MAKALAH
ILMU PENDIDIKAN ISLAM
"Hakikat Pendidikan dan Pendidikan Karakter"
Oleh :
Muhammad Imam Ashari Rambe
1614040023
Tadris Matematika
Fakultas Tarbiah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu system
yang teratur dan mengemban misi yang cukup luas yaitu segala sesuatu yang
bertalian dengan perkembangan fisik, kesehatan, keterampilan, pikiran,
perasaan, kemauan, sosial sampai kepada masalah kepercayaan atau keimanan. Hal
ini menunjukkan bahwa sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan formal mempunyai
suatu muatan beban yang cukup berat dalam melaksanakan misi pedidikan tersebut.
Lebih-lebih kalau dikaitkan dengan pesatnya perubahan zaman dewasa ini yang
sangat berpengaruh terhadap masyarakat terutama para kalangan anak didik dalam
berfikir, bersikap, dan berperilaku, khususnya terhadap mereka yang masih dalam
tahap perkembangan dalam transisi yang mencari identitas diri.
Dalam kaitannya dengan pendidikan
karakter, bangsa Indonesia sangat
memerlukan SDM (sumber daya manusia) yang besar dan bermutu untuk mendukung
terlaksananya program pembangunan dengan baik. Disinilah dibutuhkan pendidikan
yang berkualitas yang dapat mendukung tercapainya cita-cita bangsa dalam
memiliki SDM yang bermutu.
Pendidikan yang sangat
dibutuhkan saat ini adalah pedidikan yang dapat mengintegrasikan pendidikan
karakter dengan pendidikan yang dapat mengoptimalkan perkembangan seluruh
dimensi anak (kognitif, fisik, sosial, kreativitas, dan spiritual). Pendidikan
dengan model yang seperti ini berorientasi pada pembentukan anak sebagai
manusia yang utuh. Kualitas anak didik menjadi unggul tidak hanya dalam aspek
kognitif, namun juga dalam karakternya anak yang unggul dalam karakter akan
mampu menghadapi segala persoalan dan tantangan dalam hidupnya.
B. Rumusa Masalah
1. Apa hakikat pendidikan karakter ?
2. Apa visi dan misi pendidikan karakter ?
3. Apa tujuan pendidikan karakter ?
4. Apa ruang lingkup pendidikan karakter ?
5. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi
keberhasilan pendidikan karakter ?
C. Tujuan
1. Memahami apa itu pendidikan karakter.
2. Mengetahui visi dan misi pendidikan
karakter.
3. Mengetahui tujuan pendidikan karakter.
4. Mengetahui apa saja ruang lingkup
pendidikan karakter.
5. Mengetahui apa saja faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan pendidikan karakter.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Pendidikan dan Pendidikan Karakter
Pendidikan menurut John Dewey adalah proses
pembetukan kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam
dan sesama manusia. Tujuan pendidikan hal ini agar generasi muda sebagai
penerus generasi tua dapat menghayati, memahami, mengamalkan nilai-nilai atau
norma-norma tersebut dengan cara mewariskan segala pengalaman, pengetahuan,
kemampuan, dan keterampilan yang melatarbelakangi nilai-nilai dan norma-norma
hidup dan kehidupan.
Dan pendidikan karakter, alih-alih
disebut sebagai pendidikan budi pekerti, sebagai pendidikan nilai moralitas
manusia yang disadari dan dilakukan dalam tindakan nyata. Disini ada unsur proses
pembentukan nilai tersebut dan sikap yang disadari pada pengetahuan mengapa
nilai itu dilakukan. Dan, semua nilai moralitas yang disadari dan dilakukan itu
bertujuan untuk membantu manusia menjadi manusia yang lebih utuh. Nilai itu
adalah nilai yang membantu orang dapat lebih baik hidup bersama dengan orang
lain dan dunianya untuk menuju kesempurnaan. Nilai itu menyangkut berbagai
bidang kehidupan seperti hubungan sesama (orang lai, keluarga), diri sendiri,
hidup bernegara, alam dunia, dan Tuhan. Dalam penanaman nilai moralitas
tersebut unsure kognitif (pikiran, pengetahuan, kesadaran), dan unsur efektif
(perasaan) juga unsur psikomotor (perilaku).[1]
Jadi, karakter adalah jawaban
mutlak untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik didalam masyarakat. Karena
karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubugan dengan Tuhan
Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang
terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan
norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya, dan adat istiadat. Sedangkan,
pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada
warga sekolah. Dengan demikian, pendidikan adalah proses internalisasi budaya
ke dalam diri seseorang dan masyarakat sehingga membuat orang dan masyarakat
jadi beradab.[2]
B. Visi dan Misi Pendidikan
Karakter
1. Visi
Visi dalam konteks ini adalah kemampuan
untuk memandang arah pendidikan karakter ke depan dengan berpijak pada
permasalahan saat ini untuk disusun perencanaan secara bijak. Sementara itu,
menurut Buku I Pedoman Umum dan Nilai Budi Pekerti untuk Pendidikan Dasar dan
Menengah(2000: 4), visi pendidikan karakter adalah mewujudkan pendidikan yang
berbudi pekerti sebagai bentuk pendidikan nilai, moral, etika yang berfungsi
menumbuhkembangkan individu warga negara Indonesia yang berakhlak mulia dalam
pikir, sikap, dan perbuatannya sehari-hari, yang secara kurikuler benar-benar
menjiwai dan memaknai semua mata pelajaran yang relevan serta sistem
sosial-kultural dunia pendidikan sehingga dari dalam diri setiap lulusan setiap
jenis, jalur, dan jenjang pendidikan terpancar akhlak mulia.
2. Misi
1.
Membantu
siswa memahami kecenderungan masyarakat yang terbuka dalam era globalisasi,
tuntutan kualitas dalam segala bidang, dan kehidupan yang demokratis dengan
tetap berlandaskan norma budi pekerti warga negara Indonesia.
2.
Membantu
siswa memahami disiplin ilmu yang berperan mengembangkan budi pekerti sehingga
diperoleh wawasan keilmuan yang berguna untuk mengembangkan penggunaan hak dan
kewajibannya sebagai warga negara.
3. Membantu siswa memahami arti demokrasi
dengan cara belajar dalam suasana demokratis bagi upaya mewujudkan masyarakat
yang lebih demoratis.[3]
C. Tujuan Pendidikan
Karakter
1. Siswa memahami nilai-nilai budi pekerti di
lingkungan keluarga, lokal, nasional, dan internasional melalui adat istiadat, hukum,
undang-undang, dan tatanan antarbangsa.
2. Siswa mampu mengembangkan watak atau
tabiatnya secara konsisten dalam mengambil keputusan budi pekerti di
tengah-tengah rumitnya kehidupan bermasyarakat saat ini.
3. Siswa mampu menghadapi masalah nyata dalam
masyarakat secara rasional bagi pengambilan keputusan yang terbaik setelah
melakukan pertimbangan sesuai dengan norma budi pekerti.
4. Siswa mampu menggunakan pengalaman budi
pekerti yang baik bagi pembentukan kesadaran dan pola perilaku yang berguna dan
bertanggung jawab atas tindakannya.[4]
D. Ruang Lingkup
Pendidikan Karakter
1. Peran Keluarga dalam Pendidikan Keluarga
Masalah krisis karakter sudah
bersifat struktural, maka pendidikan karakter harus dilakukan secara holistis
dan kontekstual. Secara struktural artinya membangun karakter bangsa Indonesia
dimulai dari keluarga, sekolah, masyarakat dan negara karena pengembangan
karakter merupakan proses seumur hidup. Pengembangan karakter anak merupakan
upaya yang perlu melibatkan semua pihak, baik keluarga inti, keluarga
(kakek-nenek), sekolah, masyarakat, maupun pemerintah. Oleh karena itu, keempat
koridor (keluarga, sekolah, masyarakat, maupun pemerintah) ini harus berjalan
secara integrasi. Maka di keluargalah proses pendidikan karakter berawal.
2. Peran Semua Komponen Sekolah dalam
Pendidikan Karakter
Setelah keluarga, sekolah mempunyai
peran yang sangat strategis dalam membentuk manusia yang berkarakter. Agar
pendidikan karakter dapat berjalan dengan baik memerlukan pemahaman yang cukup
dan konsisten oleh seluruh personalia pendidikan. Di sekolah, kepala sekolah,
pengawas, guru, dan karyawan, harus memiliki persamaan persepsi tentang
pendidikan karakter bagi peserta didik. Karena setiap personalia pendidikan
mempunyai perannya masing-masing.
3. Peran Pemimpin dalam Pendidikan Karakter
Dalam konteks bersamaan, negara juga
memiliki tanggung jawab moral untuk melakukan pendidikan karakter, budaya, dan
moral bangsa Indonesia. Seperti dalam dunia pendidikan, pemerintah bertanggung
jawab atas kurikulum yang akan di berlakukan dalam proses pembelajaran. Hal ini
sesuai dengan prinsip sudah ditetapkan baik dalam UUD 1945 maupun dalam
Undang-undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003. Kurikulum disusun sesuai dengan
jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan
memperhatikan peningkatan iman dan taqwa, peningkatan akhlak mulia, peningkatan
potensi daerah dan lingkungan, tuntutan pembangunan daerah dan nasional,
tuntutan dunia kerja, perkembangan ilmu pengertian, teknologi, seni, agama, dinamika perkembangan global, dan
persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.
4. Peran Media Massa dalam Pendidikan
Karakter
Upaya lembaga pendidikan dalam
mendidik karakter peserta didik juga memerlukan dukungan dari institusi media
massa seperti televisi, internet, tabloid, Koran, dan majalah. Media massa yang
sebagai instrumen pendidikan yang memiliki cultural
of power dalam membangun masyarakat yang berkarakter memiliki efek sangat
kuat dalam membentuk pola pikir dan pola perilaku masyarakat. Untuk itu media
massa memberi pengaruh terhadap proses pembentukan karakter pada anak-anak dan
remaja.[5]
E. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Keberhasilan Pendidikan Karakter
1. Faktor Insting (naluri)
Dengan
potensi naluri itulah manusia dapat memproduk aneka corak perilaku sesuai pula
dengan corak instingnya.
2. Faktor Adat/Kebiasaan
Adat
/kebiasaan adalah setiap tindakan dan perbuatan seseorang yang dilakukan secara
berulang-ulang dalam bentuk yang sama sehingga menjadi kebiasaan. Dengan adanya
kebiasaan akan lebih mudah untuk melakukan sesuatu.
3. Faktor Keturunan
Faktor keturunan secara tidak langsung sangat
mempengaruhi pembentukan karakter atau sikap seseorang. Karena sifat-sifat anak
merupakan pantulan sifat-sifat orang tuanya.
4. Faktor Lingkungan
lingkungan yang erat kaitannya dengan pergaulan
menjadi salah satu faktor karena pergaulan akan saling mempengaruhi dalam
pikiran, sifat, dan tingkah laku seseorang.[6]
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Pendidikan karakter
adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang
meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai tersebut. Jadi, karakter adalah jawaban mutlak untuk
menciptakan kehidupan yang lebih baik didalam masyarakat. Karena karakter
merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubugan dengan Tuhan Yang Maha
Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud
dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan
norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya, dan adat istiadat. Sedangkan,
pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada
warga sekolah.
Jadi, sumber daya manusia akan
baik apabila tujuan pendidikan tercapai. Dari semua uraian diatas maka betapa
pentingnya menyeimbangkan antara pendidikan formal dengan pendidikan karakter.
B. Saran
Dengan berbagai uraian di
atas tentunya tidak lepas dari berbagai kekurangan baik dari segi isi materi,
teknik penulisan, dan sebagainya. Untuk itu, sangat diharapkan saran maupun
kritikan yang membangun dalam perbaikan makalah selanjutnya baik dari Dosen Pembimbing
maupun rekan-rekan mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
Muslich, Masnur.
2010. Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Malang:
Bumi Aksara.
Zubaedi. 2011.
Desain Pendidikan Karakter. Bengkulu: Kencana.
Zuriah, Nurul.
2007. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan. Malang:
Bumi Aksara.
Liyuwanadefi, Shentia.
2016. “Pengertian Pendidikan Karakter”. http://shentiald.blogspot.in/2013/10/makalah-pendidikan-karakter.html.
23 Desember 2016.
[1] Muslich Masnur, Pendidikan
Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional, Malang: Bumi Akasara,
2010, hlm. 67.
[2] Liyuwanadefi Shentia,
“Pengertian Pendidikan Karakter”, http://shentiald.blogspot.in/2013/10/makalah-pendidikan-karakter.html.
diakses 23 Desember 2016, pukul 10.00 WIB.
[3] Zuriah Nurul, Pendidikan
Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan, Malang: Bumi Aksara, 2007,
hlm. 63.
[4] Zuriah Nurul, Pendidikan
Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan, Malang: Bumi Aksara, 2007,
hlm. 64.
[5] Zubaedi, Desain Pendidikan
Karakter, Bengkulu: Kencana, 2011, hlm. 143-173
[6] Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, Bengkulu: Kencana, 2011, hlm.
177-184.
No comments:
Post a Comment