Search This Blog

Thursday, January 30, 2020

MAKALAH METODOLOGI PENELITIAN MATEMATIKA tentang Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen dalam Penelitian Kuantitatif


MAKALAH METODOLOGI PENELITIAN MATEMATIKA

tentang

Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen dalam Penelitian Kuantitatif








Disusun oleh:

Muhammad Imam Ashari Rambe              : 1614040023

Chintia                                                           : 1614040024

Silfia Sutri Insani                                          : 16140400??

Nadiya Mailuri                                              : 16140400??





Dosen pengampu:

Dr. Rozi Fitria, M.Pd



JURUSAN TADRIS MATEMATIKA - A

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL

PADANG

TP: 2018/2019 M





BAB I

PENDAHULUAN



A.    Latar Belakang

Satu hal penting yang menentukan kualitas hasil penelitian, yaitu kualitas data dimana kualitas data ini dipengaruhi oleh kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. Kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan kualitas pengumpulan data berkenaan dengan ketepatan dan cara-cara yang paling digunakan untuk mengumpulkan data. Dengan demikian, istrumen yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya, belum tentu dapat menghasilkan data yang valid dan reliabel, bila instrumen tersebut tidak digunakan secara tepat dalam proses pengumpulan datanya.

Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Didasarkan pada setting-nya, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah, pada laboratorium dengan metode eksperimen, dikelas atau dikantor dengan berbagai responden dan sebagainya. Untuk lebih jelas lagi akan dibahas pada makalah ini dengan judul “Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen dalam Penelitian Kuantitatif”.



B.     Rumusan Masalah

  1. Apa pengertian teknik pengumpulan data ?
  2. Apasaja macam-macam teknik pengumpulan data ?
  3. Bagaimana instrumen dalam penelitian kuantitatif ?



C.    Tujuan

1.      Mengetahui pengertian teknik pengumpulan data.

2.      Mengetahui macam-macam teknik pengumpulan data.

3.      Mengetahui instrumen dalam penelitian kuantitatif.






BAB II

PENJELASAN



A.    Pengertian Teknik Pengumpulan Data

Menurut Jhonson & Christensen (2000: 126), method of collection data is technique for physically obtaining data to be analyzed in a research study.  Metode pengumpulan data  diartikan sebagai teknik untuk mendapatkan data secara fisik untuk dianalisis dalam suatu studi penelitian.[1]

Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari settingnya, data dapat dikumpulkan pada setting alamiah (natural setting), pada laboratorium dengan metode eksperimen, di rumah dengan berbagai responden, pada datanya, maka pengumpulam datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer, dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data.



B.     Macam-macam Teknik Pengumpulan Data

Penelitian disamping perlu menggunakan m etode yang tepat, juga perlu memilih teknik dan alat pengumpulan data yang relevan. Penggunaan teknik dan alat pengumpul data yang tepat memungkinkan diperolehnya data yang objektif. Di bawah ini akan diuraikan teknik penelitian sebagai cara yang dapat di tempuh untuk mengumpulkan data.

1.      Teknik Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung maupun tidak tentang hal-hal yang diamati dan mencatatnya pada alat observasi. Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga objek-objek alam yang lain. Observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang  diamati tidak terlalu besar.[2]

a.       Macam-macam Observasi

1)      Dari segi pelaksanaan pengumpulan data.

a)      Observasi Berperan Serta ( participant observation). Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.

b)      Observasi Nonpartisipan. Dalam observasi ini, peneliti tidak terlibat langsung dengan aktivitas orang-orang yang sedang diamati, maka dalam observasi nonpartisipan peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen.

2)      Dari segi instrumentasi yang digunakan

a)      Observasi Terstruktur. Observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan dan dimana tempatnya. Jadi observasi terstruktur dilakukan apabila peneliti telah tahu dengan pasti tentang variable apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti menggunakan instrument penelitian yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya.

b)      Observasi Tidak Terstruktur. Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang telah diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan peneliti tidak menggunakan pengamatan peneliti tidak menggunakan instrumen yang telah baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan.[3]

b.      Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan observasi

1)      Pemilikan pengetahuan yang cukup mengenai objek yang akan diobservasi

2)      Pemahaman tujuan umum dan tujuan khusus penelitian yang dilaksanakannya.

3)      Penentuan cara dan alat yang dipergunakan dalam mencatat data.

4)      Penentuan kategori pendapatan gejala yang diamati, apakah dengan mempergunakan skala tertentu atau sekedar mencatat frekuensi munculnya gejala tanpa klasifikasi tingkatannya.

5)      Pengamatan dan pencatatan harus dilakukan secara cermat dan kritis, maksudnya diusahakan agar tidak ada satupun gejala yang lepas dari pengamatan.

6)       Pencatatan setiap gejala harus dilakukan secara terpisah agar tidak saling mempengaruhi.[4]

c.       Keuntungan menggunakan observasi sebagai teknik pengumpulan data

1)      Observasi dapat meringankan beban subjek penelitian (yang diobservasi), karena mereka tidak harus mengerjakan apa-apa. Observant (yang diobservasi) dapat melakukan seperti yang ia kerjakan sehari-hari tanpa harus dibuat-buat, dan observer mengamati serta mencatatnya pada alat observasi.

2)      Dengan observasi, observer tidak memerlukan bahasa verbal sebagai alat utama pengumpul data, melainkan alat lain yang lebih praktis yang efisien, bandingkan dengan wawancara yang menuntut kemampuan peneliti untuk mengungkap pendapat atau opini subjek penelitian.

3)      Data yang diperoleh melalui observasi akan lebih akurat dan objektif sebab subjek penelitian akan melakukan dan bekerja apa adanya.

4)      Observasi dapat digunakan untukmengecek kebenaran data yang diperoleh dengan teknik lain seperti wawancara dan angket.

d.      Kelemahan menggunakan observasi sebagai teknik pengumpulan data

1)      Banyak hal atau gejala-gejala tingkahlaku yang tidak dapat diungkap dengan observasi (tidak dapat diamati), terutama hal-hal yang bersifat pribadi dan bersifat rahasia.

2)      Bagi observant (yang diobservasi) yang mengetahui bahwa dirinya sedang diamati (diobservasi), ada kecenderungan melakukan kegiatan yang dibuat-buat dan berpura-pura sehingga tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya.

3)      Apabila yang diamati mengenai gejala-gejala tingkah laku, maka akan sulit bagi observant untuk bertindak secara objektif.[5]

2.      Teknik Wawancara ( Interview)

Wawancara (interview) adalah teknik penelitian yang dilaksanakan dengan cara dialog, baik secara langsung (tatap muka) maupun melalui siaran media tertentu antara pewawancara dengan yang diwawancarai sebagai sumber data.

a.       Macam-macam Teknik wawancara (interview).

1)      Interview berstruktur

Dalam interview ini, pertanyaan dan alternative jawaban yang diberikan interviewer telah ditetapkan terlebih dahulu.

2)      Interview tidak berstruktur

Interview ini lebih bersifat informal. Pertanyaan-pertanyaan tentang pandangan hidup, sikap, keyakinan subjek atau tentang keterangan lainnya dapat diajukan secara bebas kepada subjek.[6]

b.      Syarat-syarat interview

Syarat dalam mengemukakan pokok-pokok yang akan digunakan sebagai bahan pertanyaan wawancara sebagai berikut :

1)      Menghindari kata-kata yang bermakna ganda

2)      Menghindari pertanyaan panjang

3)      Mengajukan pertanyaan sekonkret mungkin

4)      Mengajukan pertanyaan dalam pengalaman konkret interview

5)      Menyebut semua alternative jawaban

6)      Menghindari kata-kata canggung ysng membuat rasa malu interview

7)      Menetralkan gaya bahasa bicara

8)      Memproyeksikan gaya pertanyaan yang menyangkut interview

9)      Menanyakan hal-hal positif dan negative dalam menilai orang ketiga.

c.       Keuntungan-keuntungan menggunakan teknik wawancara (interview)

1)      Wawancara dapat digunakan untuk mengecek kebenaran data/informasi yang digunakan dengan teknik lain seperti angket

2)      Wawancara dapat mengumpulkan data yang lebih luas dan akurat, bahkan dapat memunculkan sesuatu yang tidak terpikirkan sebelumnya

3)      Melalui tatap muka secara langsung,memungkinkan pewawancara dapat menjelaskan pertanyaan yang kurang dipahami oleh subjek penelitian sebagai sumber data

4)      Wawancara dapat dilakukan kepada setiap individu yang tidak mengenal batasan usia, dan kemampuan, berbeda dengan angket yang hanya bisa digunakan pada responden yang hanya bisa membaca dan menulis saja.

d.      Kelemahan menggunakan teknik wawancara (interview).

Disamping beberapa keuntungan, wawancara sebagai teknik pengumpulan data juga memiliki kelemahan diantaranya :

1)      Kadang-kadang pelaksanaan wawancara memerlukan waktu dan tempat.

2)      Wawancara menuntut ketrampilan khusus dari pewawancara dalam mengungkap data dan keterangan yang akurat.

3)      Sulit menghilangkan pengaruh-pengaruh subjektif pewawancara yang dapat mempengaruhi hasil wawancara.[7]

3.      Teknik Angket (Kuesioner)

Angket adalah instrument penelitian berupa daftar pertanyaan atau pernyataan secara tertulis yang harus dijawab atau diisi oleh responden sesuai dengan petunjuk pengisiannya.[8]

a.       Macam-macam angket (kuesioner)

1)      Kuesioner berstruktur

Kuesioner ini berisi pertanyaan-pertanyaan yang disertai sejumlah jawaban yang disediakan.

2)      Kuesioner tak berstruktur

Kuesioner ini disebut juga kuesioner terbuka, dimana jawaban responden terhadap setiap pertanyaan kuesioner bentuk ini dapat diberikan secara bebas menurut pendapat sendiri.

3)      Kuesioner kombinasi berstruktur dan tak berstruktur

Kuesioner ini sesuai dengan namanya, maka pertanyaan ini di satu pihak member alternative jawaban yang harus dipilih, di lain pihak member kebebasan kepada responden untuk menjawab secara bebas lanjutan dari jawaban sebelumnya.

4)      Kuesioner semi terbuka

Kuesioner yang member kebebasan kemungkinan menjawab selain dari alternative jawaban yang sudah ada.

b.      Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun kuesioner

1)      Menyiapkan surat pengantar, terutama bagi kuesioner yang dikirim melalui pos atau cara-cara lain, agar terjalin hubungan baik

2)      Menyertakan petunjuk pengisian kuesioner yang menjelaskan tentang cara menjawab pertanyaan

3)      Menyusun pertanyaan-pertanyaan.[9]

c.       Kelebihan-kelebihan menggunakan teknik kuesioner (angket)

1)      Angket dapat digunakan untuk mengumpulkan data dari sejumlah responden atau sumber data yang jumlahnya cukup besar.

2)      Data yang terkumpul melalui angket akan mudah dianalisis, sebab setiap responden akan mendapatkan pertanyaan yang sama

3)      Responden akan memiliki kebebasan untuk menjawab setiap pertanyaan sesuai dengan keyakinannya.

4)      Responden tidak akan terburu-buru menjawab setiap pertanyaan, karena pengisiannya tidak terlalu terikat oleh waktu.

d.      Kelemahan-kelemahan menggunakan teknik kuesioner (angket)

1)      Dengan menggunakan angket belum menjamin responden akan memberikan jawaban yang tepat sesuai dengan keyakinannya.

2)      Angket hanya dapat menggali masalah yang terbatas.

3)       Kadang-kadang ada responden yang tidak bersedia untuk mengisi angket karena alasan kesibukan dan, atau alasan pribadi lainnya.

4)       Kurang luwes karena tidak ada pewawancara

5)      Tingkat pengembalian kuesioner rendah

6)      Tidak dapat mengamati reaksi responden ketika menjawab pertanyaan

7)      Suasana dan kondisi lingkungan responden ketika mengisi kuesioner tidak terkontrol

8)      Sulit mengontrol responden agar sesuai dengan urutan pertanyaan

9)      Tidak dapat menggunakan format kuesioner yang kompleks.



C.    Instrumen Dalam Penelitian Kuantitatif

1.      Pengertian Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk pengumpulan data. Instrumen penelitian sangat erat kaitannya dengan teknik pengumpulan data. Setiap teknik pengumpulan data akan memiliki bentuk instrumen yang berbeda pula. Perlu kita pahami, tidak semua instrumen cocok digunakan dalam semua jenis penelitian. Instrumen yang dapat digunakan sangat tergantung pada jenis data yang diperlukan sesuai dengan masalah penelitian. Oleh karena itu, sebelum kita menetapkan instrumen penelitian, maka terlebih dahulu kita perlu memahami jenis data yang akan kita kumpulkan dalam penelitian. 

Menurut Nana Sudjana dan Ibrahim (1989), utnuk menghasilkan data yang akurat, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyusun instrument penelitian:

a.       Masalah dan variabel yang diteliti termasuk indikator variabel, harus jelas dan spesifik, sehingga dapat dengan mudah dan menetapkan jenis-jenis instrument yang diperlukan.

b.      Sumber data atau informasi baik jumlah maupun keragamannya harus diketahui terlebih dahulu, sebagai bahan atau dasar dalam menentukan isi, bahasa, sistematika, dan sistematika item dalam instrument penelitian.

c.       Keterangan dalam instrument itu sendiri sebagai alat pengumpul data baik dari keajekan, kesahihan, maupun objektivitasnya.

d.      Jenis data yang diharapkan dari penggunaan instrument harus jelas, sehingga peneliti dapat memperkirakan cara analisis data guna memecahkan masalah penelitian.

e.       Mudah dan praktis digunakan, tetapi dapat menghasilkan data yang diperlukan.[10]

2.      Langkah-langkah Penyusunan Instrumen Penelitian

Keberhasilan suatu penelitian sangat ditentukan oleh ketepatan instrument yang digunakan. Untuk itu, dalam penyusunannya disarankan untuk menuruti langkah-langkah sebagai berikut.

a.       Analisis Variabel Penelitian

Jenis instrument yang bagaimana yang dianggap cocok untuk penelitian, sangat tergantung kepada data yang ingin diperoleh, seperti yang tergambarkan dalam variabel penelitian. Oleh karena itu, menganalisis setiap variabel menjadi subvariabel kemudian mengembangkannya menjadi indikator-indikator merupakan langkah awal sebelum instrument itu dikembangkan. Proses penyusunan indikator dapat didasarkan kepada teori-teori yang melekat dengan variabel penelitian atau dapat juga berdasarkan pemahaman peneliti setelah mengkaji hasil pengamatan (survey) lapangan. Misalnya, ketika peneliti ingin mengadakan penelitian tentang hubungan antara tingkat sosial ekonomi orang tua dengan prestasi belajar siswa, maka secara umum ada dua jenis data sesuai dengan variabel yang ada dalam masalah penelitian itu, yakni data mengenai tingkat sosial ekonomi dan data mengenai prestasi belajar. Rumuskan setiap variabel itu ke dalam indikator-indikator, misalnya untuk variabel tingkat sosial ekonomi indikatornya adalah tingkat ekonomi tinggi, rendah, dan kurang. Demikian juga hal yang sama bisa dilakukan untuk menjabarkan variabel prestasi belajar siswa.

b.      Menetapkan Jenis Instrumen

Jenis instrument dapat ditetapkan manakala peneliti sudah memahami dengan pasti tentang variabel dan indikator penelitian. Satu variabel mungkin hanya memerlukan satu jenis instrument atau mungkin memerlukan lebih dari satu jenis instrument. Misalnya, ketika peneliti membutuhkan data tentang tingkat sosial ekonomi orang tua, maka diperlukan instrument angket dan pedoman wawancara. Demikian juga untuk memperoleh data tentang prestasi belajar, diperlukan dokumentasi hasil belajar.[11]

c.       Menyusun Kisi-kisi atau Lay Out Instrumen

Kisi-kisi instrument diperlukan sebagai pedoman dalam merumuskan item instrument. Dalam kisi-kisi itu harus tercakup ruang lingkup materi variabel penelitian, jenis-jenis pertanyaan, banyaknya pertanyaan, serta waktu yang dibutuhkan. Selain itu, dalam kisi-kisi juga harus tergambarkan indikator atau abilitas dari setiap variabel. Misalnya, untuk menentukan prestasi belajar atau kemampuan subjek penelitian, diukur dari tingkat pengetahuan, pemahaman, aplikasi, dan lain sebagainya.

d.      Menyusun Item Instrumen

Berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun, langkah selanjutnya adalah menyusun item pertanyaan sesuai dengan jenis instrument yang akan digunakan. Bagaimana menyusun item instrument, akan dijelaskan pada bagian tersendiri.

e.       Mengujicobakan Instrumen

Uji coba instrument perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat reliabilitas dan validitas serta keterbacaan setiap item. Mungkin saja berdasarkan hasil uji coba ada sejumlah item yang harus dibuang dan diganti dengan item yang baru, setelah mendapatkan masukan dari subjek uji coba.

3.      Jenis-jenis Instrumen Penelitian

a.      Tes

1)      Pengertian

Tes adalah instrument atau alat untuk mengumpulkan data tentang kemampuan subjek penelitian dengan cara pengukuran, misalnya untuk mengukur kemampuan subjek penelitian dalam menguasai materi pelajaran tertentu, digunakan tes tertulis tentang materi pelajaran tersebur; untuk mengukur kemampuan subjek penelitian dalam menggunakan alat tertentu, maka digunakan tes keterampilan menggunakan alat tersebut, dan lain sebagainya. Dalam penelitian pendidikan, tes sering digunakan sebagai alat untuk mengukur kemampuan, baik kemampuan dalam bidang kognitif, afektif maupun psikomotor. Sebagai alat ukur, data yang dihasilkan melalui tes adalah berupa angka-angka.[12]

Oleh sebab itu, tes merupakan instrument penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Ada dua jenis tes yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data, yakni tes standar dan non-standar. Tes standar adalah tes yang memenuhi kriteria-kriteria tertentu seperti kriteria reliabilitas dan validitas. Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan subjek penelitian dalam menguasai sejumlah materi pembelajaran dalam skala yang luas; sedangkan tes yang non standar, adalah tes yang tidak diukur tingkat realibilitas dan validitasnya, tes ini digunakan untuk melihat kemampuan subjek dalam mencapai tujuan pembelajaran dalam skala yang terbatas, misalnya tes buatan guru yang digunakan untuk mengumpulkan informasi ketercapaian tujuan pembelajaran oleh siswa.

2)      Kriteria Tes

a)      Realibilitas tes

Tes sebagai instrument atau alat pengumpul data dikatakan reliabel manakala tes tersebut bersifat andal. Tes yang andal adalah tes yang dapat mengumpulkan data sesuai dengan kemampuan subjek yang sesungguhnya, yang tidak terpengaruh oleh situasi dan kondisi termasuk oleh letak geografis. Dimana pun dan kapan pun tes itu diberikan, hasilnya akan tetap sama.[13]

Ditinjau dari sasaran atau objek yang akan dievaluasi, maka dibedakan adanya beberapa macam tes dan alat ukur lain.

·         Tes kepribadian (personality test), yaitu tes yang digunakan untuk mengungkap kepribadian seseorang. Yang diukur bisa self-concept, kreativitas, disiplin, kemampuan khusus, dan sebagainya.

·         Tes bakat (aptitude test), yaitu tes yang digunakan untuk mengukur atau mengetahui bakat seseorang.

·         Tes intelegensi (intelligence test), yaitu tes yang digunakan untuk mengadakan estimasi atau perkiraan terhadap tingkat intelektual seseorang dengan cara memberikan berbagai tugas kepada orang yang akan diukur intelegensinya.

·         Tes sikap (attitude test), yaitu alat yang digunakan untuk mengadakan pengukuran terhadap berbagai sikap seseorang.

·         Tes minat (measures of interest), yaitu alat untuk menggali minat seseorang terhadap sesuatu.

·         Tes prestasi (achievement test), yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu.[14]

Dalam menggunakan metode tes, peneliti menggunakan instrumen berupa tes atau soal-soal tes. Soal tes terdiri dari banyak butir tes (item) yang masing-masing mengukur satu jenis variabel.

Ada beberapa cara untuk menentukan realibilitas suatu tes, diantaranya:

·         Melaksanakan tes ulang (test-retest). Test retest adalah prosedur menentukan tingkat realibilitas tes dengan cara mengkorelasikan hasil tes pertama dan kedua pada subjek yang sama. Langkah-langkah yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:

·         Tentukan instrument tes yang akan dicari tingkat reabilitanya.

·         Berikan instrument tes tersebut pada sejumlah subjek yang telah ditentukan (tes pertama).

·         Selang beberapa waktu, berikan lagi instrument yang sama pada subjek sang sama pula (tes kedua).

·         Korelasikan hasil tes pertama dan yang kedua melalui rumus korelasi hingga diperoleh angka koefisien korelasi. Angka korelasi akan bergerak antara 0,00 hingga 1,00. Dikatakan instrument tes memiliki tingkat realibilitas yang baik manakala hasil korelasi mendekati 1,00; dan instrument tes memiliki realibilitas rendah manakala angka korelasi mendekati 0,00.[15]

·         Metode belah dua. Cara yang kedua yang sering dilakukan untuk menemukan tingkat realibiltas tes adalah dengan metode belah dua (split-half reliability) Metode ini bisa dilakukan dengan cara membagi dua dari jumlah tes yang akan dijadikan instrument kemudian mengkorelasikannya seperti pada metode pertama. Membelah jumlah tes menjadi dua bagian bisa dilakukan dengan cara memilah tes menjadi item tes bernomor genap dan bernomor ganjil kemudian keduanya dicari bilangan korelasinya; atau bisa juga dengan membagi dua dari sejumlah item tes. Misalnya jumlah item tes atas 50 item tes, kemudian dibagi menjadi 25 item atas dan 25 item bawah lalu keduanya dikorelasikan seperti di atas.

b)      Validitas tes

Alat ukur dikatakan valid apabila alat ukur itu dapat dengan tepat mengukur apa yang hendak diukur. Dengan kata lain validitas berkaitan dengan “ketepatan” dengan alat ukur. Tes sebagai salah satu alat ukur hasil belajar dapat dikatakan valid apabila tes tersebut dapat tepat mengukur hasil belajar yang hendak diukur.[16]

Arikunto, S.1998; Validitas dikategorikan yaitu:

·         Validasi Permukaan (Face validity)

Validitas muka tercapai jika suatu instrumen nampaknya sudah valid (dari penglihatan sepintas lalu).

·         Validitas Isi (Content Validity)

Validasi isi adalah sejauhmana elemen-elemen dalam suatu instrumen ukur benar-benar relevan dan merupakan representasi dari konstrak yang sesuai dengan tujuan pengukuran.

·         Validitas Konstrak (Contruc Validity)

Validasi konstrak membuktikan apakah hasil pengukuran yang diperoleh melalui item-item tes berkorelasi tinggi dengan konstrak teoritik yang mendasari penyusunan tersebut.

·         Validitas Kriteria (Criterion Validity)

Validitas kriteria sama dengan validitas empiris yang berarti bahwa validitas ditentukan berdasarkan kriteria, baik kriteria internal maupun kriteria eksternal. Kriteria internal adalah tes atau instrumen itu sendiri yang menjadi kriteria, sedangkan kriteria eksternal adalah hasil ukur instrumen atau tes lain di luar instrumen itu sendiri yang menjadi kriteria.[17]



b.      Angket

1)      Pengertian

Angket adalah instrumen penelitian berupa daftar pertanyaan atau pernyataan secara tertulis yang harus dijawab atau diisi oleh responden sesuai dengan petunjuk pengisiannya. Angket dapat digunakan peneliti untuk penelitian kualitatif maupun kuantitatif.

Sebagai instrumen penelitian, angket memiliki kelebihan di antaranya sebagai berikut:

a)      Angket dapat digunakan untuk mengumpulkan data dari sejumlah responden atau sumber data yang jumlahnya cukup besar.

b)      Data yang terkumpul melalui angket akan mudah dianalisis.

c)      Responden akan memiliki kebebasan untuk menjawab setiap pertanyaan sesuai dengan keyakinannya.

d)      Responden tidak akan terburu-buru menjawab setiap pertanyaan, pengisian angket tidak terlalu terikat oleh waktu.[18]

Disamping kelebihan di atas angket juga memiliki kelemahan, di antaranya:

a)      Belum menjamin responden akan memberikan jawaban tepat sesuai dengan keyakinannya.

b)      Angket hanya mungkin dapat digunakan oleh responden yang dapat membaca dan menulis.

c)      Angket hanya dapat menggali masalah yang terbatas.

d)      Kadang-kadang ada responden yang tidak bersedia untuk mengisi angket karena alasan kesibukan dan, atau alasan pribadi lainnya.


Beberapa petunjuk cara menyusun angket:

a)      Buatlah kata pengantar terlebih dahulu secara singkat sebelum pertanyaan-pertanyaan angket disusun.

b)      Buatlah petunjuk cara pengisian angket dengan jelas dan ringkas.

c)      Hindari istilah-istilah yang dapat menimbulkan salah pengertian.

d)      Rumuskan dalam kalimat yang singkat, jelas, dan sederhana, sehingga tidak menguras tenaga dan pikiran responden ketika membaca angket.

e)      Sebaiknya setiap pertanyaan hanya mengandung satu persoalan yang ditanyakan.

f)       Apabila ada kata-kata yang memerlukan penekanan, makia sebaiknya diberi tanda, seperti dengan menebalkan kata atau kalimat, menggaris bawahi, atau menulikan dalam warna yang berbeda kata tersebut.

g)      Pertanyaan setiap item angket tidak menggiring pada jawaban yang diinginkan peneliti.

h)      Angket harus dibuat semenarik mungkin. 

3)      Jenis-jenis kuesioner

Kuesioner dapat dibedakan atas beberapa jenis, tergantung pada sudut pandangan:

a)      Dipandang dari cara menjawab, maka ada:

·         Kusioner terbuka, yang memberi kesempatan kepada responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri.

·         Kusioner tertutup, yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih.

b)      Dipandang dari jawaban yang diberikan ada:

·         Kusioner langsung, yaitu responden menjawab tentang dirinya.

·         Kusioner tidak langsung, yaitu jika responden menjawab tentang orang lain.

c)      Dipandang dari bentuknya maka ada:

·         Kuesioner pilihan ganda, yang dimaksud adalah sama dengan kuioner tertutup.

·         Kuesioner isian, yang dimaksud adalah kusioner terbuka.

·         Check list, sebuah daftar, di mana responden tinggal membubuhkan tanda check (√) pada kolom yang sesuai.

·         Rating-scale (skala bertingkat), yaitu sebuah pernyataan diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan misalnya mulai dari sangat setuju sampai ke sangat setuju.[19]

c.       Wawancara (Interview)

Wawancara (interview) adalah teknik pengumpulan data yang dilaksanakan dengan cara dialog baik secara langsung (tatap muka) maupun melalui saluran media tertentu antara pewawancara dengan yang diwawancarai sebagai sumber data. Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif.[20]

Ditinjau dari pelaksanaannya, maka interview dibedakan atas:

1)      Interview bebas (inguided interview), di mana pewawancara bebas menanyakan apa saja, tetapi juga mengingat akan data apa yang akan dikumpulkan.

2)      Interview terpimpin (guided interview), di mana pewawancara dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci seperti yang dimaksud dalam interview terstruktur.

3)      Interview bebas dan terpimpin, yaitu antara kombinasi antara interview bebas dan interview terpimpin.

Keunggulan teknik interview adalah:

1)      Peneliti memiliki peluang atau kesempatan memeperoleh respon atau jawaban yang relative tinggi dari responden

2)      Peneliti dapat memebantu menjelaskan lebih, jika ternyata responden mengalami kesulitan menjawab yang diakibatkan ketidak jelasan pertanyaan

3)      Peneliti dapat mengontrol jawaban responden secara lebih teliti dengan mengamati reaksi atau tingkah laku yang diakibatkan oleh pertanyaan dalam proses interview

4)      Peneliti dapat memperoleh informasi yang tidak dapat diungkapkan dengan cara kuesioner atau observasi.

d.      Observasi

Di dalam pengertian psikologik, observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Jadi, mengobservasi dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba, dan pengecap. Apa yang di katakan ini sebenarnya adalah pengamatan langsung. Di dalam artian penelitian observasi dapat dilakuka dengan tes, kuesioner, rekaman gambar, rekaman suara.

1)      Observasi dapat di bagi menjadi 2 jenis yaitu:

a)      Observasi non-sistematis yang dilakukan oleh pengamat dengan tidak menggunakan instrumen pengamatan.

b)      Observasi sistematis yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan.

2)      Sedangkan, observasi dilakukan dengan 2 cara yaitu:

a)      Sign system digunakan sebagai instrumen pengamatan situasi pengajaran sebagai sebuah potret sesuai pengajaran. Instrumen tersebut berisi sederetan sub-variabel. Misalnya guru menerangkan, guru menulis di papan tulis, guru bertanya kepada kelompok, guru bertanya kepada seorang anak, guru menjawab, murid berteriak,dsb. Setelah pengamatan dalam satu periode tertentu misalnya 5 menit, semua kejadian yang telah muncul di cek. Kejadian yang muncul lebih ari satu kali dalam satu periode pengamatan, hanya di cek satu kali. Dengan demikian akan diperoeh gambar tentang apa kejadian yang muncul dalam situasi pengajaran.

b)      Category system adalah sistem pengamatan yang membatasi pada sejumlah variabel misalnya pengamatan ingin mengetahui keaktivan atau partisipasi murid dalam proes belajarmengajar. Dalam hal ini pengamat hanya memperhatikan kejadian-kejadian yang masuk ke dalam kategori keaktifan atau partisipasi murid misalnya: murid bertanya, murid berdebat dengan guru, murid membahas pertanyaan, dsb.[21]

3)      Dalam penelitian pendidikan, pengambilan data dengan menggunakan metode observasi dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

a)      Observasi terbuka, yaitu pada posisi ini kehadiran peneliti dalam menjalankan tugasnya di tengah-tengah kegiatan responden diketahui secara terbuka, sehingga antara responden dengan peneliti terjadi interaksi secara langsung.

b)      Observasi tertutup, yaitu pada kondisi ini kehadiran peneliti dalam menjalankan misinya, yaitu mengambil data dari responden, tidak diketahui responden yang bersangkutan.

c)      Observasi tidak langsung, yaitu pada kondisi inipeneliti dapat melakukan pengambilan data dari responden walaupun mereka tidak hadir secara langsung di tengah-tengah responden.

e.       Dokumentasi

Dalam uraian tentang studi pendahulan, telah disinggung pula bahwa sebagai objek yang diperhatikan (ditatap) dalam memperoleh informasi, kita memperhatikan tiga macam sumber, yaitu tulisan (paper), tempat (place), dan kertas atau orang (people). Dalam mengadakan penelitian yang bersumber pada tulisan inilah kita telah menggunakan metode dokumentasi.[22]

Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dsb. Metode dokumentasi dapat dilaksanakan dengan:

1)      Pedoman dokumentasi yang memuat garis-garis besar atau kategori yang akan dicari datanya.

2)      Check-list, yaitu daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya. Dalam hal ini peneliti tinggal memberikan tanda atau tally setiap pemunculan gejala yang dimaksud.

Dalam pengertian yang lebih luas, dokumen bukan hanya yang berwujud tulisan saja, tetapi dapat berupa benda-benda peninggalan seperti prasasti dan simbol-simbol. Metode dokumentasi ini dapat merupakan metode utama apabila terdiri melakukan pendekatan analisis isi (content analysis). Untuk penelitian dengan pendekatan lain pun metode dokumentasi juga mempunyai kedudukan penting. Jika peniliti memang cermat dan mencari bukti-bukti dari landasan hukum dan peraturan atau ketentuan, maka penggunaan metode dokumentasi menjadi tidak terhindarkan.

 


BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Metode pengumpulan data  diartikan sebagai teknik untuk mendapatkan data secara fisik untuk dianalisis dalam suatu studi penelitian. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Berikut macam-macam teknik pengumpulan data, Teknik Observasi, Teknik Wawancara ( Interview), Teknik Angket (Kuesioner). Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk pengumpulan data. Instrumen penelitian sangat erat kaitannya dengan teknik pengumpulan data. Setiap teknik pengumpulan data akan memiliki bentuk instrumen yang berbeda pula. Untuk itu, dalam penyusunannya disarankan untuk menuruti langkah-langkah sebagai berikut: Analisis Variabel Penelitian, Menetapkan Jenis Instrumen, Menyusun Kisi-kisi atau Lay Out Instrumen, Mengujicobakan Instrumen. Jenis-jenis Instrumen Penelitian: Tes, Angket, Wawancara (Interview), Observasi, Dokumentasi.



B.     Kritik dan Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kameta sempurna. Kedepannya penulis akan lebih fokus dan rinci dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan.




DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. 2010.


Margono, S. Metodologi penelitian Pendidikan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. 2010.

Sangadji, Etta Mamang dan Sopiah. Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dalam Penelitian. Yogyakarta: Andi. 2010.

Sanjaya, Wina. Penelitian Pendidikan Jenis. Metode dan Prosedur. Jakarta: Kencana. 2013.

Sanjaya,Wina. Penelitian Pendidikan jenis,metode, dan prosedur. Jakarta: Kencana Predana Media Group. 2013.

Sugiyono. Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. 2011.







[2] Prof. Dr. H. Wina Sanjaya, M.Pd., Penelitian Pendidikan jenis,metode, dan prosedur,( Jakarta : KENCANA predana media group, 2013), hlm : 270
[3] Prof. Dr. Sugiyono, Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D, (Bandung : Alfabeta, 2011), hlm : 145-146
[4] Drs. S. Margono, Metodologi penelitian pendidikan, (Jakarta : Penerbit Rineka Cipta, 2010), hlm : 159
[5] Prof.Dr.H.Wina Sanjaya,M.Pd, Op.Cit., hlm : 271-272
[6] Drs. S. Margono,. Op.Cit, hlm : 167
[7] Prof. Dr. H. Wina Sanjaya, M.Pd,. Op.Cit, hlm : 263-264
[8] Ibid., hlm : 255
[9] Drs. S. Margono,.Op.Cit, hlm : 168-169
[10] Wina Sanjaya, Penelitian Pendidikan Jenis, Metode dan Prosedur, (Jakarta: Kencana, 2013), hlm. 247-249.
[11] Ibid., hlm. 250
[12] Ibid., hlm. 251
[13] Ibid., hlm. 252
[14] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 10
[15] Wina Sanjaya, Op. Cit., hlm. 253.
[16] Ibid., hlm. 254
[17] Suharsimi Arikunto, Op. Cit., hlm. 12
[18] Wina Sanjaya, Op. Cit., hlm. 255
[19] Etta Mamang Sangadji dan Sopiah, Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dalam Penelitian, (Yogyakarta: Andi, 2010), hlm. 151.
[20] Ibid., hlm. 152
[21] Suharsimi Arikunto, Op. Cit., hlm. 20
[22] Ibid., hlm. 24

Entri yang Diunggulkan

Makalah Pengembangan Kurikulum tentang Evaluasi Kurikulum