MAKALAH
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Tentang
Hakikat Pendidikan dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam
Disusun oleh:
Kelompok 3
Febri Eka Sahputri : 1614040030
Desmita Sari : 1614040037
Dosen pengampu:
Prof. Dr. Zulmuqim, MA
Rahmi, MA
JURUSAN TADRIS MATEMATIKA-A
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
IMAM BONJOL PADANG
1439 H / 2018 M
KATA PENGANTAR
ÉOó¡Î0 «!$# Ç`»uH÷q§9$# ÉOÏm§9$#
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh puji syukur kita ucapkan
atas kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan taufik hidayahnyalah serta
nikmat sehat sehingga penyunsun makalah “Filsafat Pendidikan Islam”guna
memenuhi tugas sesuai dengan yang diharapkan. Shalawat beserta salam selalu
tercurahkan kepada baginda nabi Muhammad SAW dan semoga kita selalu berpegang
teguh pada sunahnya Aamiin... Kami mengucapakan terima kasih kepada semua pihak
yang telah menbantu sehingga makalah ini dapat di selesaikan tepat pada
waktunya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan berguna bagi
mahasiswa pada umumnya, dan tidak lupa kami mohon maaf apabila dalam penyusunan
makalah ini terdapat kesalahan baik dalam kosa kata ataupun dalam isi dari
keseluruhan makalah ini. Kami sebagai penulis sadar bahwa makalah ini jauh dari
kata sempurna dan untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi kebaikan
kami untuk kedepannya.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pendidikan
islam sebagi proses pengembangan potensi kreativitas peserta didik. Bertujuan
untuk mewujudkan manusia yang beriman dan bertakwa kepada allah SWT. Dengan
tujuan ini, manusia diharapkan dapat mewujudkan suatu harapan yang menjadi
titik goal dan hasil yang akan dituju dengan jalan atau cara beserta kaidah
yang sesuia dengan ajaran islam.
Dalam setiap
tindakan aktivitas harus berorientasi pada tujuan atau rencana yang telah
ditetapkan. Ini menunjukkan bahwa tujuan pendidikan harus berorientasi pada
sebuah materi. Dengan kita ,engetahui apa itu pendidikan islam maka kita akna
selalu mentaati perintah allah SWT, karena pendidikan islam sangat penting
untuk kita pelajari dan kita pahami serta kita terapkan dikehidupan
sehari-hari.
B. Rumusan
Masalah
1. Apakah
landasan al-qur’an tentang pendidikan?
2. Apa pengertian
pendidikan islam?
3. Apa saja
dasar pendidikan islam?
4. Apa tujuan
pendidikan islam?
BAB II
PEMBAHASAN
Hakikat Pendidikan Dalam Perspektif
Filsafat Pendidikan Islam
A.
Landasan
Al-Qur’an Tentang Pendidikan
Salah satu fungsi pendidikan adalah
trasfer ilmu. Maka ilmu itu adalah salah satu diantara yang di transfer kepada
peserta didik. Dengan demikian sangat erat dan tak terpisahkan antara ilmu dan
pendidikan islam. Karena tanpa pendidikan tidak akan mungkin terlaksana
perkembangan dan peawarisan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan adalah salah
satu objek pendidikan yang mesti dikuasai oleh manusia. Maka pendidikan sangat
berperan dalam penguasaan ilmu. Hal ini juga dapat dilihat dari banyaknya dalil
yang berkaitan dengan ilmu, diantaranya seperti:
Z 4 wöqn=sù txÿtR `ÏB Èe@ä. 7ps%öÏù öNåk÷]ÏiB ×pxÿͬ!$sÛ (#qßg¤)xÿtGuÏj9 Îû Ç`Ïe$!$#
122. mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan
di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang
agama
!$tBur $uZù=yör& ÆÏB y7Î=ö6s% wÎ) Zw%y`Í ûÓÇrqR öNÍkös9Î) 4 (#þqè=t«ó¡sù @÷dr& Ìø.Ïe%!$# bÎ) óOçGYä. w tbqçHs>÷ès? ÇÍÌÈ
43. dan Kami
tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu
kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan[828]
jika kamu tidak mengetahui,
Berdasarkan hal tersebut
maka dapat dipahami bahwa ilmu harus dimiliki oleh manusia, dan untuk
memperoleh ilmu tersebut dilaksanakanlah pendidikan. [1]
Pendidikan
merupakan lembaga utama yang memainkan peranan penting dalam membangun dan
menumbuhkembangkan peradaban. Maju mundurnya suatu peradaban ditentukan oleh
pendidikan bahkan peradaban dan kebudayaan umat manusia tidak akan pernah
muncul tanpa ada lembaga yang mengarahkan manusia kearah tersebut. Karena
manusia terlahir di dunia tidak memiliki daya dan ilmu yang dapat membuatnya
berkembang lebih maju, maka pendidikanlah yang membangun daya dan pengetahuan
tersebut dalam jiwa manusia. Al- qur’an menegaskan :
ª!$#ur Nä3y_t÷zr& .`ÏiB ÈbqäÜç/ öNä3ÏF»yg¨Bé& w cqßJn=÷ès? $\«øx© @yèy_ur ãNä3s9 yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur noyÏ«øùF{$#ur öNä3ª=yès9 crãä3ô±s? ÇÐÑÈ
78. dan Allah
mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun,
dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.
Dalam keadaan ketidak tahuan manusia tersebut, allah membekalinya
dengan indra, baik indra batin, indra qalbu maupun indra zahir yang merupakan
sarana transpormasi ilmu pengetahuan sampai kedalam jiwa manusia. Pendidikan
merupakan wadah manusia berinteraksi dengan menggunkan indra , dimana melalui
indra tersebutlah ilmu kedalam jiwa atau qalbu
yang pada akhirnya melahirkan sikap dan perilaku serta peradaban. Selain
ayat diatas, dalam mempersiapkan manusia pembangunan melalui pendidikan juga
dapat dikaitkan dengan ayat berikut ini
tAtRr& ÆÏB Ïä!$yJ¡¡9$# [ä!$tB ôMs9$|¡sù 8ptÏ÷rr& $ydÍys)Î/ @yJtGôm$$sù ã@ø¡¡9$# #Yt/y $\Î/#§ 4 $£JÏBur tbrßÏ%qã Ïmøn=tã Îû Í$¨Z9$# uä!$tóÏGö/$# >puù=Ïm ÷rr& 8ì»tFtB Ót/y ¼ã&é#÷WÏiB 4 y7Ï9ºxx. Ü>ÎôØo ª!$# ¨,ysø9$# @ÏÜ»t7ø9$#ur 4 $¨Br'sù ßt/¨9$# Ü=ydõusù [ä!$xÿã_ ( $¨Br&ur $tB ßìxÿZt }¨$¨Z9$# ß]ä3ôJusù Îû ÇÚöF{$# 4 y7Ï9ºxx. Ü>ÎôØo ª!$# tA$sWøBF{$# ÇÊÐÈ
17. Allah telah menurunkan
air (hujan) dari langit, Maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut
ukurannya, Maka arus itu membawa buih yang mengambang. dan dari apa (logam)
yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula)
buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi)
yang benar dan yang bathil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang
tak ada harganya; Adapun yang memberi manfaat kepada manusia, Maka ia tetap di
bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan[770].
Allah
mengumpamakan yang benar dan yang batil dengan air dan buih atau denga logam
yang mnecair dan buih nya, yang benar sama dengan air atau logam murni yang
batil sama dengan buh air atau tahi logam yang akan lenyap dan tidak ada
gunanya bagi manusia.
Perumpamaan
yang termuat dalam dalam ayat diatas menunjukkan bahwa pendidikan berintikan penegakan
kebenaran. Dirangkain kebenaran yang sedemikian itu akan terbentuk nilai-nilai
manfaat bagi kehidupan.
B.
Pengertian
pendidikan islam
Pengertian pendidikan dengan seluruh totaritas nya dalam konteks
islam inheren dengan konotasi istilah tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib yang harus
dipahami secara bersama-sama. Ketiga kata tersebut memilki makna yang saling
berkaitan dan cocok untuk pemaknaan pendidikan dalam islam.
Term atarbiyah berakar dari tiga kata, yakni pertama, berasal
dari kata rabba yarbu beartibertambah dan tumbuh. Kedua, bersal dari kata
robbiyah yarbi yang bearti tumbuh dan berkembang. Ketiga, berasal dari kata
rabba yarubbu yang bearti memperbaiki, membimbing, menguasai, memimpin,
menjaga, dan memelihara. Term atta’lim berasal dari kata ‘allama-yu’galimu yang
berarti mengajar. Selanjutnya term atta’dib berasal dari kata ‘addaba yu’gadibu
yang berarti memberi adab. Selain tiga term sebelumnya ada lagi istilah
“ri’adhah” yang berarti pelatihan.
Secara terminologi beberapa ahli pernah mengajukan rumusan konsep
pendidikan islam. Dalam buku crisis in muslim education, syed sajad husein dan
syed ali asrhat menulis: “pendidikan islam adalah pendidikan yang melatih
perasaan murid-murid dengan cara begitu rupa. Sehingga dalam sikap hidup,
tindakan, keputusan dan tindakan mereka terhadap segala jenis pengetahuan
mereka sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai spiritual dan sadar akan nilai etis
islam”.
Sementara muctar bukhori menulis sebagai “pendidikan islam adalah:
pertama, segenap kegatan yang dilakukan seseorang atau suatu lembaga untuk
menanamkan nilai-nilai islam dalam diri sejumlah siswa. Kedua, keseluruhan
lembaga-lembaga pendidikan yang mendasarkannya program pendidikannya atau
pandangan dan nilai-nilai islam”.
Secara lebih rinci, yusuf al-qordhawi memberikan pengertian dalam
al-qardawi: 157” pendidikan islam adalah pendidikan islam seutuhnya, akal dan
hati nya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. Karna itu,
pendidikan islam menyiapkan manusia untuk hidup baik dalam keadaan damai maupun
perang, dan menyiapkan untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan
kejahatannya, manis dan pahitnya.
Sementara itu hasan langgulung merumuskan pendidikan islam sebagai”
proses menerapan generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan Dan nilai-nilai yang diselaraskan dengan
fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetic hasil di akhirat “. Disini
pendidikan sebagai proses pembentukan individu berdasarkan ajaran islam yang di
wahyukan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Melalui proses, individu dibentuk
agar dapat mencapai derajad tinggi sehingga ia mampu maenunaikan tugasnya
sebagai khalifah di mika bumi, yang selanjutnya mewujudkan kebahagiaan di dunia
dan di akhirat. Tegasnya yang setara dengan yang dikemukakan dengan Ahmad D.
Marimba. “Pendididkan Islam Adalah bimbingan jasmani dan rohani menuju
terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.[2]
Secara
lebih tekhnis Endan Syaifuddin Anshari memberi pengertian pendidikan islam
sebagai ‘proses bimbingan (pimpinan, tuntunan, usulan) oleh subjek didik
terhadap perkembaangan jiwa (perasaan, pikiran, kemauan, dan intuisi) dan raga
objek didik dengan bahan materi tertentu, pada jangka waktu tertentu, dengan
metode terrtentu, dan dengan alat perlengkapan yang ada kearah terciptanya
pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai ajaran islam.[3]
Berdasarkan
hasil seminar pendidikan Islam se Indonesia tahun 1960 dirumuskan pendidikan
Islam merupakan bimbingan terhadapa pertumbuhan jasmani dan rohani menurut
ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh,
mengawasi berlakunya semua jaran Islam.[4]
Berdasarkan
beberapa rumusan yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan di atas serta
beberapa istilah dengan pendidikan Islam, seperti tarbiyah, ta’lim, ta’dib
serta riyadhah. Maka pendidikan Islam dirumuskan sebagai ‘Transinternalisasi
Pengetahuan dan Nilai-nilai Islam pada [eserta didik melalui usaha pengajaran, pembiasaan,
bimbingan, pengawasan, dan pengembangan potensinya, guna mencapai keselarasan
dan kesempurnaan hidup di dunia dan di akhirat.
C. Dasar Pendidikan Islam
Dasar adalah pangkal
tolak suatu aktivitas. Di dalam menetapkan dasar suatu aktivitas manusia selalu
berpedoman kepada pandangan hidup dan hukum-hukum dasar yang dianutnya, karena
hal ini yang akan menjadi pegangan dasar di dalam kehidupannya. Apabila
pandangan hidup dan hukum dasar yang di anut manusia berbeda, maka berbeda
pulalah dasar dan tujuan aktivitasnya.
Dasar adalah tempat untuk
berdirinya sesuatu. Fungsi dasar ialah memberikan arah kepada tujuan yang akan
di capai dan sekaligus sebagai landasan untuk berdirinya sesuatu. Setiap negara
mempunyai dasar pendidikannya sendiri. Ia merupakan pencerminan falsafah hidup
suatu bangsa. Berdasarkan kepada dasar itulah pendidikan suatu bangsa di susun.
Dan oleh karena itu maka sistem pendidikansetiap bangsa ini berbeda karena
mereka mempunyai falsafah hidup berbeda.[5]
Untuk menentukan dasar pendidikan
diperlukan peran filsafat pendidikan, karena berdasarkan analisis filosofis di
peroleh nilai-nilai yang diyakini dapat dijadikan dasar pendidikan.dasar
pendidikan islam tentu saja di dasarkan kepada falsafah hidup umat islam dan
tidak didasarkan kepada falsafah hidup, suatu negara, sebab sistem pendidikan
islam tersebut dapat dilaksanakan dimana saja dan kapan sajatanpa dibatasi
ruang dan waktu.
Dari teminologi pendidikan
islam yang telah disebutkan, salah satu syarat utama dari pendidikan islam adalah
upaya meneruskan dan mengekalkan nilai kebudayaan dalam suatu masyarakat.
Dengan demikian, pendidikan merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan bagi
masyarakat tersebut. Agar pendidikan dpat melaksanakan fungsinya dan bermanfaat
bagi manusia, maka perlu acuan poko. Hal itu dikarenakan pendidikan merupakan
bagian yang terpenting dari kehidupan manusia yang secara kodrati adalah insan
pedagogis. Acuan yang menjadi dasar adalah pandangan hidup yang islami dengan
nilai-nilai transenden, universal, dan kekal.[6]
Dasar adalah
landasan tempat berpijak atau tegaknya sesuatu agar dapat berdiri kokoh. Dasar
suatu bangunan, yaitu fundamen yang mnejadi landaan bangunan tersebut agar
tegak dan kokoh berdiri. Demikian pula dasar pendidikan islam, yaitu
fundamental yang menjadi landasan atau asas agar pendidikan islam dapat tegak
berdiri dan tidak mudah roboh karena tiuan angin kencang berupa ideologi yang
muncul, baik di era sekarang maupun yang akan datang. Dasar pendidikan islam,
menurut nur Uhbiyati, secara garis besar ada tiga, yaitu Alqur’an, Sunnah, dan
Perundang-undangan yang berlaku dinegara kita.[7]
1.
Al-qur’an
Abdul wahab
khallaf mendefenisikan Al-Qur’an sebagai berikut: kalam Allah yang diturunkan
melalui malaikat jibril kepada hati muhammad Rasulullah SAW anak abdullah
dengan lafaz bahasa arab dan makna hakiki untuk menjadi hujjah bagi Rasulullah
atas kerasulan nya dan menjadi pedoman bagi manusia dengan petunjuk beribadah
membaca nya.[8]
Al-qur’an merupakan kitab suci
terakhir yang diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad SAW untuk dijadikan sebagai
pedoman bagi manusia, sekaligus sebagai sumber nilai dan norma setelah sunnah.
Akhlak merupakan salah satu asfek ajaran islam yang penting dalam perjalanan
hidup manusia sebab akhlak memberi norma yang baik dan buruk. Uniknya,
al-qur’an yang berada di tengah-tengah masyarakat dewasa ini diyakini tidka
berbeda dengan Al-qur’an yang disampaikan oleh nabi muhammad 15 abad yang lalu.
Al-qur’an adalah kalam Allah terakhir yang dibawa oleh Ruh Al-amin ke dalam
hati nabi muhammad sebagai pemberi peringatan kepada manusia. Di sisi yang
lain, Al-qur’an merupakan kitab suci sekaligus merupakan katalisator politik,
sosial, spiritual, dan penyebab terjadinya perubahan kehidupan kabilah
disemenanjung arab. Pengaruhnya kemudian melebar kekawasan yang lebih luas
dalam waktu yang sangat singkat.Ekspansi ideologi yang dimotori oleh Al-qur’an
berpengaruh diberbagai wilayah. Hal ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an adalah
kekuatan pengubah dunia yang harus di akui dan di pahami.[9]
Al-qur’an tidak
begitu saja dapat mengubah dunia tanpa adanya usaha untuk
mengimplementasikannya. Dibutuhkan penafsiran untuk menggali semua ajaran yang
terkandung didalamnya. Usaha ini kemudian dalam kontes pendidikan islam
–memunculkan nilai-nilai yang membawa misi agar umatnya mampu menyelenggarakan
pendidiakn dan pengajaran .
Indikasi utama dalam hal ini adalah surah Al-alaq (96) ayat 1-5.
Artinya:
Bacalah dengan menyebut
nama tuhan mu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal
darah,. Bacalah dan tuhanmu lah yang maha pemurah. Yang mengajar (manusia)
dwngan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.
Oleh sebab itu, Al-Qur’an di sampaing berfungsi sebagai kitab suci,
di dalam nya juga menggambarkan budaya tertentu. Hal ini dikarenakan Al-qur’an
merupakan teks yang menggunakan bahasa tertentu. Antara bahasa dan budaya
terdapat hubungan erat, sekaligus sarana bagi kemajuan suatu kebudayaan.
Al-qur’an merupakan urat nadi bagi kehidupan kaum muslimin yang tersebar di
berbagai penjuru dunia. Selain itu, Al-qur’an merupakan kalam Allah yang
memiliki perbendaharaan luas dan besar, sekaligus membawa pengaruh terhadap
pengembangan kebudayaan umat manusia. Ketika bangsa arab sarat dengan
kebudayaan jahiliah, al-qur’an muncul membawa angin segar sehingga tercipta
kedamaian dan keadilan bagi umat manusia. Ketika bangsa arab sarat dengan
kebudayaan jahiliyah, Al-qur’an muncul membawa angin segar sehingga tercipta
kedamaian dan keadilan bagi umat manusia.[10]
Dengan demikian
dapat disimpulkan, supaya manusia menemukan jati dirinya sebagai insan yang
bermartabat maka harus menyelenggarakan pendidikan. Menurut pendapat yang
paling kuat, seperti yang diungkapkan oleh subhi shalih, yang dikutip oleh
atang Abd. Hakim, Al-qur’an bearti bacaan dan merupakan kitab suci bagi umat
islam yang diturunkanAllah kepada nabi muhammad melalui malaikat jibril. Di
dalamnya terdapat pendoman bagi kaum muslimin dalam menjalani kehidupan di duna
dan akhirat.[11]
Sementara itu, pendidikan
merupakan salah satu wahana untuk merumuskan dan mencapai tujuan hidup. Dengan
demikian, petunjuk hidup harus mengacu kepada al-qur’an karena mulai dari ayat
yang pertama hingga terakhir tidak pernah lepas dari isyarat pendidikan.
Oleh sebab itu, dalam pelaksanaan pendidikan islam harus senantiasa
mengacu kepada al-qur’an. Dengan berpegang pada nilai-nilai yang terkadung di
dalamnya, kita akan mampu mengarahkan manusia untuk bersifat kreatif, dinamis,
serta mampu mencapai nilai-nilai esensi ubudiah terhadap khaliknya, fakta ini
secara implisit mengarahkan manusia padaa nilai-nilai luhur yang ada kesesuain
antara nilai kemanusian dan nilai ketuhanan sebagai bentuk dan kebenaran azali.[12]
2.
Sunnah
(Hadis)
Sunah menurut pengertian bahasa bearti tradisi yang biasa
dilakukan, atau jalan yang dilalui baik yang terpuji maupun yang tercela.
Adapun pengertian sunah menurut para ahli hadis adalah segala
sesuatu yang diidentikkan kepada nabi muhammad saw. berupa perkataan,
perbuatan, taqrirnya, ataupun selain dari itu. Termasuk sifat-sifat, keadaan,
dan cita-cita (himmah) nabi saw yang belum kesampaian.[13]
Ketika merujuk pada sumber utama agama islam, yaitu Al-qur’an, maka
akan ditemukan pernyataan bahwa nabi muhammad merupakan uswah hasanah yang
paling utama bagi umatnya yang benar-benar beriman kepada Allah dan kehidupan
Akhirat. Ini seperti yang diproklamirkan dalam surah Al-Ahzab (33) ayat 21.
Artinya: sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu sari
teladan yang baik bagi mu yaitu bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan ia banyak menyebut Allah.
Dalam paradigma yang
sudah lazim antara sunah dan hadis merupakan dua kata satu arti. Artinya, sunah
merupakan padanan dari kata hadis. Akan tetapi, ada pula yang membedakan antara
kedunaya. Seperti yang dijelaskan oleh Nur Rodijah Kurmen bahwa sunah menurut
Ash –Siba’i mengartikannya dengan jalan atau cara, baik yang terpuji maupun
tercela. Lain halnya dengan Al-jurjani yang mengartikan dengan jalan atau cara
yang direlakan dan yang tidak direlakan. Disamping itu, zakiah Daradjat,
seperti diungkapkan oleh Saiful, mengartikan sunah sebagai perkataan,
perbuatan, atau pengakuan Rasulullah.
Sementara itu hadis secara bahasa artinya baru, tidak lama, ucapan,
pembicaraan, dan cerita. Menurut ahli hadis, hadis adalah segala ucapan
perbuatan, dan keadaan nabi muhammad. Dengan kata lain, hadis adalah segala
berita yang bersumber dari nabi muhammad.berupa ucapan, perbuatan,
takrir(peneguhan kebenaran dengan alasan), dan dekripsi sifat-sifat beliau ada
satu pendapat yang diungkapkan oleh mohammed Reza modarresee bahwa hadis dapat
berupa perkataan, sikap, dan pernyataan setuju Rasulullah dengan cara diam atau
membiarkannya. Dengan demikian, hadis sebagai suatu tindakan dan perkataan Nabi
Muhammad yang dimaksudkan untuk membumikan ajaran islam, tidak dapat mengelak
dari dinamika sosial sebagai wadah operasionalisasi dari nilai-nilai normatif
islam. Terbukti dengan sebagian besar hadis-hadis Nabi muhammad dalam maalah
muamalah mengambil porsi lebih banyak. Hal ini menjadikan semacam cuplikan
sejarah yang unik. Dalam konteks ini, hadis menyajikan semacam cuplikan sejarah
yang menjelaskan proses beragama masyrakat awal islam yang dinamis dan
bersinambungan. Dengan cara itu pula sebuah wacana dalam hadis dapat
tertangkap.[14]
3.
Perundang-undangan
yang berlaku di indonesia
Seperti
yang telah dideskripsikan pada wal bab ini bahwa pendidikan islam mempunyai
dasar etis-normatif ( Alqur’an dan Hadis). Di sisi yang lain, pendiidkan islam
didasari suatu pemikiran bahwa ilmu adalah milik Allah, yang dengan kata lain
bahwa pendidikan islam juga berasal dari Allah. Allah adalah pendidik yang
pertama dari utama (QS. Al-fatihah (1) : 2) dan juga sebagai pengajar
pertama(QS. Al-baqarah (2) : 31). Ayat-ayat ini menjadi sandaran teologis bahwa
pendidik yang sebenarnya adalah Allah dan peserta didiknya adalah seluruh
makhluk-nya. Semuanya harus tunduk pada aturan yang telah ditetapkan. Dia-lah
pemilik ilmu yang sebenarnya, yang tersebar di seluruh jagat raya ini.
Sementara itu, pengetahuan yang dimilki manusia hanyalah “pemberian” dari Allah yang diporeleh secara
langsung atau berproses, baik secara historis-teologis-eskatologis maupun
kausalitas.[15]
D. Tujuan
Pendidikan Islam
Tujuan atau cita-cita sangat penting di dalam aktivitas pendidikan,
karena merupakan arah yang hendak dicapai. Oleh sebab itu, tujuan harus ada
sebelum melangkah untuk mengerjakan sesuatu. Jika pendidikan dipandang sebagai
suatu proses, maka proses tersebut akan berakhir pada tercapainya tujuan akhir.
Oleh karena itu, usaha yang tidak mempunyai tujuan tidak mempunyai arti
apa-apa.
Islam melakukan proses pendidikan dengan melakukan pendekatan yang
menyeluruh sehingga tidaka da yang terabaikan sedikitpun, baik segi jasmani
maupun rohani. Dengan pendidikan, kualitas mental seseorang akan meningkat dan
segala proses yang dijalankan atas dasar fitrah yang diberikan Allah.
Bicara tentang tujuan pendidiakn, erat kaitannya dengan tujuan
hidup manusia. Hal itu di sebabkan pendidikan merupakan alat ayng digunakan
manusia untuk memelihara kelanjutan hidupnya, baik sebagai individu maupun
masyarakat. Oleh karena itu, tujuan pendidikan harus diarahkan sesuai dengan
kebutuhan dan tuntutan yang sedang dihadapi. Seperti yang diungkapkan oleh
muhammad Athiyah Al-Abrasyi bahwa tujuan utama dari pendidikan islam adalah
pembentukan akhlak dan budi pekerti yang sanggup menghasilakn orang-ornag yang
bermoral, berjiwa bersih, pantang menyerah, bercita-cita tinggi, dan berakhlak
ulia baik laki-laki maupun perempuan. Selain itu, juga mengerti kewajiban
masing-masing, dapat membedakan antara baik dan buruk, mampu menyusun skala
prioritas, menghindari perbuatan tercela, mengingat tuhan, dan mengetahui dalam
setiap pekerjaan apa yang dilakukan.[16]
Dengan istilah lain , tujuan pendidikan selalu dimaksudkan untuk
mencapai kondisi selaras antara tuntutan dan hasil denga mereformasi berbagai
rencana dan kegiatan, sehingga tidak kehilangan relevansi dengan tuntutan
kebutuhan masyarakat, baik yang bersifat lokal, nasional, regional, maupun
internasional. Di sini tampak bahwa tujuan pendidikan di zaman reformasi (era
global) setidaknya mencoba mengarahkan yang hendak dituju dalam proses
pendidikan.
Kogkretnya,
tujuan pendidikan suatu masyarakat selalu dibangun di atas falsafah masyrakat
yang bersangkutan atau dengan kata lain tujuan pendidiakn islam dibangun di
atsa landasan niali etik-normatif, yaitu Alqur’an dan hadis yang
dikonsultasikan dengan realitas atau masyrakat yang melingkupi. Sebagaimana
diketahui bahwa suatu masayrakat selalu bersifat dinamis dan mengalami
peruabhan dari zaman ke zaman sehingga pembaharuan tujuan pendidikan tidak
terelakkan.[17]
Menurut
pandangan islam, tujuan pendidikan islam sangat diwarnai dan dijiwai oleh
nilai-nilai ajaran Allah. Tujuan itu sangat dilandasi oleh nilai-nilai
Al-qur’an dan hadis seperti yang termaktub dalam rumusan, yaitu menciptakan
pribadi-pribadi yang selalu bertakwa kepada Allah, sekaligus mencapai
kebahagian di dunia dan akhirat. Dalam First World Conference On Muslim
Education yang diadakan dimekah pada tahun 1977 telah menghasilkan rumusan
yang menyatakan bahwa tujuan pendidikan islam, yaitu mencapai pertumbuhan
kepribadian manusia yang menyeluruh secara seimbang melalui latihan jiwa,
intelek, perasaan dan indra. Oleh karena itu, pendidikan harus mencakup
pertumbuhan manusia dalam segala aspeknya, yaitu fisik, mental, intelektual,
imajinasi, dan kemmpuan berbahasa, baik secara individu maupun kolektif. Selain
itu, pendidikan juga mendorong semua aspek ini kearah kebaikan dan mencapai
kesempurnaan. Tujuan akhir pendidikan islam terletak pada perilaku yang tunduk
dengan sempurna kepada Allah. Baik secara pribadi, komunitas, maupun seluruh
umat manusia.
Dari urusan mekah tersebut dapat ditarik dua
asumsi. Pertama, pendidikan islam menumbuhkan daya kreativitas daya kritis, dan
inovatif sehingga potensi dasar yang dimiliki anak dapat tumbuh dengan optimal.
Kedua, pendidiakn islam merupakan proses bimbingan dan pendampingan peserta
didik dengan nilai-nilai ketuhanan dan kemanusian, sehingga akan terbentuk
generasi yang beriaman sekaligus berkemanusian. Maksud dari generasi
berketuhanan, yaitu generasi yang berpegang teguh dengan ajaran Allah dan
Rasulnya. Sementara itu, berkemanusian yaitu suatu kemampuan adaptasi dengan
lingkungan sekitar. Dengan kata lain, tujuan pendidikan islam menyangkut fungsi
manusia sebagai makhluk individu dan sosial.
Dengan demikian, pendidiakn islam secara
fungsional adalah merupakan upaya manusia muslim merekayasa pembentukan insan
kamil melalui penciptaan institusi intteraksi edukatif yang kondusif. Dalam
posisinya yang demikian, pendidikan islam adalah model rekayasa individual dan
sosial yang paling efektif untuk menyiapkan masyarakat ideal dimasa depan.
Sejalan dengan konsep itu, pendidiakn islam harus memilki seperangkat isi yang
sesuai dengan idealitas islam. Untuk itu, perlu dirancang kurikulum yang
sepenuhnya mengacu pada nilai-nilai islam. Dalam kaitan inilah diharapkan
filsafat pendidiakn islam mampu memberikan arah terhadap pembentukan kurikulum
yang islami.[18]
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan
Islam dirumuskan sebagai ‘Transinternalisasi Pengetahuan dan Nilai-nilai Islam
pada [eserta didik melalui usaha pengajaran, pembiasaan, bimbingan, pengawasan,
dan pengembangan potensinya, guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup
di dunia dan di akhirat.
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini,
pemakalah menyarankan agar para pembaca tidak hanya berpegangan dengan makalah
ini. Karena pemakalah menyadari masih ada kekurangan baik dalam isi maupun tata
bahasanya. Oleh karena itu, pemakalah mengharapkan kritikan dari para pembaca,
yang dapat memberikan masukan tentang penulisan makalah yang lebih baik.
[1] Haider putra daulay, pendidikan islmam
dalam perspektif filsafat. (jakarta:kencana, 2014), h 74-75
[6] Sri
Minarti ilmu pendidikan islam: fakta teoritis-filosofi dan
aplikatif-normatif. Jakarta: Amzah 2013. Hal. 40
[7]Ibid.,
hal. 40-41
No comments:
Post a Comment