MAKALAH
TAHSINUL QUR’AN
Tentang
“Jenis-jenis Hamzah”
Oleh :
Muhammad Imam
Ashari Rambe
1614040023
Dosen Pembimbing:
Ihsan Nuzula, S.Pd.I, M.Pd.I
JURUSAN TADRIS
MATEMATIKA A
FAKULTAS
TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI IMAM BONJOL PADANG
TAHUN
AJARAN 2016/2017 M
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Jenis-jenis
Hamzah
1. Pengertian Hamzah
Hamzah
adalah huruf hijaiyah yang tidak mempunyai bentuk sendiri dalam tulisan Arab
seperti halnya huruf-huruf hijaiyah lainnya: ba, sin, lam, dan lainnya. Karena
itu huruf hijaiyah hanya berjumlah 28 sebab tidak memasukkan hamzah di
dalamnya. Ra’sul ‘ain atau kepala „ain yang biasanya dilambangkan dengan
bentuk ‟ bukan bentuk asli
hamzah. Tanda ini hanya dipergunakan untuk menandai hamzah qath dan
membedakannya dengan hamzah washal.
Hamzah adalah huruf hijaiyah yang
menerima vokal (harakat). Berbeda dengan alif. Alif tidak menerima harakat dan
selamanya menyandang sukun. Hamzah terletak di awal, di tengah atau di akhir
kalimat. Sedangkan alif hanya berada di tengah dan di akhir kalimat. Alif hanya
mempunyai satu bentuk, yaitu bentuknya sendiri. Sedangkan hamzah karena dia
tidak mempunyai bentuk sendiri maka terkadang ditulis dalam bentuk alif, wawu,
atau ya.
Di tengah masyarakat,
umumnya masih menganggap hamzah sama dengan Alif, padahal keduanya memiliki
perbedaan yang sangat signifikan dalam berbagai aspek, baik aspek penulisan,
fungsi, maupun bentuk. Perbedaannya adalah :
a.
Hamzah adalah huruf tertentu yang
menerima harokat.
b.
Alif adalah huruf tertentu yang tidak
menerima harokat.[1]
2.
Cara Pengucapan dan Bunyi Hamzah
a.
Cara Mengucapkan Huruf Hamzah
1)
Usahakan dinding-dinding pharyng, apa
itu? (rongga tenggorokan) bagian bawah saling menghimpit sehingga suara dan
nafas yang sedang keluar dapat tertahan (jahr dan syiddah)
2)
Posisi lidah bagian pangkal jangan sampai
naik ke langit-langit (istifal).
3)
Posisi lidah bagian ujung tidak melekat
ke langit-langit. (Infitah)
4)
Huruf ini termasuk kelompok Ishmat.
b.
Bunyi huruf hamzah
1)
Huruf Hamzah dalam al Qur'an bila
berbaris fathah sepadan dengan bunyi huruf abjad (a),
2)
Bila berbaris kasrah sepadan dengan bunyi
abjad (i)
3)
Namun bila huruf hamzah ini berharokat
dhammah sepadan dengan huruf abjad (u),[2]
3.
Pembagian Hamzah
a.
Hamzah Washal
Hamzah washal adalah hamzah
yang tetap (dibaca) pada permulaan dan gugur (tidak dibaca)
ketika washal. Dalam kaidah ialah
:alif yang ditulis pada awal kalimat, akan tetapi hamzah itu huruf tambahan dan bukan huruf asli.
Hamzah washal adalah hamzah tambahan
yang harus dibaca pada awal kalimat dan tidak dibaca ditengah kalimat atau apabila sebelumnya terdapat huruf hidup. Hamzah washal
yang terdapat di dalam mushaf timur tengah adalah hamzah
yang ditulis dengan huruf alif di atas adalah kepalahuruf
shad kecil.[3]
Hamzah washal pada awal kalimat bisa dibaca dengan harakat fathah,
kasrah, dan dhammah disesuaikan dengan kaidah
yang berlaku :
1.
Kaidah hamzah washal
yang dibaca fathah
a.
Ketika hamzah washal berada pada istifham
yang ma’rifatkan dengan alif lam (ال )
Contoh:
لله رب العلمين الحمد
b.
Apabila hamzah istifham (kata tanya ) masuk pada hamzah washal, maka hamzah
washal dibuang, sehingga yang ditulis dan yang dibaca hanya hamzah istifham. Keadaan ini terjadi, agar supaya huruf mati
yang mengikutinya dapat diucapkan atau dibaca. Keadaan ini hanya terdapat pada tujuh tempat dalam Al-Quran.
c.
Apabila hamzah istifham dan hamzah washal sama-sama tetap ada pada satu
kata. Keadaan ini boleh terjadi dengan syarat apabila huruf hamzah tersebut diikuti oleh huruf
lam. Huruf hamzah washal boleh dibaca dengan dua cara
:
1.
Tashil baina-baina yakni membaca hamzah washal dengan bunyi antara hamzah dan alif tanpa
mad.
2.
Mengganti hamzah washal dengan huruf
mad yang dibaca dalam ukuran panjang enam harakat.
Hamzah istifham dan hamzah washal sama-sama tetap ada pada satu kalimat
yang boleh dibaca dengan dua cara,
di dalam Al Quran hanya pada tiga kata saja yaitu :[4]
2.
Kaidah hamzah washal
yang dibaca dengan harakat dhammah
a.
Hamzah washal berada pada fi’il amar tsulasi (kata kerja perintah)
dan huruf ketiga dari fi’il amar tersebut berharakat dhammah.
contoh : ادع
b.
Apabila berada pada fi’il mabni majhul
3.
Kaidah hamzah washal
yang dibaca dengan harakat kasrah.
a.
Apabila hamzah washal berada pada fi’il amar tsulasi khumasi atau sudasi (kata kerja perintah) dan huruf ketiga dari fi’il amar tersebut berharakat fathah atau kasrah.
b.
Apabila hamzah washal
yang ada pada kata benda hanya berharakat kasrah saja.
Keadaan ini hanya terdapat pada tujuh kata
benda nakirah. Tujuh kata benda nakirah tersebut adalah
:
c.
Apabila hamzah terdapat pada fi’il khumasi dan sudasi. Contoh hamzah washal
yang terdapat pada fi’il madhi,
fi’il amr dan mashdar dari fi’il khumasi:
ا نطلقو ا-ا
قثر بث- ابثغاء-افثر اء[6]
Cara baca hamzah washal
:
1.
Hamzah washal
yang ada pada Alif Lam / Al ta’rif selamanya dibaca fathah.
2.
Apabila huruf ke
3 berharakat (berbaris) dhammah, maka hamzah washal dibaca dhammah.
1. Hamzah Qath’i
Hamzah yang ditetapkan atau dibaca pada saat memulai,
menyambung dan menulis. Dinamakan hamzah qath’i oleh karena memotong sebagian
huruf dari sebagian yang lain ketika mengucapkan. Dapat disimpulkan hamzah
qath’i adalah hamzah yang selamanya tetap dibaca dan ditulis diawal, di tengah,
maupaun di akhir sebuah kalimat (kata) isim, fiil dan huruf.[8]
Hamzah Qatha‟ berupa Hamzah yang
selalu diucapkan dengan ber-harkah fathah, dhammah atau kasrah. Tidak gugur
pengucapannya baik di awal permulaan kalimat atau di tengah-tengah kalimat. Dan
tidak gugur sekalipun berada diantara dua kalimah yang tersambung. tertulis di
atas Alif bilamana berharkah fathah atau dhammah, dan dibawah Alif bilamana
berharkah kasrah. Bentuknya seperti bentuk kepala Ain (ء).[9]
Contoh:
Hamzah qath’i yang
terdapat pada kalimah fi’il:
1. Terdapat
fi’il madhi 4 huruf yang berwazan أَفْعَلَ
FI’IL AMAR RUBA’I
|
SEMUA FI’IL MUDHARI’ DG HAMZAH MUDHARA’AH
|
FI’IL MADHI RUBA’I
|
أَكْرِمْ
|
أَفْتَحُ –
أُكْرِمُ – أَتَعَلَّمُ – أَسْتَخْرِجُ
|
أَكْرَمَ
|
2. Terdapat
pada fi’il mudhari’ yang diawali hamzah mudhara’ah (tanda mutakallim / orang
pertama tunggal)
FI’IL AMAR RUBA’I
|
SEMUA FI’IL MUDHARI’ DG HAMZAH MUDHARA’AH
|
FI’IL MADHI RUBA’I
|
أَكْرِمْ
|
أَفْتَحُ –
أُكْرِمُ – أَتَعَلَّمُ – أَسْتَخْرِجُ
|
أَكْرَمَ
|
3. Terdapat
fi’il amar 4 huruf yang berwazan أَفْعَلَ
FI’IL AMAR RUBA’I
|
SEMUA FI’IL MUDHARI’ DG HAMZAH MUDHARA’AH
|
FI’IL MADHI RUBA’I
|
أَكْرِمْ
|
أَفْتَحُ –
أُكْرِمُ – أَتَعَلَّمُ – أَسْتَخْرِجُ
|
أَكْرَمَ
|
4. Terdapat
pada fi’il madhi tsulatsi bina’ mahmuz
FI’IL MADHI TSULATSI MAHMUZ
|
FI’IL MADHI TSULATSI MAHMUZ
|
FI’IL MADHI TSULATSI MAHMUZ
|
أَدَمَ
|
أَخَذَ
|
أَمَرَ
|
أَثَرَ
|
أَثِمَ
|
أَدُبَ
|
Hamzah qath’i yang
terdapat pada kalimah huruf :
·
Semua kalimah huruf yang berwalah hamzah, tentunya hamzah qath’i, kecuali
huruf “AL” pema’rifah
KALIMAH HURUF
|
KALIMAH HURUF
|
KALIMAH HURUF
|
KALIMAH HURUF
|
KALIMAH HURUF
|
إِلاَّ
|
إِلَى
|
إِذْ
|
إِذَنْ
|
إِذْماَ
|
أَوْ
|
إِنَّ
|
إِنْ
|
أَماَ
|
أَمْ
|
Hamzah qath’i yang
terdapat pada kalimah isim:
·
Semua kalimah isim yang berwalah hamzah, tentunya hamzah qath’i, selain
pada “isim sepuluh” dan isim masdar dari kalimah
IDZA SYARAT
|
ISIM DHAMIR
|
ISIM DHAMIR
|
ISIM ZHAHIR
|
ISIM ZHAHIR
|
إذَا
|
أنْتَ
|
أنَا
|
أَحْمَدُ
|
إبرَاهِيْمُ
|
[1] https://muhammadmasud.staff.iainsalatiga.ac.id/wp-content/uploads/sites/95/2014/03/hamzah-di-akhir-kata.pdf
diunduh/diakses tanggal 5 Desember 2017
[3] Ahmad
Annuri, Panduan tahsin Tilawah Al-Qur’an
& Ilmu Tajwid, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2014), hlm. 221
[9] https://muhammadmasud.staff.iainsalatiga.ac.id/wp-content/uploads/sites/95/2014/03/hamzah-di-akhir-kata.pdf
diunduh/diakses tanggal 5 Desember 2017
[10] https://nahwusaraf.wordpress.com/bahasa-arab/nahwu-shorof/kata-kerja-fiil/hamzah-washal-dan-hamzah-qatha/
diunduh/diakses tanggal 5 november 2017