrampilan khusus dari pewawancara dalam mengungkap
data dan keterangan yang akurat.
3)
Sulit menghilangkan pengaruh-pengaruh subjektif pewawancara yang dapat
mempengaruhi hasil wawancara.[7]
3.
Teknik Angket (Kuesioner)
Angket adalah instrument
penelitian berupa daftar pertanyaan atau pernyataan secara tertulis yang harus
dijawab atau diisi oleh responden sesuai dengan petunjuk pengisiannya.[8]
a.
Macam-macam angket (kuesioner)
1)
Kuesioner berstruktur
Kuesioner ini berisi pertanyaan-pertanyaan yang disertai sejumlah jawaban
yang disediakan.
2)
Kuesioner tak berstruktur
Kuesioner ini disebut juga kuesioner terbuka, dimana jawaban responden
terhadap setiap pertanyaan kuesioner bentuk ini dapat diberikan secara bebas
menurut pendapat sendiri.
3)
Kuesioner kombinasi berstruktur dan tak berstruktur
Kuesioner ini sesuai dengan namanya, maka pertanyaan ini di satu pihak
member alternative jawaban yang harus dipilih, di lain pihak member kebebasan
kepada responden untuk menjawab secara bebas lanjutan dari jawaban sebelumnya.
4)
Kuesioner semi terbuka
Kuesioner yang member kebebasan kemungkinan menjawab selain dari alternative
jawaban yang sudah ada.
b.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun kuesioner
1)
Menyiapkan surat pengantar, terutama bagi kuesioner yang dikirim melalui
pos atau cara-cara lain, agar terjalin hubungan baik
2)
Menyertakan petunjuk pengisian kuesioner yang menjelaskan tentang cara menjawab
pertanyaan
3)
Menyusun pertanyaan-pertanyaan.[9]
c.
Kelebihan-kelebihan menggunakan teknik kuesioner (angket)
1)
Angket dapat digunakan untuk mengumpulkan data dari sejumlah responden atau
sumber data yang jumlahnya cukup besar.
2)
Data yang terkumpul melalui angket akan mudah dianalisis, sebab setiap
responden akan mendapatkan pertanyaan yang sama
3)
Responden akan memiliki kebebasan untuk menjawab setiap pertanyaan sesuai
dengan keyakinannya.
4)
Responden tidak akan terburu-buru menjawab setiap pertanyaan, karena pengisiannya
tidak terlalu terikat oleh waktu.
d.
Kelemahan-kelemahan menggunakan teknik kuesioner (angket)
1)
Dengan menggunakan angket belum menjamin responden akan memberikan jawaban
yang tepat sesuai dengan keyakinannya.
2)
Angket hanya dapat menggali masalah yang terbatas.
3)
Kadang-kadang ada responden yang
tidak bersedia untuk mengisi angket karena alasan kesibukan dan, atau alasan
pribadi lainnya.
4)
Kurang luwes
karena tidak ada pewawancara
5)
Tingkat pengembalian kuesioner rendah
6)
Tidak dapat mengamati reaksi responden ketika menjawab pertanyaan
7)
Suasana dan kondisi lingkungan responden ketika mengisi kuesioner tidak
terkontrol
8)
Sulit mengontrol responden agar sesuai dengan urutan pertanyaan
9)
Tidak dapat menggunakan format kuesioner yang kompleks.
C.
Instrumen Dalam Penelitian Kuantitatif
1.
Pengertian Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang
digunakan untuk pengumpulan data. Instrumen penelitian sangat erat kaitannya dengan teknik
pengumpulan data. Setiap teknik pengumpulan data akan memiliki bentuk instrumen
yang berbeda pula. Perlu
kita pahami, tidak semua instrumen cocok digunakan dalam semua jenis penelitian.
Instrumen yang dapat digunakan sangat tergantung pada jenis data yang
diperlukan sesuai dengan masalah penelitian. Oleh karena itu, sebelum kita
menetapkan instrumen penelitian, maka terlebih dahulu kita perlu memahami
jenis data yang akan kita kumpulkan dalam penelitian.
Menurut Nana Sudjana
dan Ibrahim (1989), utnuk menghasilkan data yang akurat, ada beberapa hal yang
harus diperhatikan dalam menyusun instrument penelitian:
a.
Masalah dan variabel yang diteliti termasuk indikator
variabel, harus jelas dan spesifik, sehingga dapat dengan mudah dan menetapkan
jenis-jenis instrument yang diperlukan.
b.
Sumber data atau informasi baik jumlah maupun
keragamannya harus diketahui terlebih dahulu, sebagai bahan atau dasar dalam
menentukan isi, bahasa, sistematika, dan sistematika item dalam instrument
penelitian.
c.
Keterangan dalam instrument itu sendiri sebagai alat
pengumpul data baik dari keajekan, kesahihan, maupun objektivitasnya.
d.
Jenis data yang diharapkan dari penggunaan instrument
harus jelas, sehingga peneliti dapat memperkirakan cara analisis data guna
memecahkan masalah penelitian.
e.
Mudah dan praktis digunakan, tetapi dapat menghasilkan
data yang diperlukan.[10]
2.
Langkah-langkah Penyusunan Instrumen Penelitian
Keberhasilan suatu
penelitian sangat ditentukan oleh ketepatan instrument yang digunakan. Untuk
itu, dalam penyusunannya disarankan untuk menuruti langkah-langkah sebagai
berikut.
a.
Analisis Variabel Penelitian
Jenis instrument yang bagaimana yang dianggap cocok
untuk penelitian, sangat tergantung kepada data yang ingin diperoleh, seperti
yang tergambarkan dalam variabel penelitian. Oleh karena itu, menganalisis
setiap variabel menjadi subvariabel kemudian mengembangkannya menjadi
indikator-indikator merupakan langkah awal sebelum instrument itu dikembangkan.
Proses penyusunan indikator dapat didasarkan kepada teori-teori yang melekat
dengan variabel penelitian atau dapat juga berdasarkan pemahaman peneliti
setelah mengkaji hasil pengamatan (survey) lapangan. Misalnya, ketika peneliti
ingin mengadakan penelitian tentang hubungan antara tingkat sosial ekonomi
orang tua dengan prestasi belajar siswa, maka secara umum ada dua jenis data
sesuai dengan variabel yang ada dalam masalah penelitian itu, yakni data
mengenai tingkat sosial ekonomi dan data mengenai prestasi belajar. Rumuskan
setiap variabel itu ke dalam indikator-indikator, misalnya untuk variabel
tingkat sosial ekonomi indikatornya adalah tingkat ekonomi tinggi, rendah, dan
kurang. Demikian juga hal yang sama bisa dilakukan untuk menjabarkan variabel
prestasi belajar siswa.
b.
Menetapkan Jenis Instrumen
Jenis instrument dapat ditetapkan manakala peneliti
sudah memahami dengan pasti tentang variabel dan indikator penelitian. Satu
variabel mungkin hanya memerlukan satu jenis instrument atau mungkin memerlukan
lebih dari satu jenis instrument. Misalnya, ketika peneliti membutuhkan data
tentang tingkat sosial ekonomi orang tua, maka diperlukan instrument angket dan
pedoman wawancara. Demikian juga untuk memperoleh data tentang prestasi
belajar, diperlukan dokumentasi hasil belajar.[11]
c.
Menyusun Kisi-kisi atau Lay Out Instrumen
Kisi-kisi instrument diperlukan sebagai pedoman dalam
merumuskan item instrument. Dalam kisi-kisi itu harus tercakup ruang lingkup
materi variabel penelitian, jenis-jenis pertanyaan, banyaknya pertanyaan, serta
waktu yang dibutuhkan. Selain itu, dalam kisi-kisi juga harus tergambarkan
indikator atau abilitas dari setiap variabel. Misalnya, untuk menentukan
prestasi belajar atau kemampuan subjek penelitian, diukur dari tingkat
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, dan lain sebagainya.
d.
Menyusun Item Instrumen
Berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun, langkah selanjutnya
adalah menyusun item pertanyaan sesuai dengan jenis instrument yang akan
digunakan. Bagaimana menyusun item instrument, akan dijelaskan pada bagian
tersendiri.
e.
Mengujicobakan Instrumen
Uji coba instrument perlu dilakukan untuk mengetahui
tingkat reliabilitas dan validitas serta keterbacaan setiap item. Mungkin saja
berdasarkan hasil uji coba ada sejumlah item yang harus dibuang dan diganti
dengan item yang baru, setelah mendapatkan masukan dari subjek uji coba.
3.
Jenis-jenis Instrumen Penelitian
a.
Tes
1)
Pengertian
Tes adalah instrument atau alat untuk mengumpulkan
data tentang kemampuan subjek penelitian dengan cara pengukuran, misalnya untuk
mengukur kemampuan subjek penelitian dalam menguasai materi pelajaran tertentu,
digunakan tes tertulis tentang materi pelajaran tersebur; untuk mengukur
kemampuan subjek penelitian dalam menggunakan alat tertentu, maka digunakan tes
keterampilan menggunakan alat tersebut, dan lain sebagainya. Dalam penelitian
pendidikan, tes sering digunakan sebagai alat untuk mengukur kemampuan, baik
kemampuan dalam bidang kognitif, afektif maupun psikomotor. Sebagai alat ukur,
data yang dihasilkan melalui tes adalah berupa angka-angka.[12]
Oleh sebab itu, tes merupakan instrument penelitian
yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Ada dua jenis tes yang dapat digunakan
untuk mengumpulkan data, yakni tes standar dan non-standar. Tes standar adalah
tes yang memenuhi kriteria-kriteria tertentu seperti kriteria reliabilitas dan
validitas. Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan subjek penelitian dalam
menguasai sejumlah materi pembelajaran dalam skala yang luas; sedangkan tes
yang non standar, adalah tes yang tidak diukur tingkat realibilitas dan
validitasnya, tes ini digunakan untuk melihat kemampuan subjek dalam mencapai
tujuan pembelajaran dalam skala yang terbatas, misalnya tes buatan guru yang
digunakan untuk mengumpulkan informasi ketercapaian tujuan pembelajaran oleh
siswa.
2)
Kriteria Tes
a)
Realibilitas tes
Tes sebagai instrument atau alat pengumpul data
dikatakan reliabel manakala tes tersebut bersifat andal. Tes yang andal adalah
tes yang dapat mengumpulkan data sesuai dengan kemampuan subjek yang
sesungguhnya, yang tidak terpengaruh oleh situasi dan kondisi termasuk oleh
letak geografis. Dimana pun dan kapan pun tes itu diberikan, hasilnya akan
tetap sama.[13]
Ditinjau dari sasaran atau objek yang akan
dievaluasi, maka dibedakan adanya beberapa macam tes dan alat ukur lain.
·
Tes kepribadian (personality
test), yaitu tes yang digunakan untuk mengungkap kepribadian seseorang.
Yang diukur bisa self-concept, kreativitas, disiplin, kemampuan khusus, dan
sebagainya.
·
Tes bakat (aptitude test),
yaitu tes yang digunakan untuk mengukur atau mengetahui bakat seseorang.
·
Tes intelegensi (intelligence
test), yaitu tes yang digunakan untuk mengadakan estimasi atau perkiraan
terhadap tingkat intelektual seseorang dengan cara memberikan berbagai tugas
kepada orang yang akan diukur intelegensinya.
·
Tes sikap (attitude test),
yaitu alat yang digunakan untuk mengadakan pengukuran terhadap berbagai sikap
seseorang.
·
Tes minat (measures of
interest), yaitu alat untuk menggali minat seseorang terhadap sesuatu.
·
Tes prestasi (achievement
test), yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah
mempelajari sesuatu.[14]
Dalam menggunakan metode
tes, peneliti menggunakan instrumen berupa tes atau soal-soal tes. Soal tes
terdiri dari banyak butir tes (item)
yang masing-masing mengukur satu jenis variabel.
Ada beberapa cara untuk menentukan realibilitas suatu
tes, diantaranya:
·
Melaksanakan tes ulang (test-retest).
Test retest adalah prosedur
menentukan tingkat realibilitas tes dengan cara mengkorelasikan hasil tes
pertama dan kedua pada subjek yang sama. Langkah-langkah yang dapat digunakan
adalah sebagai berikut:
·
Tentukan instrument tes yang akan dicari tingkat
reabilitanya.
·
Berikan instrument tes tersebut pada sejumlah subjek
yang telah ditentukan (tes pertama).
·
Selang beberapa waktu, berikan lagi instrument yang
sama pada subjek sang sama pula (tes kedua).
·
Korelasikan hasil tes pertama dan yang kedua melalui
rumus korelasi hingga diperoleh angka koefisien korelasi.
Angka korelasi akan bergerak
antara 0,00 hingga 1,00. Dikatakan instrument tes memiliki tingkat realibilitas
yang baik manakala hasil korelasi mendekati 1,00; dan instrument tes memiliki
realibilitas rendah manakala angka korelasi mendekati 0,00.[15]
·
Metode belah dua. Cara yang kedua yang sering dilakukan untuk menemukan
tingkat realibiltas tes adalah dengan metode belah dua (split-half
reliability) Metode ini bisa dilakukan dengan cara membagi dua dari jumlah
tes yang akan dijadikan instrument kemudian mengkorelasikannya seperti pada
metode pertama. Membelah jumlah tes menjadi dua bagian bisa dilakukan dengan
cara memilah tes menjadi item tes bernomor genap dan bernomor ganjil kemudian
keduanya dicari bilangan korelasinya; atau bisa juga dengan membagi dua dari
sejumlah item tes. Misalnya jumlah item tes atas 50 item tes, kemudian dibagi
menjadi 25 item atas dan 25 item bawah lalu keduanya dikorelasikan seperti di
atas.
b)
Validitas tes
Alat ukur dikatakan valid apabila alat ukur itu dapat
dengan tepat mengukur apa yang hendak diukur. Dengan kata lain validitas
berkaitan dengan “ketepatan” dengan alat ukur. Tes sebagai salah satu alat ukur
hasil belajar dapat dikatakan valid apabila tes tersebut dapat tepat mengukur
hasil belajar yang hendak diukur.[16]
Arikunto, S.1998; Validitas dikategorikan
yaitu:
·
Validasi Permukaan (Face validity)
Validitas
muka tercapai jika suatu instrumen nampaknya sudah valid (dari penglihatan
sepintas lalu).
·
Validitas Isi (Content Validity)
Validasi isi
adalah sejauhmana elemen-elemen dalam suatu instrumen ukur benar-benar relevan
dan merupakan representasi dari konstrak yang sesuai dengan tujuan pengukuran.
·
Validitas Konstrak (Contruc Validity)
Validasi
konstrak membuktikan apakah hasil pengukuran yang diperoleh melalui item-item
tes berkorelasi tinggi dengan konstrak teoritik yang mendasari penyusunan
tersebut.
·
Validitas Kriteria (Criterion Validity)
Validitas kriteria sama dengan validitas empiris yang berarti bahwa
validitas ditentukan berdasarkan kriteria,
baik kriteria internal maupun kriteria eksternal. Kriteria internal adalah tes
atau instrumen itu sendiri yang menjadi kriteria, sedangkan kriteria eksternal
adalah hasil ukur instrumen atau tes lain di luar instrumen itu sendiri yang
menjadi kriteria.[17]
b.
Angket
1)
Pengertian
Angket
adalah instrumen penelitian berupa daftar pertanyaan atau pernyataan
secara tertulis yang harus dijawab atau diisi oleh responden sesuai dengan
petunjuk pengisiannya. Angket dapat digunakan peneliti untuk penelitian
kualitatif maupun kuantitatif.
Sebagai
instrumen penelitian, angket memiliki kelebihan di antaranya
sebagai berikut:
a)
Angket dapat
digunakan untuk mengumpulkan data dari sejumlah responden atau sumber data yang
jumlahnya cukup besar.
b)
Data yang
terkumpul melalui angket akan mudah dianalisis.
c)
Responden akan
memiliki kebebasan untuk menjawab setiap pertanyaan sesuai dengan keyakinannya.
d)
Responden tidak
akan terburu-buru menjawab setiap pertanyaan, pengisian angket tidak terlalu
terikat oleh waktu.[18]
Disamping kelebihan di atas angket
juga memiliki kelemahan, di antaranya:
a) Belum
menjamin responden akan memberikan jawaban tepat sesuai dengan keyakinannya.
b) Angket
hanya mungkin dapat digunakan oleh responden yang dapat membaca dan menulis.
c) Angket
hanya dapat menggali masalah yang terbatas.
d) Kadang-kadang
ada responden yang tidak bersedia untuk mengisi angket karena alasan kesibukan
dan, atau alasan pribadi lainnya.
Beberapa
petunjuk cara menyusun angket:
a) Buatlah
kata pengantar terlebih dahulu secara singkat sebelum pertanyaan-pertanyaan
angket disusun.
b) Buatlah
petunjuk cara pengisian angket dengan jelas dan ringkas.
c) Hindari
istilah-istilah yang dapat menimbulkan salah pengertian.
d) Rumuskan
dalam kalimat yang singkat, jelas, dan sederhana, sehingga tidak menguras
tenaga dan pikiran responden ketika membaca angket.
e) Sebaiknya
setiap pertanyaan hanya mengandung satu persoalan yang ditanyakan.
f) Apabila
ada kata-kata yang memerlukan penekanan, makia sebaiknya diberi tanda, seperti
dengan menebalkan kata atau kalimat, menggaris bawahi, atau menulikan dalam
warna yang berbeda kata tersebut.
g) Pertanyaan
setiap item angket tidak menggiring pada jawaban yang diinginkan peneliti.
h) Angket
harus dibuat semenarik mungkin.
3)
Jenis-jenis kuesioner
Kuesioner dapat dibedakan atas beberapa jenis,
tergantung pada sudut pandangan:
a)
Dipandang
dari cara menjawab, maka ada:
·
Kusioner
terbuka, yang memberi kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan
kalimatnya sendiri.
·
Kusioner
tertutup, yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih.
b)
Dipandang
dari jawaban yang diberikan ada:
·
Kusioner
langsung, yaitu responden menjawab tentang dirinya.
·
Kusioner
tidak langsung, yaitu jika responden menjawab tentang orang lain.
c)
Dipandang
dari bentuknya maka ada:
·
Kuesioner
pilihan ganda, yang dimaksud adalah sama dengan kuioner tertutup.
·
Kuesioner
isian, yang dimaksud adalah kusioner terbuka.
·
Check
list, sebuah daftar, di mana responden tinggal membubuhkan tanda check (√) pada
kolom yang sesuai.
·
Rating-scale
(skala bertingkat), yaitu sebuah pernyataan diikuti oleh kolom-kolom yang
menunjukkan tingkatan-tingkatan misalnya mulai dari sangat setuju sampai ke
sangat setuju.[19]
c. Wawancara (Interview)
Wawancara
(interview) adalah teknik pengumpulan data yang dilaksanakan dengan cara dialog
baik secara langsung (tatap muka) maupun melalui saluran media tertentu antara
pewawancara dengan yang diwawancarai sebagai sumber data. Wawancara merupakan
teknik pengumpulan data yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif.[20]
Ditinjau dari pelaksanaannya,
maka interview dibedakan atas:
1)
Interview
bebas (inguided interview), di mana
pewawancara bebas menanyakan apa saja, tetapi juga mengingat akan data apa yang
akan dikumpulkan.
2)
Interview
terpimpin (guided interview), di mana
pewawancara dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci seperti
yang dimaksud dalam interview terstruktur.
3)
Interview
bebas dan terpimpin, yaitu antara kombinasi antara interview bebas dan
interview terpimpin.
Keunggulan teknik interview
adalah:
1)
Peneliti
memiliki peluang atau kesempatan memeperoleh respon atau jawaban yang relative
tinggi dari responden
2)
Peneliti
dapat memebantu menjelaskan lebih, jika ternyata responden mengalami kesulitan
menjawab yang diakibatkan ketidak jelasan pertanyaan
3)
Peneliti
dapat mengontrol jawaban responden secara lebih teliti dengan mengamati reaksi
atau tingkah laku yang diakibatkan oleh pertanyaan dalam proses interview
4)
Peneliti
dapat memperoleh informasi yang tidak dapat diungkapkan dengan cara kuesioner
atau observasi.
d. Observasi
Di dalam pengertian psikologik, observasi atau yang
disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap
sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Jadi, mengobservasi dapat
dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap.
Apa yang di katakan ini sebenarnya adalah pengamatan langsung. Di dalam artian
penelitian observasi dapat dilakuka dengan tes, kuesioner, rekaman gambar,
rekaman suara.
1)
Observasi
dapat di bagi menjadi 2 jenis yaitu:
a)
Observasi non-sistematis yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan
instrumen pengamatan.
b)
Observasi sistematis yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan
pedoman sebagai instrumen pengamatan.
2)
Sedangkan,
observasi dilakukan dengan 2 cara yaitu:
a)
Sign
system digunakan sebagai
instrumen pengamatan situasi pengajaran sebagai sebuah potret sesuai
pengajaran. Instrumen tersebut berisi sederetan sub-variabel. Misalnya guru
menerangkan, guru menulis di papan tulis, guru bertanya kepada kelompok, guru
bertanya kepada seorang anak, guru menjawab, murid berteriak,dsb. Setelah
pengamatan dalam satu periode tertentu misalnya 5 menit, semua kejadian yang
telah muncul di cek. Kejadian yang muncul lebih ari satu kali dalam satu
periode pengamatan, hanya di cek satu kali. Dengan demikian akan diperoeh gambar
tentang apa kejadian yang muncul dalam situasi pengajaran.
b)
Category
system adalah sistem pengamatan
yang membatasi pada sejumlah variabel misalnya pengamatan ingin mengetahui
keaktivan atau partisipasi murid dalam proes belajarmengajar. Dalam hal ini
pengamat hanya memperhatikan kejadian-kejadian yang masuk ke dalam kategori
keaktifan atau partisipasi murid misalnya: murid bertanya, murid berdebat
dengan guru, murid membahas pertanyaan, dsb.[21]
3)
Dalam
penelitian pendidikan, pengambilan data dengan menggunakan metode observasi
dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
a)
Observasi terbuka, yaitu pada posisi ini kehadiran peneliti dalam
menjalankan tugasnya di tengah-tengah kegiatan responden diketahui secara
terbuka, sehingga antara responden dengan peneliti terjadi interaksi secara
langsung.
b)
Observasi tertutup, yaitu pada kondisi ini kehadiran peneliti dalam
menjalankan misinya, yaitu mengambil data dari responden, tidak diketahui
responden yang bersangkutan.
c)
Observasi tidak langsung, yaitu pada kondisi inipeneliti dapat melakukan
pengambilan data dari responden walaupun mereka tidak hadir secara langsung di
tengah-tengah responden.
e.
Dokumentasi
Dalam
uraian tentang studi pendahulan, telah disinggung pula bahwa sebagai objek yang
diperhatikan (ditatap) dalam memperoleh informasi, kita memperhatikan tiga
macam sumber, yaitu tulisan (paper),
tempat (place), dan kertas atau orang
(people). Dalam mengadakan penelitian
yang bersumber pada tulisan inilah kita telah menggunakan metode dokumentasi.[22]
Dokumentasi,
dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam
melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis
seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat,
catatan harian, dsb. Metode dokumentasi dapat dilaksanakan dengan:
1)
Pedoman
dokumentasi yang memuat garis-garis besar atau kategori yang akan dicari
datanya.
2)
Check-list, yaitu daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya.
Dalam hal ini peneliti tinggal memberikan tanda atau tally setiap pemunculan gejala yang dimaksud.
Dalam pengertian yang
lebih luas, dokumen bukan hanya yang berwujud tulisan saja, tetapi dapat berupa
benda-benda peninggalan seperti prasasti dan simbol-simbol. Metode dokumentasi
ini dapat merupakan metode utama apabila terdiri melakukan pendekatan analisis
isi (content analysis). Untuk
penelitian dengan pendekatan lain pun metode dokumentasi juga mempunyai
kedudukan penting. Jika peniliti memang cermat dan mencari bukti-bukti dari
landasan hukum dan peraturan atau ketentuan, maka penggunaan metode dokumentasi
menjadi tidak terhindarkan.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Metode pengumpulan data diartikan
sebagai teknik untuk mendapatkan data secara fisik untuk dianalisis dalam suatu
studi penelitian. Pengumpulan data dapat dilakukan
dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Berikut macam-macam teknik
pengumpulan data, Teknik
Observasi, Teknik Wawancara ( Interview), Teknik Angket (Kuesioner). Instrumen penelitian adalah alat yang
digunakan untuk pengumpulan data. Instrumen penelitian sangat erat kaitannya dengan teknik
pengumpulan data. Setiap teknik pengumpulan data akan memiliki bentuk instrumen
yang berbeda pula. Untuk itu, dalam penyusunannya disarankan untuk
menuruti langkah-langkah sebagai berikut: Analisis Variabel Penelitian,
Menetapkan Jenis Instrumen,
Menyusun Kisi-kisi atau Lay
Out Instrumen, Mengujicobakan
Instrumen. Jenis-jenis
Instrumen Penelitian: Tes, Angket, Wawancara (Interview), Observasi, Dokumentasi.
B. Kritik dan Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kameta sempurna. Kedepannya penulis akan lebih fokus dan rinci
dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber-sumber yang lebih banyak
yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,
Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. 2010.
Margono, S. Metodologi
penelitian Pendidikan. Jakarta: Penerbit
Rineka Cipta. 2010.
Sangadji, Etta Mamang dan Sopiah. Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis
dalam Penelitian. Yogyakarta: Andi. 2010.
Sanjaya, Wina. Penelitian Pendidikan Jenis. Metode dan Prosedur. Jakarta: Kencana. 2013.
Sanjaya,Wina. Penelitian Pendidikan jenis,metode, dan prosedur. Jakarta: Kencana Predana Media Group. 2013.
Sugiyono. Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. 2011.
[2] Prof. Dr. H. Wina
Sanjaya, M.Pd., Penelitian Pendidikan jenis,metode, dan prosedur,( Jakarta : KENCANA
predana media group, 2013),
hlm : 270
[3] Prof.
Dr. Sugiyono, Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D, (Bandung
: Alfabeta, 2011),
hlm : 145-146
[4] Drs.
S. Margono, Metodologi penelitian pendidikan, (Jakarta
: Penerbit Rineka Cipta, 2010), hlm : 159
[9] Drs. S. Margono,.Op.Cit, hlm : 168-169
[10]
Wina Sanjaya, Penelitian
Pendidikan Jenis, Metode dan Prosedur, (Jakarta: Kencana, 2013), hlm. 247-249.
[11]
Ibid., hlm. 250
[12]
Ibid., hlm. 251
[13]
Ibid., hlm. 252
[14]
Suharsimi Arikunto, Prosedur
Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 10
[15]
Wina Sanjaya, Op. Cit., hlm.
253.
[16]
Ibid., hlm. 254
[17]
Suharsimi
Arikunto, Op. Cit., hlm.
12
[18]
Wina Sanjaya, Op. Cit., hlm.
255
[19]
Etta Mamang Sangadji dan
Sopiah, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dalam Penelitian,
(Yogyakarta: Andi, 2010), hlm. 151.
[20]
Ibid., hlm. 152
[21]
Suharsimi
Arikunto, Op. Cit., hlm.
20
[22]
Ibid., hlm. 24