MAKALAH
PENGEMBANGAN KURIKULUM
tentang
“Sejarah Perkembangan
Kurikulum di Indonesia”
Disusun oleh :
Kelompok 12
CHINTIA 1614040024
AZKIYATI ADILA 1614040035
Dosen Pengampu :
Andrianto M. Pd
JURUSAN TADRIS MATEMATIKA (A)
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
(UIN)
IMAM BONJOL PADANG
2017/2018 M
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pada dasarnya perkembangan kurikulum di Indonesia
berpijak dari sejarah perkembangan pendidikan di Indonesia itu sendiri. Secara
non formal, sejak zaman Hindu Budha sudah terdapat pendidikan, dengan begitu kurikulum
juga sudah ada. Pada zaman Hindu Budha dan pada zaman perkembangan Islam di
Indonesia ini, pendidikan sudah diperkenalkan dan memiliki tujuan tertentu,
sesuai dengan kepercayaan yang diajarkan.
Sedangkan secara formal, pelaksanaan pendidikan dalam
bentuk sekolah yang memiliki ciri khas tertentu sudah ada sejak zaman Protugis,
zaman penjajahan Belanda dan zaman penjajahan Jepang. Pada zaman Protugis
sekolah sudah ada dalam bentuk seminarie dan dilanjutkan ke Goa (pusat Protugis
di Asia). Pada zaman Belanda pendidikan telah dipegang oleh lembaga tertentu.
Dan pada zaman penjajahan Jepang ini, pedidikan di Indonesia sudah mulai mengah
kepada jatidiri negara Indonesia sendiri.
Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya,
pendidikan terus berkembang, termasuk perhatian pemerintah dalam perkembangan
kurikulum. Sehubung dengan itu, pada makalah yang berjudul “Sejarah
Perkembangan Kurikulum di Indonesia” ini akan dipaparkan perkembangan kurikulum
di tanah air dari zaman Hindu Budha sampai Periode Reformasi di Indonesia.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan kurikulum di Indonesia sebelum
kemerdekaan ?
2. Bagaimana perkembangan kurikulum di Indonesia pada masa
orde lama ?
3. Bagaimana perkembangan kurikulum di Indonesia pada masa
orde baru ?
4. Bagaimana perkembangan kurikulum di Indonesia pada masa
reformasi ?
C.
Tujuan
1. Mengetahui perkembangan kurikulum di Indonesia sebelum
kemerdekaan ?
2. Mengetahui perkembangan kurikulum di Indonesia pada masa
orde lama ?
3. Mengetahui perkembangan kurikulum di Indonesia pada masa
orde baru ?
4. Mengetahui perkembangan kurikulum di Indonesia pada masa
reformasi ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Kurikulum Sebelum Kemerdekaan
1.
Zaman Pengaruh Hindu Budha
Pada zaman ini ada dua macam guru
yaitu guru keraton yang hanya mengajarkan anak-anak raja dan kaum bangsawan dan
guru pertapa yang lebih mengutamakan rakyat sebagai muridnya. Sistem pendidikan
disesuaikan dengan cara di India, yaitu sistem guru-kula. Sistem ini sama
dengan sistem pendidikan asrama. Murid-murid serumah dengan guru dan istri guru
dianggap sebagai ibu. Murid harus melayani gurunya karena guru dianggap orang
yang sakti dan selamanya harus dihormati. Ia tidak menerima penghasilan yang
tetap, tetapi sewaktu-waktu ia menerima pemberian sukarela dari orang tua
murid.[1]
2.
Zaman Perkembangan Permulaan Islam
Berbeda dengan zaman Hindu Budha,
Islam sangat menjunjung tinggi sistem demokrasi dalam pengajarannya. Tujuannya
memberikan pengetahuan agama bukan pengetahuan umum. Pada masa ini ada dua
lembaga pendidikan yaitu langgar dan pesantren. Pengajaran di langgar merupakan
pengajaran agama permulaan. Pengajaran diberikan dengan sistem sekepala, lama
belajar tidak tentu, yang menjadi guru adalah seseorang yang sudah memiliki
pengetahuan agama yang agak mendalam, uang sekolah tidak dipungut bagi pelajar
pemula. Pelajaran lebih lanjut dan lebih mendalam diberikan di pesantren. Dalam
pesantren, murid-murid dinamakan santri, mereka dikumpulkan dalam satu ruangan
yang disebut pondok yang berdekatan dengan mesjid dan rumah kiyai, dan lama
belajar tidak tentu. Mata pelajaran yang terpenting adalah Usuluddin
(pokok-pokok ajaran kepercayaan), Usul Fiqh (alat mengenai hukum dari Al-Qur,an
dan Hadits), Fiqh (cabang dari Usuluddin).[2]
3.
Zaman Pengaruh Portugis
Orang-orang Protugis menyerbu
Indonesia untuk menyebarkan agama nasrani dikalangan penduduk Indonesia. Maka
pada tahun 1536 didirikan sebuah seminarie di Ternate, yang merupakan sekolah
agama Khatolik bagi anak-anak orang terkemuka. Selain pelajaran agama diberikan
juga membaca, menulis dan berhitung. Di Solo juga didirikan seminarie, di
sekolah itu diajarkan juga bahasa latin. Pendidikan yang lebih tinggi diberikan
di Goa, pusat kekuasaan Portugis di Asia. Pemuda-pemuda Indonesia yang cakap
dikirim kesana untuk mendapat pendidikan.[3]
4.
Zaman Pengaruh Belanda
Pada awal masuknya belanda ke
Indonesia pada abad 16, mereka hanya bertujuan untuk berdagang. Tetapi karena
banyaknya kekayaan di Indonesia, mereka mulai mengubah niat untuk menguasai
Indonesia. Orang Belanda yang tergabung dalam VOC menganggap perlu digantinya
ajaran yang sudah berkembang di Indonesia dengan ajaran mereka. Untuk keperluan
inilah, maka didirikan sekolah yang bertujuan untuk melaksanakan pemeliharaan
dan penyebaran agama Protestan. Sebagai bahasa pengantar, mula-mula digunakan
bahsa Belanda. Karena timbul berbagai kesulitan, maka akhirnya ditetapkan
bahasa Melayu sebagai bahasa sekolah-sekolah. Menurut peraturan sekolah 1643
tugas guru ialah memupuk rasa takut terhadap Tuhan, mengajarkan agama Kristen
Protestan, mengajarkan anak berdoa, bernyanyi, pergi ke Gereja, mematuhi orang
tua, penguasa dan guru-guru. Guru-guru diangkat dari pendeta-pendeta, dari
anak-anak yang telah dikirim ke Belanda, dan dari orang Belanda itu sendiri. [4]
Pada abad ke- 17, pembagian dalam
tiga kelas untuk pertama kalinya diadakan. Dikelas III (kelas terendah)
diajarkan abjad. Kelas II diajarkan membaca, menulis, dan menyanyi. Di kelas I
(tertinggi) diajarkan membaca, menulis, agama, bernyanyi, dan berhitung. dan pada abad ke-18, kurikulum terdiri atas
mata pelajaran tradisional, memcaba, menulis, dan berhitung. Selain itu, juga
diajarkan mata pelajaran baru seperti geografi, sejarah dan mata pelajaran
sekuler lainnya. Pada abad ke- 19, pendidikan menjadi bagian dari perjuangan
politik. Pendidikan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat.
Dengan didirikannya sekolah berorientasi Barat bagi anak Indonesia serta
lanjutan sekolah rendah ke sekolah menengah dan akhirnya ke perguruan tinggi.[5]
5.
Zaman Pengaruh Jepang
Jepang menyerbu Indonesia, karena
tanah air kita merupakan sumber bahan-bahan mentah dan tenaga manusia yang kaya
raya, yang sangat besar artinya bagi kelangsungan perang Pasifik dan hal ini
sesuai dengan cita-cita politik ekspansinya. Segera dimulailah dengan
pemerasan. Agar pemerasan ini dan tindakan-tindakan lainnya tidak terasa oleh
bangsa indonesia, maka cepat-cepat ditanamkan ideologi baru, yakni ideologi
Hakko Ichiu atau ideologi “kemakmuran bersama” di Asia Timur Raya.
Pada zaman Jepang terjadi
beberapa perubahan besar, yang penting sekali aratinya bagi perkembangan
pendidikan/pengajaran selanjutnya di Indonesia yaitu:
a.
Hapusnya dualisme pengajaran.
Berbagai
jenis sekolah rendah yang diselenggarakan pada zaman pemerintahan Belanda,
dihapuskan sama sekali.
b.
Pemakaian Bahasa Indonesia
Pemakaian
Bahasa Indonesia baik sebagai bahasa resmi maupun sebagai bahasa pengantar pada
tiap-tiap jenis sekolah, telah dilaksanakan. Tetapi sekolah-sekolah itu dipergunakan
juga sebagai alat untuk memperkenalkan kebudayaan Jepang kepada rakyat. Bahasa
Jepang dijadikan mata pelajaran wajib dan adat-kebiasaan jepang harus pula
ditaati.[6]
B.
Kurikulum Awal Kemerdekaan / Masa Orde Lama (Kurikulum
1947, 1952 dan 1964)
1.
Kurikulum 1947
Kurikulum yang lahir pada setelah
Indonesia merdeka disebut rencana pelajaran atau dalam bahasa Belanda leer
plan. Perubahan orientasi pendidikan lebih bersifat politis: dari orientasi
pendidikan Belanda kepada kepentingan nasional. Asas pendidikan ditetapkan
Pancasila. Rencana pelajaran 1947 merupakan pengganti sistem pendidikan
kolonial Belanda dengan mengurangi pendidikan kecerdasan intelektual. Kurikulum
ini dilandasi semangat zaman dan suasana kehidupan berbangsa dengan spirit
merebut kemerdekaan maka pendidikan lebih menekankan pada pembentukan karakter
manusia Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain,
kesadaran bernegara dan masyarakat. Materi pelajaran dihubungkan dengan
kejadian dan kehidupam sehari-hari serta memberikan perhatian terhadap
pendidikan kesenian dan pendidikan jasmani. Rencana pelajaran 1947 baru secara
resmi dilaksanakan di sekolah-sekolah tahun 1950. Bentuk kurikulum ini memuat
dua hal pokok: daftar mata pelajaran dan jam pelajarannya, disertai dengan
garis-garis besar pengajaran.[7]
2.
Kurikulum 1952
Setelah Rencana Pelajaran 1947,
pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia mengalami penyempurnaan. Pada tahun 1952
ini, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan Pengajaran dan
Kebudayaan menerbitkan buku Pedoman Kurikulum SD yang lebih merinci setiap mata
pelajaran kemudian diberi nama Rencana Pelajaran 1952 yang berfungsi membimbing
para guru dalam kegiatan mengajar di Sekolah Dasar. Di dalamnya tercantum
jenis-jenis pelajaran yang harus menjadi kegiatan murid dalam belajar di
sekolah, seperti pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah, Berhitung, Ilmu
Alam, Ilmu Hayat, Ilmu Bumi dan Sejarah. Pelajaran Bahasa Indonesia baru
diberikan sejak kelas tiga dan terbagi atas: bercakap-cakap, membaca, bahasa
dan mengarang. Dalam pelajaran Bahasa Daerah diberikan pelajaran membaca dalam
huruf daerah seperti huruf Jawa bagi
murid di Jawa dimulai sejak kelas dua tengah tahun kedua. Pelajaran berhitung
terbagi atas hitung anhka, ilmu bangun dan mencongak, sedangkan pelajaran Ilmu
Hayat terbagi atas Ilmu Tubuh Manusia, Ilmu Tumbuh-tumbuhan dan Imu Hewan. Kurikulum
ini sudah mengarah pada suatu sistem pendidikan nasional. Yang paling menonjol
dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran
sehari-hari. Silabus mata pelajarannya jelas sekali, seorang guru mengajar satu
mata pelajaran. [8]
3.
Kurikulum 1964
Di penghujung era pemerintahan
Presiden Soekarno menjelang tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakansistem
kurikulum di Indonesia. Kurikulum ini diberi nama Rencana Pendidikan 1964 atau kurikulum
1964. Tujuan pendidikan yang ada pada kurikulum ini yaitu membentuk manusia
Pancasila yang bertanggung jawab antar lain atas terselenggaranya masyarakat
adil, makmur, materil dan spiritual. Sistem pendidikan dikenal dengan sistem
lima aspek perkembangan yang terdiri dari perkembangan moral, intelegensi,
emosional-artistik, keprigelan, dan jasmaniah. Semua pelajaran diberikan mulai
kelas I, II, dan III.[9]
C.
Kurikulum Masa Orde Baru (Kurikulum 1968, 1975, 1984, dan
1994)
1.
Kurikulum 1968
Lahirnya Kurikulum 1968 sebagai
perubahan dari kurikulum 1964 dipengaruhi oleh perubahan sistem politik dari
pemerintahan rezim Orde Lama ke rezim pemerintahan Orde Baru. Kurikulum 1968
menggantikan Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Kurikulum
1968 melakukan perubahan struktur kurikulum dari pancawardhana dan menekankan
pendekatan organisasi materi pelajaran menjadi kelompok pembinaan jiwa
Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan
perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen. Jumlah jam pelajarannya 9 mata pelajaran. Titik berat kurikulum ini
pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang
pendidikan. Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 diarahkan pada upaya
untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan
beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan
keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat. [10]
2.
Kurikulum 1975/1976
Kurikulum 1975 untuk SD/SMP dan
SMA sedangkan Kurikulum 1976 untuk Sekolah Keguruan yaitu SPG dan Sekolah
Menengah Kejuruan (STM, SMEA). Kurikulum ini dijadikan pedoman dalam pelaksanaan
pengajaran di sekolah. Yang melatar belakangi kurikulum ini sebagai pedoman
yaitu:
a.
Sejak Tahun 1969 di Negara Indonesia telah banyak perubahan yang terjadi
sebagai akibat lajunya pembangunan nasional yang mempunyai dampak baru terhadap
program pendidikan nasional.
b.
Pada kurikulum 1968, hal-hal yang merupakan faktor kebijaksanaan pemerintah
yang berkembang dalam rangka pembangunan nasional tersebut belum
diperhitungkan, sehingga diperlukan peninjauan terhadap Kurikulum 1968 tersebut
agar sesuai dengan tuntutan masyarakat yang sedang membangun.[11]
Dalam pelaksanaan kurikulum 1975
menggunakan beberapa prinsip diantaranya Prinsip berorientasi pada tujuan, prinsip
relevansi, prinsip efisiensi dan efektivitas, prinsip fleksibelitas program, prinsip
berkesinambungan/kontinuitas, prinsip pendidikan seumur hidup. Adapun dasar dan
tujuan dalam kurikulum ini tertera dalam BAB II Dasar dan Tujuan Pendidikan.
Sedangkan tujuan umumnya yaitu memiliki sifat-sifat dasar sebagai warga negara
yang baik, sehat jasmani dan rohani, memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap
dasar yang yang diperlukan. Dan tujuan khususnya yaitu memiliki pengetahuan
dasar, memiliki keterampilan dan memiliki sikap yang baik.[12]
3.
Kurikulum 1984
Kurikulum ini merupakan
penyempurnaan dari kurikulum 1975. Oleh karena itu kurikulum 1984 dikenal juga
sebagai Kurikulum 1975 Disempurnakan.[13] Secara umum dasar
perubahan Kurikulum 1975 ke Kurikulum 1984 di antaranya adalah sebagai berikut:
a.
Terdapat beberapa unsur dalam GBHN 1983 yang belum terampung ke dalam
kurikulum pendidikan dasar dan menengah.
b.
Terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai bidang studi
dengan kemampuan anak didik.
c.
Terdapat kesenjangan antara program kurikulum pelaksanaannya di sekolah.
d.
Terlalu padatnya isi kurikulum yang harus diajarkan hampir di setiap
jenjang.[14]
Ada empat
aspek yang disempurnakan dalam kurikulum 1984 yakni:
a.
Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB).
b.
Penyesuaian tujuan dan struktur program kurikulum.
c.
Pemilihan kemampuan dasar serta keterpaduan dan keserasian antara ranah
kognitif, afektif dan psikomotorik.
d.
Pelaksanaan pelajaran berdasarkan kerundatan belajar yang disesuaikan
dengan kecepatan belajar masing-masing peserta didik.[15]
4.
Kurikulum 1994
Kurikulum 1994 dibuat sebagai
penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai dengan Undang-undang N0. 2
tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem
pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem
caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu tahun menjadi
tiga tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima
materi pelajaran cukup banyak.[16]
Terdapat ciri-ciri yang menonjol
dari pemberlakuan kurikulum 1994, antara lain:
a.
Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan.
b.
Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat
(berorientasi kepada materi pelajaran/isi).
c.
Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem
kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia, kurikulum ini bersifat kurikulum
inti sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri
disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar.
d.
Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi
yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan
sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal yang
mengarah kepada jawaban konvergen, divergen (terbuka, dimungkinkan lebih dari
satu jawaban), dan penyelidikan.
e.
Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan
konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga diharapkan akan
terdapat keserasian antara pengajaran yang menekankan pada pemahaman konsep dan
pengajaran yang menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan
masalah.
f.
Pengajaran dari hal yang konkret ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah
ke hal yang sulit dan dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks.
g.
Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk
pemantapan dan pemahaman siswa.[17]
D.
Kurikulum Masa Reformasi (Kurikulum 2004, 2006, dan 2013)
1.
Kurikulum 2004
Secara umum, pada era reformasi
ini prinsip implementasi kurikulum 2004 adalah lahirnya KBK, yang meliputi
antara lain: kegiatan belajar mengajar (KBM), penilaian berbasis kelas, dan
pengelolaan kurikulum berbasis sekolah. [18]Kurikulum Berbasis
Kompetensi merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan
hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan pembelajaran dan
pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah.[19]
Dalam hubungannya dengan KBM,
proses belajar tidak hanya berlangsung di lingkungan sekolah, teatapi di
lingkungan keluarga dan masyarakat. Kurikulum 2004 merupakan kurikulum
eksperimen yang diterapkan secara terbatas di sejumlah sekolah/madrasah untuk
eksperimen kurikulum berbasis kompetensi (KBK). [20]Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) memiliki tiga karakteristik utama yakni:
a.
KBK memuat sejumlah kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa. Artinya
melalui KBK diharapkan siswa memiliki kemampuan standar minimal yang harus
dikuasai.
b.
Implementasi pembelajaran dalam KBK menekankan kepada proses pengalaman
dengan memerhatikan keberagaman setiap individu. Pembelajaran tidak sekedar
diarahkan untuk menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana materi itu
dapat menunjang dan mempengaruhi kemampuan berfikir dan kemampuan bertindak
sehari-hari.
c.
Evaluasi dalam KBK menekankan pada evaluasi hasil dan proses belajar. Kedua
sisi evaluasi itu sama pentingnya sehingga pencapaian standar kompetensi
dilakukan secara utuh yang tidak hanya mengukur aspek pengetahuan saja, akan
tetapi sikap dan keterampilan.[21]
Adapun tujuan dari kurikulum
berbasis kompetensi ini adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk
menghadapi perannya di masa datang dengan mengembangkan sejumlah kecakapan
hidup. Kecakapan hidup merupakan kecakapan yang dimiliki seseorang untuk mau
dan berani menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan,
kemudian secara proaktif dan kreatif mencari dan menemukan solusi sehingga
akhirnya mampu mengatasinya.[22]
Di dalam kurikulum berbasis
kompetensi juga memiliki ciri-ciri yakni:
a.
Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun
klasikal.
b.
Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman.
c.
Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang
bervariasi.
d.
Sumber belajar bukan hanya dari guru, tetapi juga sumber belajar lainnya
yang memenuhi unsur edukatif .
e.
Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan
atau pencapaian suatu kompetensi.[23]
2.
Kurikulum 2006 (KTSP)
Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) disusun oleh satuan pendidikan sekolah/madrasah bersama
dengan semua pemangku kepentingan di sekolah dengan mengacu kepada standar isi
dan proses dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.[24]
Pendidikan nasional harus mampu
menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, pengingkatan mutu dan relevansi,
serta efisiensi manajemen pendidikan. Pemerataan kesempatan pendidikan
diwujudkan dalam program wajib belajar 9 tahun. Pengingkatan relevansi
pendidikan dimaksudkan untuk menghasilkan lulusan yang sesuai dengan tuntutan
kebutuhan berbasis potensi sumber daya alam Indonesia. Peningkatan pendidikan
efisiensi manajemen pendidikan dilakukan melalui penerapan manajemen berbasis
sekolah/madrasah dan pembaharuan pengelolaan pendidikan secara terencana,
terarah, dan berkesinambungan.[25]
Menurut Muhaimin pada dasarnya
pengembangan KTSP tidak dapat dipisahkan dengan KBK, di mana pendekatan
pengembangan KTSP menggunakan pendekatan KBK. Pendekatan KBK memiliki ciri-ciri
: pertama, menitikberatkan pada
pencapaian target kompetensi daripada penguasaan materi. Kedua, lebih mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya
pendidikan tersedia. Ketiga, memberikan
kebebasan yang lebih luaskepada pelaksana pendidikan di lapangan untuk
mengembangkan dan melaksanakan program pendidikan sesuai dengan kebutuhan.[26]
Di dalam Pengembangan KTSP, ada
konsep dasar yang harus diketahui. Konsep dasar KTSP meliputi tiga aspek yang
saling terkait yaitu:
a.
Kegiatan pembelajaran
Kegiatan
pembelajaran dalam KTSP mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1)
Berpusat pada peserta didik.
2)
Mengembangkan kreativitas.
3)
Menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang.
4)
Konstektual.
5)
Menyediakan pengalaman belajar yang beragam.
6)
Belajar melalui berbuat.
b.
Penilaian
Penilaian
dalam KTSP mempunyai karakteristik yakni:
1)
Dilakukan oleh guru untuk mengetahui tingkat penguasaan kompetensi yang
ditetapkan, bersifat internal, bagian dari pembelajaran, dan sebagai bahan
untuk peningkatan mutu hasil belajar.
2)
Berorientasi pada kompetensi, mengacu pada patokan, ketuntasan belajar,
dilakukan melalui berbagai cara yaitu: portfolios (kumpulan hasil kegiatan
siswa), prroducts (hasil karya), projects (penugasan), performances (untuk
kerja), dan paper and pen test (tes tulis).
c.
Pengelolaan kurikulum berbasis sekolah.
Pengelolaan
kurikulum berbasis sekolah mempunyai prinsip-prinsip:
1)
Mengacu pada visi dan misi sekolah.
2)
Pengembangan perangkat kurikulum (misalnya dalam penyusunan silabus dan
renacana pelaksanaan pembelajaran atau RPP).
3)
Pembeerdayaan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan lainnya, termasuk
sumber daya manusia, serta sumber daya lainnya untuk meningkatkan mutu hasil
belajar.
4)
Pemantauan.[27]
Adapun
prinsip dari pengembangan KTSP ini sendiri yaitu:
a.
Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta
didik serta lingkungannya.
b.
Beragam dan terpadu.
c.
Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
d.
Relevan dengan kebutuhan kehidupan.
e.
Menyeluruh dan berkesinambungan.
f.
Belajar sepanjang hayat.
g.
Seimbang antara kepentingan Nasional dan kepentingan Daerah.[28]
3.
Kurikulum 2013
Perubahan kurikulum suatu hal
biasa demi memperbaiki kualitas pendidikan suatu negara. Sama halnya, untuk
meningkatkan kualitas pendidikan nasional, salah satunya, dapat dilakukan
dengan evaluasi dan memperbarui kurikulum pendidikan nasional. Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan telah mempersiapkan proses penyusunan kurikulum 2013
sejak 2010. Wacana semakin berkembang dan populer sejak dilontarkan Wakil Presiden,
Budiono, bertalian dengan ide tentang relevansi dan beban di sekolah. Budiono,
ketika itu mengungkapkan konsepsi substansi pendidikan hingga kini belum jelas
sehingga memunculkan kecenderungan memasukkan segala yang dianggap penting ke
dalam kurikulum. Akibatnya, terjadilah beban berlebihan pada peserta didik,
meskipun kurang jelas apakah anak mendapatkan sesuatu yang seharusnya dari
pendidikannya. Sudah saatnya untuk memikirkan apa yang seharusnya diajarkan
agar anak-anak mampu berkontribusi bagi kemajuan bangsa nantinya. [29]
Perubahan Kurikulum KTSP 2006 ke
K 2013 merupakan salah satu upaya untuk memperbarui setelah dilakukan evaluasi
kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak bangsa atau generasi muda. Inti dari K
2013 terletak pada upaya penyederhanaan dan sifatnya yang tematik-integratif. Kurikulum
2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap menghadapi tantanga masa
depan. Dalam kurikulum 2013 lebih mengutamakan kepada akhlak peserta didik dan
peran peserta didik lebih banyak dibandingkan guru. Guru hanya sebagai
fasilitator dan motivator. [30]
Sebelum kita mengembangkan suatu
kurikulum pastilah harus ada landasan terlebih dahulu. Di dalam pengembangan
kurikulum 2013 dilandasi secara filosofi, yuridis dan konseptual.
a.
Landasan Filosofis
1)
Filosofi Pancasila yang memberikan berbagai prinsip dasar dalam pembangunan
pendidikan.
2)
Filosofi pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai luhur, nilai akademik,
kebutuhan peserta didik, dan masyarakat.
b.
Landasan Yuridis
1)
RPJMM 2010-2014 Sektor Pendidikan, tentang Perubahan Metodologi
Pembelajaran dan Penatan Kurikulum.
2)
PP No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.
3)
INPRES Nomor 1 Tahun 2010, tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas
Pembangunan Nasional, penyempurnaan kurikulum dan metode pembelajaran aktif
berdasarkan nilai-nilai budaya bangsa untuk membentuk daya saing dan karakter
bangsa.
c.
Landasan Konseptual
1)
Relevansi pendidikan.
2)
Kurikulum berbasis kompetensi dan karakter.
3)
Pembelajaran konsektual.
4)
Pembelajaran aktif.
5)
Penilaian yang valid, utuh, dan menyeluruh. [31]
Seperti yang dikemukakan di
berbagai media massa, bahwa melalui pengembangan kurikulum 2013 kita akan
menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif;
melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.
Kurikulum 2013 memungkinkan para guru menilai hasil belajar peserta didik dalam
proses pencapaian sasaran belajar, yang mencerminkan penguasaan dan pemahaman
terhadap apa yang dipelajari. Oleh karena itu, peserta didik perlu mengetahui
kriteria penguasaan kompetensi dan karakter yang akan dijadikan sebagai standar
penilaian hasil belajar, sehingga para peserta didik dapat mempersiapkan
dirinya melalui penguasaan terhadap sejumlah kompetensi dan karakter tertentu,
sebagai prasyarat untuk melanjutkan ke tingkat penguasaan kompetensi dan
karakter berikutnya.[32]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kurikulum di Indonesia berkembang sejak pendidikan samuk
ke Indonesia. Pendidikan dimulai sejak zaman Hindu Budha hingga sekarang.
Kurikulum di masa Hindu Budha masi menggunakan ajaran agama sebagai pedoman
utama. Lanjut berkembang pada zaman penjajahan Belanda yang sudah menggunakan
pelajaran selain pelajaran agama. Hingga masa kemerdekaan Indonesia, kurikulum
sangat mengalami perubahan. Kurikulum sudah dipandang oleh pemerintah dan
bahakan sudah ada hukum mengenai kurikulum di Indonesia.
B.
Saran
Dalam penyusunan makalah ini, pemakalah
menyarankan agar para pembaca tidak hanya berpegangan dengan makalah ini.
Karena pemakalah menyadari masih ada kekurangan baik dalam isi maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu, pemakalah mengharapkan kritikan dari para pembaca,
yang dapat memberikan masukan tentang penulisan makalah yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Djumhur, I dan Danasuparta. Sejarah Pendidikan. Bandung: CV Ilmu Bandung. 1959.
Hidayat, Sholeh. Pengembangan
Kurikulum Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2013.
Idi, Abdullah. Pengembangan
Kurikulum. Jakarta: Rajawali Pers. 2014.
Mulyasa, E. Pengembangan
dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT Remaja
Roesdakarya. 2014.
Nasution. Sejarah
Pendidikan Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara. 2001.
Nurdin, Syafruddin. Pembinaan
dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta:
PT. Ciputat Press.
2010.
Sanjaya,Wina. Pembejaran
dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta:
Kencana. 2005.
Suparlan. Tanya
Jawab Pengembangan Kurikulum dan Materi Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi
Aksara. 2011.
Wiryokusumo, Iskandar
dan Usman Mulyadi. Dasar-Dasar
Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Bina Aksara. 1988.
No comments:
Post a Comment