Search This Blog

Tuesday, September 11, 2018

Makalah Filsafat Pendidikan Islam tentang Hakikat Pendidikan dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam


MAKALAH

FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Tentang

Hakikat Pendidikan dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam




Disusun oleh:

Kelompok 3

Febri Eka Sahputri  :                      1614040030

Desmita Sari              :                      1614040037



Dosen pengampu:

Prof. Dr. Zulmuqim, MA

Rahmi, MA



JURUSAN TADRIS MATEMATIKA-A

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

IMAM BONJOL PADANG

1439 H / 2018 M

KATA PENGANTAR

ÉOó¡Î0 «!$# Ç`»uH÷q§9$# ÉOŠÏm§9$#

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh puji syukur kita ucapkan atas kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan taufik hidayahnyalah serta nikmat sehat sehingga penyunsun makalah “Filsafat Pendidikan Islam”guna memenuhi tugas sesuai dengan yang diharapkan. Shalawat beserta salam selalu tercurahkan kepada baginda nabi Muhammad SAW dan semoga kita selalu berpegang teguh pada sunahnya Aamiin... Kami mengucapakan terima kasih kepada semua pihak yang telah menbantu sehingga makalah ini dapat di selesaikan tepat pada waktunya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan berguna bagi mahasiswa pada umumnya, dan tidak lupa kami mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan baik dalam kosa kata ataupun dalam isi dari keseluruhan makalah ini. Kami sebagai penulis sadar bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan untuk itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi kebaikan kami untuk kedepannya.





















BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Pendidikan islam sebagi proses pengembangan potensi kreativitas peserta didik. Bertujuan untuk mewujudkan manusia yang beriman dan bertakwa kepada allah SWT. Dengan tujuan ini, manusia diharapkan dapat mewujudkan suatu harapan yang menjadi titik goal dan hasil yang akan dituju dengan jalan atau cara beserta kaidah yang sesuia dengan ajaran islam.

Dalam setiap tindakan aktivitas harus berorientasi pada tujuan atau rencana yang telah ditetapkan. Ini menunjukkan bahwa tujuan pendidikan harus berorientasi pada sebuah materi. Dengan kita ,engetahui apa itu pendidikan islam maka kita akna selalu mentaati perintah allah SWT, karena pendidikan islam sangat penting untuk kita pelajari dan kita pahami serta kita terapkan dikehidupan sehari-hari.

B.     Rumusan Masalah

1.      Apakah landasan al-qur’an tentang pendidikan?

2.      Apa pengertian pendidikan islam?

3.      Apa saja dasar pendidikan islam?

4.      Apa tujuan pendidikan islam?















BAB II

PEMBAHASAN

Hakikat Pendidikan Dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam

A.    Landasan Al-Qur’an Tentang Pendidikan

        Salah satu fungsi pendidikan adalah trasfer ilmu. Maka ilmu itu adalah salah satu diantara yang di transfer kepada peserta didik. Dengan demikian sangat erat dan tak terpisahkan antara ilmu dan pendidikan islam. Karena tanpa pendidikan tidak akan mungkin terlaksana perkembangan dan peawarisan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan adalah salah satu objek pendidikan yang mesti dikuasai oleh manusia. Maka pendidikan sangat berperan dalam penguasaan ilmu. Hal ini juga dapat dilihat dari banyaknya dalil yang berkaitan dengan ilmu, diantaranya seperti:



 Z 4 Ÿwöqn=sù txÿtR `ÏB Èe@ä. 7ps%öÏù öNåk÷]ÏiB ×pxÿͬ!$sÛ (#qßg¤)xÿtGuŠÏj9 Îû Ç`ƒÏe$!$#

122.  mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama

!$tBur $uZù=yör& ÆÏB y7Î=ö6s% žwÎ) Zw%y`Í ûÓÇrqœR öNÍköŽs9Î) 4 (#þqè=t«ó¡sù Ÿ@÷dr& ̍ø.Ïe%!$# bÎ) óOçGYä. Ÿw tbqçHs>÷ès? ÇÍÌÈ  

43. dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan[828] jika kamu tidak mengetahui,


















    Pendidikan merupakan lembaga utama yang memainkan peranan penting dalam membangun dan menumbuhkembangkan peradaban. Maju mundurnya suatu peradaban ditentukan oleh pendidikan bahkan peradaban dan kebudayaan umat manusia tidak akan pernah muncul tanpa ada lembaga yang mengarahkan manusia kearah tersebut. Karena manusia terlahir di dunia tidak memiliki daya dan ilmu yang dapat membuatnya berkembang lebih maju, maka pendidikanlah yang membangun daya dan pengetahuan tersebut dalam jiwa manusia. Al- qur’an menegaskan :



ª!$#ur Nä3y_t÷zr& .`ÏiB ÈbqäÜç/ öNä3ÏF»yg¨Bé& Ÿw šcqßJn=÷ès? $\«øx© Ÿ@yèy_ur ãNä3s9 yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur noyÏ«øùF{$#ur   öNä3ª=yès9 šcrãä3ô±s? ÇÐÑÈ  

78. dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.



        Dalam keadaan ketidak tahuan manusia tersebut, allah membekalinya dengan indra, baik indra batin, indra qalbu maupun indra zahir yang merupakan sarana transpormasi ilmu pengetahuan sampai kedalam jiwa manusia. Pendidikan merupakan wadah manusia berinteraksi dengan menggunkan indra , dimana melalui indra tersebutlah ilmu kedalam jiwa atau qalbu  yang pada akhirnya melahirkan sikap dan perilaku serta peradaban. Selain ayat diatas, dalam mempersiapkan manusia pembangunan melalui pendidikan juga dapat dikaitkan dengan ayat berikut ini

tAtRr& šÆÏB Ïä!$yJ¡¡9$# [ä!$tB ôMs9$|¡sù 8ptƒÏŠ÷rr& $ydÍys)Î/ Ÿ@yJtGôm$$sù ã@ø¡¡9$# #Yt/y $\ŠÎ/#§ 4 $£JÏBur tbrßÏ%qムÏmøn=tã Îû Í$¨Z9$# uä!$tóÏGö/$# >puù=Ïm ÷rr& 8ì»tFtB Ót/y ¼ã&é#÷WÏiB 4 y7Ï9ºxx. Ü>ÎŽôØo ª!$# ¨,ysø9$# Ÿ@ÏÜ»t7ø9$#ur 4 $¨Br'sù ßt/¨9$# Ü=ydõuŠsù [ä!$xÿã_ ( $¨Br&ur $tB ßìxÿZtƒ }¨$¨Z9$# ß]ä3ôJusù Îû ÇÚöF{$# 4 y7Ï9ºxx. Ü>ÎŽôØo ª!$# tA$sWøBF{$# ÇÊÐÈ    

17. Allah telah menurunkan air (hujan) dari langit, Maka mengalirlah air di lembah-lembah menurut ukurannya, Maka arus itu membawa buih yang mengambang. dan dari apa (logam) yang mereka lebur dalam api untuk membuat perhiasan atau alat-alat, ada (pula) buihnya seperti buih arus itu. Demikianlah Allah membuat perumpamaan (bagi) yang benar dan yang bathil. Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; Adapun yang memberi manfaat kepada manusia, Maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan[770].



Allah mengumpamakan yang benar dan yang batil dengan air dan buih atau denga logam yang mnecair dan buih nya, yang benar sama dengan air atau logam murni yang batil sama dengan buh air atau tahi logam yang akan lenyap dan tidak ada gunanya bagi manusia.

Perumpamaan yang termuat dalam dalam ayat diatas menunjukkan bahwa pendidikan berintikan penegakan kebenaran. Dirangkain kebenaran yang sedemikian itu akan terbentuk nilai-nilai manfaat bagi kehidupan.

B.     Pengertian pendidikan islam

Pengertian pendidikan dengan seluruh totaritas nya dalam konteks islam inheren dengan konotasi istilah tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib yang harus dipahami secara bersama-sama. Ketiga kata tersebut memilki makna yang saling berkaitan dan cocok untuk pemaknaan pendidikan dalam islam.

Term atarbiyah berakar dari tiga kata, yakni pertama, berasal dari kata rabba yarbu beartibertambah dan tumbuh. Kedua, bersal dari kata robbiyah yarbi yang bearti tumbuh dan berkembang. Ketiga, berasal dari kata rabba yarubbu yang bearti memperbaiki, membimbing, menguasai, memimpin, menjaga, dan memelihara. Term atta’lim berasal dari kata ‘allama-yu’galimu yang berarti mengajar. Selanjutnya term atta’dib berasal dari kata ‘addaba yu’gadibu yang berarti memberi adab. Selain tiga term sebelumnya ada lagi istilah “ri’adhah” yang berarti pelatihan.

Secara terminologi beberapa ahli pernah mengajukan rumusan konsep pendidikan islam. Dalam buku crisis in muslim education, syed sajad husein dan syed ali asrhat menulis: “pendidikan islam adalah pendidikan yang melatih perasaan murid-murid dengan cara begitu rupa. Sehingga dalam sikap hidup, tindakan, keputusan dan tindakan mereka terhadap segala jenis pengetahuan mereka sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai spiritual dan sadar akan nilai etis islam”.

Sementara muctar bukhori menulis sebagai “pendidikan islam adalah: pertama, segenap kegatan yang dilakukan seseorang atau suatu lembaga untuk menanamkan nilai-nilai islam dalam diri sejumlah siswa. Kedua, keseluruhan lembaga-lembaga pendidikan yang mendasarkannya program pendidikannya atau pandangan dan nilai-nilai islam”.

Secara lebih rinci, yusuf al-qordhawi memberikan pengertian dalam al-qardawi: 157” pendidikan islam adalah pendidikan islam seutuhnya, akal dan hati nya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. Karna itu, pendidikan islam menyiapkan manusia untuk hidup baik dalam keadaan damai maupun perang, dan menyiapkan untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan kejahatannya, manis dan pahitnya.

Sementara itu hasan langgulung merumuskan pendidikan islam sebagai” proses menerapan generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan Dan nilai-nilai yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetic hasil di akhirat “. Disini pendidikan sebagai proses pembentukan individu berdasarkan ajaran islam yang di wahyukan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. Melalui proses, individu dibentuk agar dapat mencapai derajad tinggi sehingga ia mampu maenunaikan tugasnya sebagai khalifah di mika bumi, yang selanjutnya mewujudkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Tegasnya yang setara dengan yang dikemukakan dengan Ahmad D. Marimba. “Pendididkan Islam Adalah bimbingan jasmani dan rohani menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.[2]

            Secara lebih tekhnis Endan Syaifuddin Anshari memberi pengertian pendidikan islam sebagai ‘proses bimbingan (pimpinan, tuntunan, usulan) oleh subjek didik terhadap perkembaangan jiwa (perasaan, pikiran, kemauan, dan intuisi) dan raga objek didik dengan bahan materi tertentu, pada jangka waktu tertentu, dengan metode terrtentu, dan dengan alat perlengkapan yang ada kearah terciptanya pribadi tertentu disertai evaluasi sesuai ajaran islam.[3]

            Berdasarkan hasil seminar pendidikan Islam se Indonesia tahun 1960 dirumuskan pendidikan Islam merupakan bimbingan terhadapa pertumbuhan jasmani dan rohani menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh, mengawasi berlakunya semua jaran Islam.[4]

            Berdasarkan beberapa rumusan yang dikemukakan oleh para ahli pendidikan di atas serta beberapa istilah dengan pendidikan Islam, seperti tarbiyah, ta’lim, ta’dib serta riyadhah. Maka pendidikan Islam dirumuskan sebagai ‘Transinternalisasi Pengetahuan dan Nilai-nilai Islam pada [eserta didik melalui usaha pengajaran, pembiasaan, bimbingan, pengawasan, dan pengembangan potensinya, guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup di dunia dan di akhirat.













C. Dasar Pendidikan Islam

     Dasar adalah pangkal tolak suatu aktivitas. Di dalam menetapkan dasar suatu aktivitas manusia selalu berpedoman kepada pandangan hidup dan hukum-hukum dasar yang dianutnya, karena hal ini yang akan menjadi pegangan dasar di dalam kehidupannya. Apabila pandangan hidup dan hukum dasar yang di anut manusia berbeda, maka berbeda pulalah dasar dan tujuan aktivitasnya.

     Dasar adalah tempat untuk berdirinya sesuatu. Fungsi dasar ialah memberikan arah kepada tujuan yang akan di capai dan sekaligus sebagai landasan untuk berdirinya sesuatu. Setiap negara mempunyai dasar pendidikannya sendiri. Ia merupakan pencerminan falsafah hidup suatu bangsa. Berdasarkan kepada dasar itulah pendidikan suatu bangsa di susun. Dan oleh karena itu maka sistem pendidikansetiap bangsa ini berbeda karena mereka mempunyai falsafah hidup berbeda.[5]

     Untuk menentukan dasar pendidikan diperlukan peran filsafat pendidikan, karena berdasarkan analisis filosofis di peroleh nilai-nilai yang diyakini dapat dijadikan dasar pendidikan.dasar pendidikan islam tentu saja di dasarkan kepada falsafah hidup umat islam dan tidak didasarkan kepada falsafah hidup, suatu negara, sebab sistem pendidikan islam tersebut dapat dilaksanakan dimana saja dan kapan sajatanpa dibatasi ruang dan waktu.

Dari teminologi pendidikan islam yang telah disebutkan, salah satu syarat utama dari pendidikan islam adalah upaya meneruskan dan mengekalkan nilai kebudayaan dalam suatu masyarakat. Dengan demikian, pendidikan merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan bagi masyarakat tersebut. Agar pendidikan dpat melaksanakan fungsinya dan bermanfaat bagi manusia, maka perlu acuan poko. Hal itu dikarenakan pendidikan merupakan bagian yang terpenting dari kehidupan manusia yang secara kodrati adalah insan pedagogis. Acuan yang menjadi dasar adalah pandangan hidup yang islami dengan nilai-nilai transenden, universal, dan kekal.[6]

            Dasar adalah landasan tempat berpijak atau tegaknya sesuatu agar dapat berdiri kokoh. Dasar suatu bangunan, yaitu fundamen yang mnejadi landaan bangunan tersebut agar tegak dan kokoh berdiri. Demikian pula dasar pendidikan islam, yaitu fundamental yang menjadi landasan atau asas agar pendidikan islam dapat tegak berdiri dan tidak mudah roboh karena tiuan angin kencang berupa ideologi yang muncul, baik di era sekarang maupun yang akan datang. Dasar pendidikan islam, menurut nur Uhbiyati, secara garis besar ada tiga, yaitu Alqur’an, Sunnah, dan Perundang-undangan yang berlaku dinegara kita.[7]

1.      Al-qur’an

Abdul wahab khallaf mendefenisikan Al-Qur’an sebagai berikut: kalam Allah yang diturunkan melalui malaikat jibril kepada hati muhammad Rasulullah SAW anak abdullah dengan lafaz bahasa arab dan makna hakiki untuk menjadi hujjah bagi Rasulullah atas kerasulan nya dan menjadi pedoman bagi manusia dengan petunjuk beribadah membaca nya.[8]

Al-qur’an merupakan kitab suci terakhir yang diwahyukan Allah kepada Nabi Muhammad SAW untuk dijadikan sebagai pedoman bagi manusia, sekaligus sebagai sumber nilai dan norma setelah sunnah. Akhlak merupakan salah satu asfek ajaran islam yang penting dalam perjalanan hidup manusia sebab akhlak memberi norma yang baik dan buruk. Uniknya, al-qur’an yang berada di tengah-tengah masyarakat dewasa ini diyakini tidka berbeda dengan Al-qur’an yang disampaikan oleh nabi muhammad 15 abad yang lalu. Al-qur’an adalah kalam Allah terakhir yang dibawa oleh Ruh Al-amin ke dalam hati nabi muhammad sebagai pemberi peringatan kepada manusia. Di sisi yang lain, Al-qur’an merupakan kitab suci sekaligus merupakan katalisator politik, sosial, spiritual, dan penyebab terjadinya perubahan kehidupan kabilah disemenanjung arab. Pengaruhnya kemudian melebar kekawasan yang lebih luas dalam waktu yang sangat singkat.Ekspansi ideologi yang dimotori oleh Al-qur’an berpengaruh diberbagai wilayah. Hal ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an adalah kekuatan pengubah dunia yang harus di akui dan di pahami.[9]

            Al-qur’an tidak begitu saja dapat mengubah dunia tanpa adanya usaha untuk mengimplementasikannya. Dibutuhkan penafsiran untuk menggali semua ajaran yang terkandung didalamnya. Usaha ini kemudian dalam kontes pendidikan islam –memunculkan nilai-nilai yang membawa misi agar umatnya mampu menyelenggarakan pendidiakn dan pengajaran .  

Indikasi utama dalam hal ini adalah surah Al-alaq (96) ayat 1-5.



Artinya:

  Bacalah dengan menyebut nama tuhan mu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah,. Bacalah dan tuhanmu lah yang maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dwngan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Oleh sebab itu, Al-Qur’an di sampaing berfungsi sebagai kitab suci, di dalam nya juga menggambarkan budaya tertentu. Hal ini dikarenakan Al-qur’an merupakan teks yang menggunakan bahasa tertentu. Antara bahasa dan budaya terdapat hubungan erat, sekaligus sarana bagi kemajuan suatu kebudayaan. Al-qur’an merupakan urat nadi bagi kehidupan kaum muslimin yang tersebar di berbagai penjuru dunia. Selain itu, Al-qur’an merupakan kalam Allah yang memiliki perbendaharaan luas dan besar, sekaligus membawa pengaruh terhadap pengembangan kebudayaan umat manusia. Ketika bangsa arab sarat dengan kebudayaan jahiliah, al-qur’an muncul membawa angin segar sehingga tercipta kedamaian dan keadilan bagi umat manusia. Ketika bangsa arab sarat dengan kebudayaan jahiliyah, Al-qur’an muncul membawa angin segar sehingga tercipta kedamaian dan keadilan bagi umat manusia.[10]

            Dengan demikian dapat disimpulkan, supaya manusia menemukan jati dirinya sebagai insan yang bermartabat maka harus menyelenggarakan pendidikan. Menurut pendapat yang paling kuat, seperti yang diungkapkan oleh subhi shalih, yang dikutip oleh atang Abd. Hakim, Al-qur’an bearti bacaan dan merupakan kitab suci bagi umat islam yang diturunkanAllah kepada nabi muhammad melalui malaikat jibril. Di dalamnya terdapat pendoman bagi kaum muslimin dalam menjalani kehidupan di duna dan akhirat.[11]

Sementara itu,  pendidikan merupakan salah satu wahana untuk merumuskan dan mencapai tujuan hidup. Dengan demikian, petunjuk hidup harus mengacu kepada al-qur’an karena mulai dari ayat yang pertama hingga terakhir tidak pernah lepas dari isyarat pendidikan.

Oleh sebab itu, dalam pelaksanaan pendidikan islam harus senantiasa mengacu kepada al-qur’an. Dengan berpegang pada nilai-nilai yang terkadung di dalamnya, kita akan mampu mengarahkan manusia untuk bersifat kreatif, dinamis, serta mampu mencapai nilai-nilai esensi ubudiah terhadap khaliknya, fakta ini secara implisit mengarahkan manusia padaa nilai-nilai luhur yang ada kesesuain antara nilai kemanusian dan nilai ketuhanan sebagai bentuk dan kebenaran azali.[12]

2.      Sunnah (Hadis)

Sunah menurut pengertian bahasa bearti tradisi yang biasa dilakukan, atau jalan yang dilalui baik yang terpuji maupun yang tercela.

Adapun pengertian sunah menurut para ahli hadis adalah segala sesuatu yang diidentikkan kepada nabi muhammad saw. berupa perkataan, perbuatan, taqrirnya, ataupun selain dari itu. Termasuk sifat-sifat, keadaan, dan cita-cita (himmah) nabi saw yang belum kesampaian.[13]

Ketika merujuk pada sumber utama agama islam, yaitu Al-qur’an, maka akan ditemukan pernyataan bahwa nabi muhammad merupakan uswah hasanah yang paling utama bagi umatnya yang benar-benar beriman kepada Allah dan kehidupan Akhirat. Ini seperti yang diproklamirkan dalam surah Al-Ahzab (33) ayat 21.





Artinya: sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu sari teladan yang baik bagi mu yaitu bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan ia banyak menyebut Allah.

        Dalam paradigma yang sudah lazim antara sunah dan hadis merupakan dua kata satu arti. Artinya, sunah merupakan padanan dari kata hadis. Akan tetapi, ada pula yang membedakan antara kedunaya. Seperti yang dijelaskan oleh Nur Rodijah Kurmen bahwa sunah menurut Ash –Siba’i mengartikannya dengan jalan atau cara, baik yang terpuji maupun tercela. Lain halnya dengan Al-jurjani yang mengartikan dengan jalan atau cara yang direlakan dan yang tidak direlakan. Disamping itu, zakiah Daradjat, seperti diungkapkan oleh Saiful, mengartikan sunah sebagai perkataan, perbuatan, atau pengakuan Rasulullah.

Sementara itu hadis secara bahasa artinya baru, tidak lama, ucapan, pembicaraan, dan cerita. Menurut ahli hadis, hadis adalah segala ucapan perbuatan, dan keadaan nabi muhammad. Dengan kata lain, hadis adalah segala berita yang bersumber dari nabi muhammad.berupa ucapan, perbuatan, takrir(peneguhan kebenaran dengan alasan), dan dekripsi sifat-sifat beliau ada satu pendapat yang diungkapkan oleh mohammed Reza modarresee bahwa hadis dapat berupa perkataan, sikap, dan pernyataan setuju Rasulullah dengan cara diam atau membiarkannya. Dengan demikian, hadis sebagai suatu tindakan dan perkataan Nabi Muhammad yang dimaksudkan untuk membumikan ajaran islam, tidak dapat mengelak dari dinamika sosial sebagai wadah operasionalisasi dari nilai-nilai normatif islam. Terbukti dengan sebagian besar hadis-hadis Nabi muhammad dalam maalah muamalah mengambil porsi lebih banyak. Hal ini menjadikan semacam cuplikan sejarah yang unik. Dalam konteks ini, hadis menyajikan semacam cuplikan sejarah yang menjelaskan proses beragama masyrakat awal islam yang dinamis dan bersinambungan. Dengan cara itu pula sebuah wacana dalam hadis dapat tertangkap.[14]

3.      Perundang-undangan yang berlaku di indonesia

Seperti yang telah dideskripsikan pada wal bab ini bahwa pendidikan islam mempunyai dasar etis-normatif ( Alqur’an dan Hadis). Di sisi yang lain, pendiidkan islam didasari suatu pemikiran bahwa ilmu adalah milik Allah, yang dengan kata lain bahwa pendidikan islam juga berasal dari Allah. Allah adalah pendidik yang pertama dari utama (QS. Al-fatihah (1) : 2) dan juga sebagai pengajar pertama(QS. Al-baqarah (2) : 31). Ayat-ayat ini menjadi sandaran teologis bahwa pendidik yang sebenarnya adalah Allah dan peserta didiknya adalah seluruh makhluk-nya. Semuanya harus tunduk pada aturan yang telah ditetapkan. Dia-lah pemilik ilmu yang sebenarnya, yang tersebar di seluruh jagat raya ini. Sementara itu, pengetahuan yang dimilki manusia hanyalah  “pemberian” dari Allah yang diporeleh secara langsung atau berproses, baik secara historis-teologis-eskatologis maupun kausalitas.[15]



D. Tujuan Pendidikan Islam

Tujuan atau cita-cita sangat penting di dalam aktivitas pendidikan, karena merupakan arah yang hendak dicapai. Oleh sebab itu, tujuan harus ada sebelum melangkah untuk mengerjakan sesuatu. Jika pendidikan dipandang sebagai suatu proses, maka proses tersebut akan berakhir pada tercapainya tujuan akhir. Oleh karena itu, usaha yang tidak mempunyai tujuan tidak mempunyai arti apa-apa.

Islam melakukan proses pendidikan dengan melakukan pendekatan yang menyeluruh sehingga tidaka da yang terabaikan sedikitpun, baik segi jasmani maupun rohani. Dengan pendidikan, kualitas mental seseorang akan meningkat dan segala proses yang dijalankan atas dasar fitrah yang diberikan Allah.

Bicara tentang tujuan pendidiakn, erat kaitannya dengan tujuan hidup manusia. Hal itu di sebabkan pendidikan merupakan alat ayng digunakan manusia untuk memelihara kelanjutan hidupnya, baik sebagai individu maupun masyarakat. Oleh karena itu, tujuan pendidikan harus diarahkan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan yang sedang dihadapi. Seperti yang diungkapkan oleh muhammad Athiyah Al-Abrasyi bahwa tujuan utama dari pendidikan islam adalah pembentukan akhlak dan budi pekerti yang sanggup menghasilakn orang-ornag yang bermoral, berjiwa bersih, pantang menyerah, bercita-cita tinggi, dan berakhlak ulia baik laki-laki maupun perempuan. Selain itu, juga mengerti kewajiban masing-masing, dapat membedakan antara baik dan buruk, mampu menyusun skala prioritas, menghindari perbuatan tercela, mengingat tuhan, dan mengetahui dalam setiap pekerjaan apa yang dilakukan.[16]

Dengan istilah lain , tujuan pendidikan selalu dimaksudkan untuk mencapai kondisi selaras antara tuntutan dan hasil denga mereformasi berbagai rencana dan kegiatan, sehingga tidak kehilangan relevansi dengan tuntutan kebutuhan masyarakat, baik yang bersifat lokal, nasional, regional, maupun internasional. Di sini tampak bahwa tujuan pendidikan di zaman reformasi (era global) setidaknya mencoba mengarahkan yang hendak dituju dalam proses pendidikan.

Kogkretnya, tujuan pendidikan suatu masyarakat selalu dibangun di atas falsafah masyrakat yang bersangkutan atau dengan kata lain tujuan pendidiakn islam dibangun di atsa landasan niali etik-normatif, yaitu Alqur’an dan hadis yang dikonsultasikan dengan realitas atau masyrakat yang melingkupi. Sebagaimana diketahui bahwa suatu masayrakat selalu bersifat dinamis dan mengalami peruabhan dari zaman ke zaman sehingga pembaharuan tujuan pendidikan tidak terelakkan.[17]

Menurut pandangan islam, tujuan pendidikan islam sangat diwarnai dan dijiwai oleh nilai-nilai ajaran Allah. Tujuan itu sangat dilandasi oleh nilai-nilai Al-qur’an dan hadis seperti yang termaktub dalam rumusan, yaitu menciptakan pribadi-pribadi yang selalu bertakwa kepada Allah, sekaligus mencapai kebahagian di dunia dan akhirat. Dalam First World Conference On Muslim Education yang diadakan dimekah pada tahun 1977 telah menghasilkan rumusan yang menyatakan bahwa tujuan pendidikan islam, yaitu mencapai pertumbuhan kepribadian manusia yang menyeluruh secara seimbang melalui latihan jiwa, intelek, perasaan dan indra. Oleh karena itu, pendidikan harus mencakup pertumbuhan manusia dalam segala aspeknya, yaitu fisik, mental, intelektual, imajinasi, dan kemmpuan berbahasa, baik secara individu maupun kolektif. Selain itu, pendidikan juga mendorong semua aspek ini kearah kebaikan dan mencapai kesempurnaan. Tujuan akhir pendidikan islam terletak pada perilaku yang tunduk dengan sempurna kepada Allah. Baik secara pribadi, komunitas, maupun seluruh umat manusia.

     Dari urusan mekah tersebut dapat ditarik dua asumsi. Pertama, pendidikan islam menumbuhkan daya kreativitas daya kritis, dan inovatif sehingga potensi dasar yang dimiliki anak dapat tumbuh dengan optimal. Kedua, pendidiakn islam merupakan proses bimbingan dan pendampingan peserta didik dengan nilai-nilai ketuhanan dan kemanusian, sehingga akan terbentuk generasi yang beriaman sekaligus berkemanusian. Maksud dari generasi berketuhanan, yaitu generasi yang berpegang teguh dengan ajaran Allah dan Rasulnya. Sementara itu, berkemanusian yaitu suatu kemampuan adaptasi dengan lingkungan sekitar. Dengan kata lain, tujuan pendidikan islam menyangkut fungsi manusia sebagai makhluk individu dan sosial.

     Dengan demikian, pendidiakn islam secara fungsional adalah merupakan upaya manusia muslim merekayasa pembentukan insan kamil melalui penciptaan institusi intteraksi edukatif yang kondusif. Dalam posisinya yang demikian, pendidikan islam adalah model rekayasa individual dan sosial yang paling efektif untuk menyiapkan masyarakat ideal dimasa depan. Sejalan dengan konsep itu, pendidiakn islam harus memilki seperangkat isi yang sesuai dengan idealitas islam. Untuk itu, perlu dirancang kurikulum yang sepenuhnya mengacu pada nilai-nilai islam. Dalam kaitan inilah diharapkan filsafat pendidiakn islam mampu memberikan arah terhadap pembentukan kurikulum yang islami.[18]







BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Pendidikan Islam dirumuskan sebagai ‘Transinternalisasi Pengetahuan dan Nilai-nilai Islam pada [eserta didik melalui usaha pengajaran, pembiasaan, bimbingan, pengawasan, dan pengembangan potensinya, guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup di dunia dan di akhirat.

B.     Saran

Dalam penyusunan makalah ini, pemakalah menyarankan agar para pembaca tidak hanya berpegangan dengan makalah ini. Karena pemakalah menyadari masih ada kekurangan baik dalam isi maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, pemakalah mengharapkan kritikan dari para pembaca, yang dapat memberikan masukan tentang penulisan makalah yang lebih baik.

























 





[1]  Haider putra daulay, pendidikan islmam dalam perspektif filsafat. (jakarta:kencana, 2014), h 74-75
[2] Ibid.,
[3] Ibid,
[4] Ramayulis, op.cit., h.37
[5] Ramayulis, ilmu pendidikan islam, kalam mulia: jakarta, 2002, hal.,187
[6] Sri Minarti ilmu pendidikan islam: fakta teoritis-filosofi dan aplikatif-normatif. Jakarta: Amzah 2013. Hal. 40

[7]Ibid., hal. 40-41
[8] Ramayulis. Op.cit., hal. 188
[9] Sri minarti. Op.cit., hal. 41-42
[10] Ibid., hal. 42-43
[11] Ibid.,
[12] Ibid., hal. 46
[13] Ramayulis. Op.cit., hal. 191
[14] Sri Minarti. Op.cit., h. 48-49
[15] Ibid., h. 57-58
[16] Ibid., h. 102-103
[17] Ibid.,
[18] Ibid., h. 105-106

No comments:

Post a Comment

Entri yang Diunggulkan

Makalah Pengembangan Kurikulum tentang Evaluasi Kurikulum