MAKALAH
ADMINISTRASI PENDIDIKAN
Tentang
“Administrasi Kurikulum”
Disusun
oleh:
MUHAMMAD IMAM ASHARI RAMBE
1614040023
Dosen
Pembimbing :
Dra. Nini
JURUSAN
TADRIS MATEMATIKA A
FAKULTAS
TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
IMAM
BONJOL PADANG
1439
H/2018 M
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kurikulum merupakan alat kunci dalam proses pendidikan
formal. Tidak mengherankan apabila alat ini selalu dirombak atau ditinjau
kembali untuk mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan zaman. Oleh karena
itu kurikulum juga harus selalu berkembang. Dan karena itu pula kurikulum perlu
dibina penerapannya dan dikembangkan prospeknya.
Administrasi kurikulum di sekolah
merupakan kegiatan yang sangat penting di antara kegiatan-kegiatan administrasi
lainnya. Kurikulum dengan diiringi tatalaksana yang baik, tepat dan cermat akan
mampu membuahkan hasil pendidikan yang baik pula. Kecakapan mengelola, menata,
dan melaksanakan kurikulum tidak hanya menjadi kebutuhan dan tanggung jawab
guru, juga dirasakan sangat perlu bagi para pengelola lembaga pendidikan yang
bersangkutan.
Dalam makalah ini akan
diterangkan mengenai Pengertian Administrasi Kurikulum, komponen-komponen
kurikulum, organisasi kurikulum, kegiatan-kegiatan administrasi kurikulum,
serta pelaksanaan administrasi kurikulum.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian administrasi kurikulum ?
2. Apa saja
prinsip dan fungsi admnistrasi kurikulum ?
3. Apa saja
komponen-komponen kurikulum ?
4. Apa itu
organisasi kurikulum ?
5. Apa saja
ruang lingkup administrasi kurikulum ?
6. Apa saja
kegiatan-kegiatan administrasi kurikulum ?
7. Bagaimana
pelaksanaan administrasi kurikulum ?
C. Tujuan
1. Mengetahui
apa itu pengertian administrasi kurikulum.
2. Mengetahui
apa saja prinsip dan fungsi admnistrasi kurikulum.
3. Mengetahui
apa saja komponen-komponen kurikulum.
4. Mengetahui
apa itu organisasi kurikulum.
5. Mengetahui
apa saja ruang lingkup administrasi kurikulum.
6. Mengetahui
apa saja kegiatan-kegiatan administrasi kurikulum.
7. Mengetahui
bagaimana pelaksanaan administrasi kurikulum.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Administrasi
Kurikulum
Secara etimologis, kurikulum berasal
dari bahasa inggris yaitu kata curriculum yang berarti rencana pelajaran
(Echolz:1984). Kata Curriculum sendiri berasal dari kata "Currere
yang berarti berlari cepat, tergesa gesa, menjelajahi, menjalani, dan berusaha
(Hassibuan:1979). Dalam kamus Webster's tahun 1857, secara gamblang kurikulum diartikan
sebagai rancangan sejumlah mata pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa untuk
naik kelas atau mendapatkan ijazah (menyelesaikan studinya).
Menurut Soedijarto, kurikulum
merupakan serangkaian pengalaman dan kegiatan belajar yang direncanakan untuk
diatasi oleh siswa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan oleh suatu lembaga pendidikan yang berwenang. Adapun di Indonesia,
dalam UU No.20 tahun 2003 pasal 1 ayat (19), kontitusi menyatakan bahwa
kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan
yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi
rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu
periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan
keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaraan
pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja. Lama waktu dalam satu
kurikulum biasanya disesuaikan dengan maksud dan tujuan dari sistem pendidikan
yang dilaksanakan. Kurikulum ini dimaksudkan untuk dapat mengarahkan pendidikan
menuju arah dan tujuan yang dimaksudkan dalam kegiatan pembelajaran secara
menyeluruh.[1]
Sedangkan, Administrasi kurikulum
merupakan seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara
sengaja dan bersungguh-sungguh serta membina and secara kontinu terhadap
situasi belajar mengajar secara efektif dan efisien demi membantu tercapainya
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Pada
tingkat sekolah apapun, yang menjadi tugas utama kepala sekolah ialah menjamin
adanya program pengajaran yang baik bagi murid-murid. Karena pada dasarnya
pengelolaan atau manajemen pendidikan fokus segala usahanya adalah terletak
pada Praktek Belajar mengajar (PBM). Hal ini nampak jelas bahwa pada hakikatnya
segala upaya dan kegiatan yang dilaksanakan didalam sekolah atau lembaga
pendidikan senantiasa diarahkan pada suksesnya PBM.[2] Manajemen kurikulum adalah sebagai
suatu sistem pengelolaan kurikulum yang kooperatif komprehensif sistematis dan
sistematik dalam rangka mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum. Oleh karena
itu, otonomi yang diberikan pada lembaga pendidikan atau sekolah dalam
mengelola kurikulum secara mandiri dengan memprioritaskan kebutuhan dan ketercapaian
sasaran dalam visi dan misi lembaga pendidikan atau sekolah tidak mengabaikan
kebijaksanaan nasional yang telah ditetapkan.
Dan hubungan sekolah dengan
masyarakat perlu dikelola secara produktif agar masyarakat merasa memiliki
sekolah. Sehingga terbentuk sinerjik antara sekolah dengan masyarakat untuk
mewujudkan program-program sekolah. Dengan demikian keterlibatan masyarakat
dalam manajemen kurikulum dimaksudkan agar dapat memahami, membantu dan
mengontrol implementasi kurikulum, sehingga lembaga pendidikan atau sekolah
selain dituntut kooperatif juga mampu mandiri dalam mengidentifikasi kebutuhan
kurikulum, mendesain kurikulum, menentukan prioritas kurikulum, melaksanakan
pembelajaran, menilai kurikulum, mengendalikan serta melaporkan sumber dan
hasil kurikulum baik kepada masyarakat maupun pada pemerintah.[3]
B. Prinsip dan
Fungsi Administrasi atau Manajemen Kurikulum
Prinsip dan fungsi yang harus
diperhatikan dalam melaksanakan manajemen kurikulum adalah beberapa hal sebagai
berikut, yaitu:
-
Produktivitas, hasil yang
akan diperoleh dalam kegiatan kurikulum merupakan aspek yang harus
dipertimbangkan dalam manajemen kurikulum. Pertimbangan
bagaimana agar peserta didik dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan
kurikulum harus menjadi sasaran dalam manajemen kurikulum.
-
Demokratisasi, pelaksanaan
manajemen kurikulum harus berasaskan pada demokrasi yang menempatkan pengelola, pelaksana dan
subjek didik pada posisi yang seharusnya dalam melaksanakan tugas dengan
penuh tanggung jawab untuk mencapai tujuan kurikulum.
-
Kooperatif, untuk
memperoleh hasil yang diharapkan Dalam kegiatan manajemen Kurikulum perlu
adanya kerjasama yang positif dari berbagai pihak yang terlibat.
-
Efektifivitas dan efisiensi, rangkaian kegiatan manajemen kurikulum harus mempertimbangkan
efektivitas dan efisiensi untuk mencapai tujuan kurikulum, sehingga
kegiatan manajemen kurikulum tersebut memberikan hasil yang berguna dengan
biaya, tenaga dan waktu yang relatif singkat.
-
Mengarahkan
visi, misi dan tujuan yang ditetapkan
dalam kurikulum, proses manajemen kurikulum harus dapat memperkuat dan mengarahkan
visi, misi dan tujuan kurikulum.[4]
C. Komponen-komponen
Kurikulum
Kurikulum
merupakan suatu sistem yang memiliki komponen-komponen tertentu. Adapun komponen-komponen
kurikulum sebagai berikut :
a. Tujuan
b. Isi
c. Metode
d. Evaluasi
Sebagai suatu sistem setiap komponen harus saling berkaitan satu sama
lain. Manakala salah satu komponen yang membentuk system kurikulum terganggu
atau tidak berkaitan dengan komponen lainnya, maka system kurikulum pun akan
terganggu pula.[5]
D.
Organisasi Kurikulum
Organisasi kurikulum adalah Pola
atau bentuk penyusunan bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada murid-murid.
Organisasi kurikulum sangat erat hubungan dengan tujuan pendidikan
yang hendak dicapai karena pola-pola yang berbeda akan mengakibatkan ini dan
cara penyampaian pelajaran berbeda pula (Prof. Dr. Nasution, 80).
Pola-pola pengorganisasian kurikulum
ada banyak macamnya. Berikut ada tiga macam yaitu :
a.
Separated subject curriculum
Kurikulum ini menyajikan segala bahan
pelajaran dalam berbagai macam mata pelajaran (subject) yang
terpisah-pisah satu sama lain, seakan-akan ada batas pemisah antara mata
pelajaran yang satu dengan yang lain, juga antara suatu kelas dengan kelas yang
lain.
b.
Correlated curriculum
Pada dasarnya organisasi kurikulum ini
menghendaki agar mata pelajaran satu sama lain ada hubungan, bersangkut paut (correlated)
walaupun mungkin batas-batas yang satu dengan yang lain, masih dipertahankan.
c.
Integrated curriculum
Integrated curriculum maniadakan
batas-batas antara berbagai mata pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran dalam
bentuk unit atau keseluruhan.[6]
E. Ruang
Lingkup Administrasi Kurikulum
Ruang
lingkup administrasi kurikulum meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian
kegiatan kurikulum. Pada tingkat sekolah kegiatan kurikulum lebih mengutamakan
untuk merealisasikan dan merelevansikan antara kurikulum nasional (standar
kompetensi/kompetensi dasar) dengan kebutuhan daerah dan kondisi sekolah yang
bersangkutan, sehingga kurikulum tersebut merupakan kurikulum yang integritas
dengan peserta didik maupun dengan lingkungan.[7]
F. Kegiatan-kegiatan
Administrasi atau Manajemen Kurikulum
Kegiatan
manajemen dititikberatkan pada usaha-usaha pembinaan situasi belajar-mengajar
di sekolah agar selalu terjamin kelancarannya. Kegiatan manajemen kurikulum
yang terpenting disini dapat disebutkan dua hal yakni :
a. Kegiatan
yang amat erat kaitannya dengan tugas guru.
b. Kegiatan
yang erat kaitannya dengan proses belajar-mengajar.
Berikut
dijabarkan secara rinci :
a. Kegiatan
yang berhubungan dengan tugas guru
Kegiatan ini meliputi:
1) Pembagian
tugas mengajar,
2) Pembagian
tugas/tanggung jawab dalam membina ekstrakurikuler,
3) Koordinasi
penyusunan persiapan mengajar.
b. Kegiatan
yang berhubungan dengan proses pelaksanaan belajar-mengajar
Kegiatan ini meliputi:
1) Penyusunan
jadwal pelajaran,
2) Penyusunan
program (rencana) berdasar satuan waktu tertentu (caturwulan, semesteran,
tahunan),
3) Pengisian
daftar kemajuan murid,
4) Penyelenggaraan
evaluasi hasil belajar,
5) Laporan
hasil evaluasi,
6) Kegiatan
bimbingan penyuluhan.[8]
G. Pelaksanaan
Administrasi Kurikulum
Pelaksanaan kurikulum dibagi menjadi
dua tingkatan yaitu pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah dan tingkat kelas. Dalam tingkat
sekolah yang berperan adalah kepala sekolah dan pada tingkat kelas yang
berperan adalah guru. Walaupun dibedakan antara tugas kepala sekolah dan tugas guru dalam
pelaksanaan kurikulum serta diadakan perbedaan tingkat dalam pelaksanaan
administrasi, yaitu tingkat kelas dan tingkat sekolah, namun antara
kedua tingkat dalam pelaksanaan administrasi kurikulum tersebut senantiasa
bergandengan dan bersama-sama bertanggung jawab melaksanakan proses
administrasi kurikulum.[9]
1. Pelaksanaan
Kurikulum Tingkat Sekolah
Pada tingkat sekolah, kepala sekolah bertanggung jawab untuk melaksanakan kurikulum di
lingkungan sekolah yang dipimpinnya. Dia berkewajiban
melakukan kegiatan-kegiatan yang menyusun rencana tahunan, menyusun
jadwal pelaksanaan kegiatan, memimpin rapat dan membuat notula rapat, membuat
statistik dan menyusun laporan. Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan :
a) Kepala
sekolah sebagai pemimpin
Tanggung jawab kepala sekolah adalah memimpin sekolah melaksanakan
dan membina serta mengembangkan kurikulum. Kepemimpinan adalah suatu proses
mempengaruhi orang orang lain atau kelompok agar mereka berbuat untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan. Berbagai cara dilakukan seseorang pemimpin dalam
melaksanakan kepemimpinan yang seperti persuasi mempengaruhi atau dengan cara
lain. Pada umumnya seorang pemimpin (termasuk kepala sekolah), harus memiliki
sikap/sifat/tingkah laku tertentu yang justru merupakan kelebihan dibandingkan
orang lain/bawahannya yang dipimpin. Sikap/sifat/tingkah laku
tersebut antara lain :
-
Mampu
mengelola sekolah (managerial skills)
-
Kemampuan
profesional atau keahlian dalam jabatannya
-
Bersikap
rendah hati dan sederhana
-
Selain
dari sikap-sikap tersebut, maka kepala sekolah sebaiknya memiliki ciri-ciri
kepribadian antara lain: bersikap suka menolong, sabar dan memiliki kestabilan
emosi, percaya pada diri sendiri, dan berpikir kritis, dsb.
b) Perilaku
seorang administrator
Perilaku seorang administrator penting sekali dalam hubungan dengan
perencanaan program, pengorganisasian staff, pergerakan
semua pihak yang perlu dilibatkan dalam pelaksanaan kegiatan supervisi, penilaian
terhadap personal sekolah.[10]
c) Penyusunan
rencana tahunan
Perencanaan berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan
kepemimpinannya. Berdasarkan
jangka waktunya, perencanaan terdiri dari rencana jangka panjang (misalnya
rencana untuk 5 sampai 10 tahun) dan rencana jangka pendek (rencana tahunan, bulanan) berdasarkan
garapan seorang administrator, kepala sekolah perlu membuat rencana- rencana :
1)
Perencanaan
bidang kemuridan.
2)
Perencanaan
bidang personal atau tenaga kependidikan.
3)
Perencanaan
bidang sarana kependidikan.
4)
Perencanaan
bidang ketatausahaan sekolah.
5)
Perencanaan
bidang pembiayaan atau anggaran pendidikan.
6)
Perencanaan
pembinaan organisasi sekolah.
7)
Perencanaan
hubungan kemasyarakatan atau komunikasi pendidikan.
d) Pembinaan
organisasi sekolah
Pelaksanaan kurikulum membutuhkan dukungan organisasi sekolah yang
kuat. Sekolah-sekolah yang tergolong mapan umumnya pelaksanaan kurikulum
ditunjang oleh:
1)
Guru
bidang studi yang memadai baik jumlah maupun kualitasnya.
2)
Staf
karyawan tata usaha yang cakap dan terampil.
3)
Bagian
pengadaan alat bantu mengajar.
4)
Bagian
perpustakaan di mana sumber bacaan disediakan dan dioperasikan sesuai dengan
tuntutan kurikulum.
5)
Pengelolaan
laboratorium tempat diadakannya percobaan dan praktek.
6)
Usaha
kesehatan sekolah (UKS), yang dibina oleh dokter perawat
tenaga pisikiater.
7)
Bagian
bimbingan dan penyuluhan (BP) yang dibina
oleh tenaga konselor yang ahli.
8)
Bagian
yang bertugas membina kegiatan kegiatan ekstrakurikuler kepramukaan latihan
keterampilan
9)
Organisasi
siswa (OSIS).
10)
Organisasi
orang tua murid.
Organisasi yang lengkap seperti di
atas menuntut kemampuan organisasi yang mewadahi dari seorang kepala sekolah
agar mampu melaksanakan tanggung jawabnya. Semua organisasi harus bekerja
secara terpadu di bawah koordinasi yang baik, senantiasa terarah ke pencapaian
tujuan instruksional dan kurikuler sekolah bersangkutan.
e) Koordinasi
dalam pelaksanaan kurikulum
Koordinasi bertujuan agar terdapat kesatuan sikap, pikiran dan
tindakan para personal dan stop pada organisasi dalam organisasi sekolah untuk
melaksanakan kurikulum nya.
Pelaksanaan koordinasi sejalan dengan pelaksanaan fungsi
administrasi yakni:
1)
Koordinasi
dalam perencanaan
2)
Koordinasi
dalam pengorganisasian
3)
Koordinasi
pergerakan motivasi personal
4)
Koordinasi
dalam pengawasan dan supervisi
5)
Koordinasi
dalam anggaran biaya pendidikan
6)
Koordinasi
dalam program evaluasi
Tindakan-tindakan koordinasi
tersebut secara bersama-sama atau secara parsial diarahkan dalam pelaksanaan
kurikulum untuk mencapai tujuan institusional sekolah.
f) Kegiatan
memimpin rapat kurikuler
Rapat guru adalah media yang paling tepat untuk memusyawarahkan
penyelenggaraan, hasil-hasil dan berbagai masalah kurikuler di sekolah. Rapat
dapat diselenggarakan pada awal tahun akademik, pertengahan tahun atau
semester, akhir tahun akademik, atau dilaksanakan secara insidental menurut
kebutuhan yang ada di sekolah bersangkutan. Penyelenggaraan rapat mungkin oleh
kepala sekolah atau kepala sub organisasi, atau ketua bidang studi bergantung
pada permasalahan yang dihadapi.[12]
g) Sistem
komunikasi dan pembinaan kurikulum
Pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang mampu berkomunikasi
dengan baik dengan semua pihak yang terlibat dalam proses administrasi, baik
dalam organisasi maupun luar organisasi. Melalui komunikasi akan terjadi
hubungan yang interaktif dari semua pihak yang pada akhirnya mengembangkan
proses kerjasama yang baik dalam upaya mencapai tujuan tujuan administrasi
kurikulum. Dengan demikian pengertian komunikasi dapat dirumuskan sebagai
serangkaian kegiatan dalam Proses penyampaian pesan dari seseorang kepada
orang/pihak lain dalam rangka proses kerjasama untuk mencapai tujuan tertentu.
2. Pelaksanaan
kurikulum tingkat kelas
Pembagian tugas guru harus diatur secara administrasi untuk
menjamin kelancaran pelaksanaan kurikulum lingkungan kelas. Pembagian
tugas-tugas tersebut meliputi tiga jenis kegiatan administrasi yaitu :
a. Pembagian tugas mengajar.
b. Pembagian tugas pembinaan extrakurikuler.
c. Pembagian tugas bimbingan belajar.
Pembagian tugas ini dilakukan melalui musyawarah guru yang dipimpin
kepala sekolah. Keputusan tugas tersebut selanjutnya dituangkan dalam jadwal
pelajaran untuk 1 semester atau 1 tahun akademik. Berikut beberapa hal yang perlu
diperhatikan :
a) Kegiatan
dalam bidang proses belajar-mengajar
Kegiatan ini erat sekali kaitanya dengan tugas-tugas seorang guru
sebagaimana yang telah diuraikan. Kegiatan kegiatan tersebut antara lain:
-
Menyusun
rencana pelaksanaan program atau unit
-
Menyusun
jadwal pelaksanaan kegiatan dan jadwal pelajaran
-
Pengisian
daftar penilaian kemajuan belajar dan perkembangan siswa
-
Pengisian
buku laporan pribadi siswa.[13]
b) Pembinaan
kegiatan ekstrakurikuler
Kegiatan ekstra kurikuler adalah kegiatan pendidikan di luar
ketentuan kurikulum yang berlaku akan tetapi bersifat pedagogis dan menunjang
pendidikan dalam menunjang ketercapaian tujuan sekolah. Kegiatan kegiatan Extra
kurikuler ini sesungguhnya merupakan bagian integral dari kurikulum sekolah
yang bersangkutan di mana semua guru terlibat di dalamnya. Dan kegiatan
kegiatan ekstra Ini mengandung nilai tertentu antara lain:
-
Memenuhi
kebutuhan kelompok
-
Menyalurkan
minat dan bakat
-
Memberikan
pengalaman eksplotorik
-
Mengembangkan
dan mendorong motivasi terhadap mata ajaran
-
Mengikat
para siswa di sekolah
-
Mengembangkan
loyalitas terhadap sekolah
-
Mengintegrasikan
kelompok-kelompok sosial
-
Mengembangkan
sifat-sifat tertentu
-
Menyediakan
kesempatan pemberian bimbingan dan layanan secara informal
-
Mengembangkan
Citra masyarakat terhadap sekolah
c) Kegiatan
bimbingan belajar
Tujuan utama bimbingan yang diberikan guru adalah untuk mengembangkan
semua kemampuan siswa agar mereka berhasil mengembangkan hidupnya pada tingkat
atau keadaan yang lebih layak dibandingkan dengan sebelumnya. Bimbingan berupa
bantuan untuk menyelesaikan masalahnya sehingga dia Mandiri dalam menyelesaikan
masalahnya, bantuan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya
seperti keluarga sekolah dan masyarakat.[14]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Administrasi kurikulum di sekolah merupakan kegiatan yang sangat penting di
antara kegiatan-kegiatan administrasi lainnya. Kurikulum dengan diiringi
tatalaksana yang baik, tepat dan cermat akan mampu membuahkan hasil pendidikan
yang baik pula. Kecakapan mengelola, menata, dan melaksanakan kurikulum tidak
hanya menjadi kebutuhan dan tanggung jawab guru, juga dirasakan sangat perlu
bagi para pengelola lembaga pendidikan yang bersangkutan.
Ruang
lingkup administrasi kurikulum meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian
kegiatan kurikulum. Pada tingkat sekolah kegiatan kurikulum lebih mengutamakan
untuk merealisasikan dan merelevansikan antara kurikulum nasional (standar
kompetensi/kompetensi dasar) dengan kebutuhan daerah dan kondisi sekolah yang
bersangkutan, sehingga kurikulum tersebut merupakan kurikulum yang integritas
dengan peserta didik maupun dengan lingkungan.
B. Kritik dan
Saran
Kami sebagai penulis menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, kedepannya kami akan lebih
fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber
yang lebih banyak yang dapat dipertanggung jawabkan. Kami sangat menerima saran
dan kritikan dari pembaca untuk membuat makalah ini lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, Ary H. 2002. Administrasi Sekolah (Administrasi Pendidikan
Mikro). Jakarta: PT RINEKA CIPTA.
Hamalik, Oemar. 2010. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung :
PT Remaja Rosdakarya.
Tim Dosen Administrasi Pendidikan
Universitas Pendidikan Indonesia. 2008. Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Suryosubroto, B. 2010. Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta:
PT RINEKA CIPTA.
Syaodih dan Nana Sukmadinata. 2000. Pengembangan
kurikulum : teori dan praktik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
[1] Syaodih dan Nana Sukmadinata, Pengembangan kurikulum : teori dan praktik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000). hlm. 23-25.
[2] Ary H Gunawan, Administrasi Sekolah (Administrasi
Pendidikan Mikro), (Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2002), hlm. 80.
[3] Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Manajemen Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm. 191.
[4] Ibid., hlm. 192.
[5] Ibid., hlm.
193-194.
[6] B. Suryosubroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah,
(Jakarta: PT RINEKA CIPTA, 2010), hlm. 33-36.
[7] Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia, Op.Cit., hlm.191.
[8] B. Suryosubroto, Op.Cit., hlm.42-44
[9] Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum,
(Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2010), hlm. 173.
[10] Ibid., hlm.
174-176.
[11] Ibid., hlm. 177.
[12] Ibid., hlm.
178-179.
[13] Ibid., hlm.
180-181.
[14] Ibid., hlm. 182.
No comments:
Post a Comment