Search This Blog

Thursday, December 6, 2018

Makalah Psikologi Umum tentang Fungsi Psikis


MAKALAH
PSIKOLOGI UMUM
Oleh :
Muhammad Imam Ashari Rambe

FUNGSI PSIKIS

Di dalam psikologi, dikenal dua istilah pemrosesan informasi yang diterima dari pengamatan, yaitu sensasi dan persepsi. Dalam pengertian yang sempit kedua istilah ini tidak dibedakan karena kedua fungsi ini merupakan dua proses yang melibatkan pengamatan. Tetapi, secara fungsional kedua fungsi psikis ini sangat berbeda.

            Sensasi didefenisikan sebagai sistem yang mengoordinasi sejumlah peralatan untuk mengamati yang dirancang secara khusus. Dalam proses kerjanya sistem sensasi ini dikerjakan dalam sebuah proses mendeteksi sejumlah rangsang sebagai bahan informasi yang diubah menjadi impuls saraf dan dikirim ke otak melalui benang-benang saraf. Oleh karenanya, secara sederhana proses sensasi ini diartikan sebagai alat penerima (reseptor) sejumlah rangsang yang akan diteruskan ke otak yang kemudian akan menyeleksi rangsang yang diterima tersebut. Sedangkan persepsi merupakan fungsi psikis yang dimulai dari proses sensasi, tetapi diteruskan dengan proses mengelompokkan, menggolong-golongkan, mengartikan, dan mengaitkan beberapa rangsang sekaligus.

            Rangsang-rangsang yang telah diterima dan dikelompokkan ini kemudian diinterpretasi sedemikian rupa menjadi sebuah arti yang subjektif individual. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sensasi dan persepsi pada dasarnya merupakan komponen pengamatan, yang berbeda dalam keserderhanaan prosesnya. Proses perepsi lebih rumit daripada proses sensasi, karena proses ini melibatkan pemahaman dan penginterpretasian sekaligus.

            Dalam proses penerimaan rangsang ini, indra menangkap berdasarkan sifat sensor yang dimilikinya. Indra penglihatan untuk objek visual, pendengaran untuk objek auditory, somatosensorik (untuk stimulus yang berasal dari rasa kimiawi dan bau, rasa kulit luar dan dalam, rasa sakit (vital), suhu untuk dingin dan panas, peraba untuk bidang, serta positioning tubuh dan keseimbangan yang terkait dengan indra kinestetis dan vestibula.



A.    PENGINDRAAN

Pengindraan ini merupakan bagian dari pengamatan karena dalam melakukan pengamatan kita memerlukan yang namanya alat indra. Pengindraan atau pendirian, ialah penyaksian indra kita atas rangsangan yang merupakan suat kompleks (suatu kesatuan yang kabur, tidak jelas). Dalam pengindraan bagian- bagian atas unsure- unsure dari rangsangan belum terurai. Misalnya, pengindraan kita atas kendaraan yang simpang siur di jalan raya, panas terik matahari yang kita rasakan waktu kita asyik bermain olahraga, dan sebagainya.

Seorang mengenal dunia sekitar dengan menggunakan indranya. Bagaimana ia dapat menyadari keadaan sekitar, merupakan persoalan yang berhubungan dengan pengindraan dan pengamatan. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, yaitu:

1.      Adanya objek yang diamati. Objek menimbulkan stimulus yag mengenai alat indra atau reseptor. Yang dimaksud stimulus adalah sesuatu yang mengenai alat indra atau reseptor. Stimulus dapat datang dari dalam dan luar langsung mengenai alat indra, yang mengenai saraf penerima, dan yang bekerja sebagai reseptor.

2.      Alat indra atau resrptor yang cukup baik, yaitu merupakan alat unuk menerima stimulus. Disamping itu harus ada pula syarat sensoris yang cukup baik sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima respon ke pusat susunan saraf yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Dan sebagai alat untuk mengadakan respons diperlukan saraf motoris.

3.      Untuk menyadari atau untuk mengadakan pengamatan sesuatu diperlukan pula adanya perhatian yang merupakaan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan pengamatan. Tanpa perhatian tidak akan terjadi pengamatan. Dari hal tersebut dapat disimpulakan bahwa untuk mengadakan pengamatan ada syarat- syarat yang bersifat:

a)      Fisik

b)      Fisiologik

c)      Psikologik



Dalam pengamatan dengan sadar orang dapa pula memisahkan unsure- unsure dari objek tersebut. Misalnya, becak melampai kita mula- mula Nampak dalam kebulatannya (pengindraan), tetapi kemudian makin jelas catnya, belnya, pengendaranya, rodanya, dan sebagainya. Pada umumnya pengindraan selalu disusul dengan pengamatan, terutama rangsangan- rangsangan yang menarik perhatian kita. Tetapi pengamatan hanya dapat dilakukan oleh manusia, hewan dan bayi tidak dapat melakukannya. Jadi, dalam pengamatan jiwa kita aktif. Hal ini dapat terbukti drngan beberapa contoh yang lazim disebut isolasi, yaitu perhatian yang beralih- alih.

a.       Sinestasia dan adaptasi

Sinestasia adalah suatu keadaan orang yang menyadari sesuatu kesan r\tidak melalui indra semestinya. Misalnya, orang merasa melihat warna hitam jika ia mendengan suara a, merasa mendengar suara u jika ia melihat warna putih, dan lain- lain. Orang buta pada umumnya mengalami sinestesia.

Adapts adalah penyesuaian diri dengan keadaan yang baru. Misalnya, seseorang yang keluar dari kamar pada siang hari, mula= mula ia merasa bahwa diluar terasa terang sekali sampai menyilaukan mata, tetapi beberapa menit kemudian ia tidak lagi silau. Pada saat itu ia telah dapat menyesuaikan diri.

b.      Percobaan dan penyelidikan

1)      Kekuatan rangsangan yang selemah lemahnya, tetapi masih dapat menimbulkan kesadaran, disebut ambang rngsangan. Misalnya untuk sura 16 getaran tiap detik.

2)      Kekuatan rangsang yang sebesar- besarnya.

3)      Jarak antara ambang rangsangan dan puncak rangsangan disebut luas rangsangan.[1]

B.     PENGAMATAN

Metode pemeriksaan kepribadian yang paling sering digunakan dan barangkali paling umum dipahami dan diterima adalah bentuk pengamatan. Pengamatan, yang merupakan dasar bagi semua sains, terdiri dari pengamat yang hanya mencatat peristiwa tertentu, seperti perilaku khusus, dan biasanya merekam apa yang diamati. Prosedur paling umum adalah pengamatan tanpa kendali (uncontrolled observation) terhadap perilaku “tanpa persiapan” tanpa upaya untuk menghalanginya pada situasi atau keadaan tertentu. Mengamati kegiatan anak ditaman bermain dan perilaku orang ketika mengantri merupakan contoh pengamatan tanpa kendali, atau naturalistic. Gambaran pengamatan tanpa kendali didunia kerja ialah critical incidents technique (Flanagan, 1954).

Penyelidikan dan orang lain yang terbiasa dengan pekerjaan tertentu diminta mengidentifikasi perilaku khusus yang menjedai penentu kinerja atau yang membedakan pekerja yang baik dan buruk dalam bekerja. Perilaku ini, atau incidents ini sangat menentukan, karena perilaku ini memiliki akibat sangat positif dan sangan negatif. Contohnya ialah “mengamankan mesin dan membersihkan tempat kerja ketika selesai kerja” dan “menindaklanjuti permintaan pelanggan dengan tepat. Identifikasi banyak perilaku semacam ini memberikan informasi berharga mengenai sifat pekerjaan dan persyaratan untuk mengerjakannya secara efektif.

Pengamatan dapat tanpa kendali namun sistematis dan objektif. Contohnya, guru dapat dilatih membuat pengamatan objektif mengenai perilaku anak sekolah dan membuat anecdotal records (catatan informasi tidak berdasarkan bukti) yang mengenai perilaku apapun yang tampak signifikan. Guru pengamat yang dilatih dengan baik menunjukkan dicatatan anekdot itu apa yang diamati dan membedakannya dengan interpretasi pengamatan. Pengamat menyadari bahwa ketika Johny mencubit Mary tidak selalu tindakan ini merupakan tindakan agresif.

a)      Meningkatkan Keakuratan Pengamatan

b)      Pengamatan Terhadap Partisipan

c)      Pengetesan Situasi

d)      Pengamatan klinis

e)      Pengamat pelatihan

f)       Perilaku non verbal

g)      Pengamatan diri sendiri dan analisis isi[2]

a.       Pengamatan secara umum

Pengamatan ialah proses mengenal dunia luar manggunakan indra.dapat pula dikatakan bahwa pengmaatan merupakan suatu peristiwa jiwa hasil dari kegiatan indra kita. Waktu mulai terangsangnya alat indra kita denga waktu mulainya kira memberikan suatu reaksi disebut waktu reaksi. Waktu reaksi anatara individu yang satu dengan yang lain berbeda sebab terdapa perbedaan alat indra antara individu.

Indra dikatakn gerbag jiwa karena dengan indra kita dapat mengmati dunia luar dan denga pengamatan jiwa individu akan berkembang, brtambah kaya akan bertmbah luas pula isinya. Alt indra manusia meliputi :

a.       Indra penglihatan ialah indra yang berfungsi menerima perangsang cahaya yang bekerjanya dapat dibedaka menjadi 3 golongan, yaitu menurt adanya cahaya (rang atau gelap), menurut warna objek (ada warna merah, jingga, hijau, biru, kuning, ungu, hitam, putih, dan abu- abu) , dan menurut ukuran objek ( besar ukurannya, macam bentuknya, dan jaraknya).

b.      Indra pendengar merupakan indra yang berfungsi meerima perangsang getar udara yang dibedakan atas nadadesah, dan kerdum.

c.       Indra pembau yaitu yang berfungsi menerima perangsang bau yang berwujud gas. Menurut W. Henning ada 6 pokok bau antara lain bau bunga, bau busuk, bau buah, bau akar, dan bau getah.

d.      Indra perasa atau pengecapan ialah indra yang menerima peransang yang berwujud zat cair, yang menerima  ialah lidah dan langit- langit rongga mulut sebelah atas. Menurut penyelidikan ada 4 rasa, yaitu manis, asam, asindan pahit.

e.       Indra peraba adalah alat yang menerima peransang tekanan atas suhu. Pengindraan terdapat pada seluruh tubuh, kecuali rambut, kuku, dan gigi. Bagia tubuh yang mrnerima terletak di bawah kulit.

f.        Indra keseimbangan ialah indra yang menerima peransang ganguan keseimbangan. Indra ini terletak di yelinga. Bentuknya seperti rumah siput. Indra ini menjaga tubuh kita tetap tegak atau tetap seperti keadaan semula.

g.      Indra perasa urat saraf (kinestesi) ialah indra yang menerima perangsang gerakan- gerakan atau ketegangan- keteganagn urat daging. Indra ini terletak dipersendian. Dengan indra ini, kita dapat mengetahui sikap tubuh kita meski mata kita ditutup. Dengan indra ini pulalah otot- otot kita seakan punya ingatan. Misalnya pada saat menulis, berjalan, bersepeda dan lainnya.

h.      Indra hidup kejasmanian (organis) ialah indra yang menerima paransang kejasmanian, misalnya lapar, haus, sesak napas, dan lain- lain. Alat indra yang tergabung dalam kelompok ini antara lain, pernapasan, pencernaan, dan peredaran darah.[3]

Jadi, Pengamatan (penyerapan) ialah hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya perangsang. Dengan demikian dapat diperjelas terjadinya proses pengamatan sebagai objek yang menimbulkan stimulus, dan stimulus mengenai alat indra atau reseptor. Proses ini dinamakan prosses kealaman (fisis). Stimulus yang diterima oleh alat indra dilanjutkan oleh saraf sensoris ke otak. Proses ini dinamakan proses fisiologik. Kemudian terjadilah suatu proses di otak sehingga individu dapat menyadari apa yang ia terima dengan alat indra itu, sebagai suatu akibat dari stimulus yang diterimanya. Proses ini dinamakan psikologik. Dengan demikian tahap terakhir dari pengamatan ialah individu menyadari tentang apa yang diterima melalui alat indra atau reseptor.

Keadaan ini menunjukkan bahwa individu tidak hanya mengenal satu stimulus saja, melainkan individu mengenal berbagai macam stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan sekitar. Tetapi tidak semua stimuls itu mendapatkan respons sebagai akibat dari pengamatan individu. Gejala pengenalan dalam garis besarnya dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu melalui indra dan akal. Yang melalui indra dapat dibagi dua pula yaitu, diluar ( meliputi pengindraan dan pengamatan). Dan di pusat yang meliputi (tanggapan, ingatan, dan fantasi).

4.      Pengamatan Secara Khusus

Pengamatan secara khusus meliputi melihat, mendengar, mencium, mengecap, persa sakit, tekanan, dan perasaan panas dingin.

a.       Melihat

hal- hal yang dapat diamati oleh alat indra penglihatan yaitu, mata meliputi warna, bentuk, dan dalamnya sesuatu. Orang yang tidak bisa membedakan warna- warn yang mencolok dinamakan bta warna. Buta warna ada dua macam yaitu buta warna sebagian (merah, hijau atau kuning dan biru) dan seluruhnya (putih, hitam, dan abu- abu).

b.      Mendengar

Proses mendengar berkaiatan erat dngan ada atau tidaknya. Alat indra pendengaran yaitu telinga. Bunyi- bunyian dapat dibedakan mengenai tinggi bunyi yang ditentukan oleh frekuensi bunyi, intensitas bunyi yang bergantung pada amplitudonya. dan timbre atau warna bunyi (perbedaan bunyi yang timbul dari alat yang berbeda walaupun frekuensi dan amplitudonya sama.

c.       Mencium

Alt indra penciuman aktif sewaktu aada rangsangan berupa gas. Peransang gas akan menggerakkan atau mengaktifkan saraf- saraf pencium yang terdapat pada selaput lendir hidung.

d.      Mengecap

Peransang untuk alat indra pengecap adalah benda cair. Syaraf- syaraf pengecap terdapat pada bagian pinggir dan bagian atas lidah kita. Rasa yang dapat dibedakan oleh alat pengecap kita antara lain rasa manis, asin, asam dan pahit.

e.       Perasa sakit, tekanan, dan perasaan panas dingin

Ini dialami dibagian kulit tubuh, msing- masing peransang terletak pada titik- titik kulit yang berbeda- beda. Titik– titik peransang yang merasaka sakit terletak pada dekat permukaan kulit. Indra persa tekanan terletak pada kulit sehingga kita dapat merasakan benda atau objek itu keras atau lembut, kasar atau licin, tumpul atau tajam, dan lain- lain. Begitupun juga dengan perasa panas dan dingin. [4]


C.     TANGGAPAN

Tanggapan sebagai salah satu fungsi jiwa yang pokok, dapat diartikan sebagai gamabaran ingatan dari pengamatan, ketika obyek yang diamati tidak lagi berada dalam ruang dan waktu pengamatan. Jadi, jika proses pengamatan sudah berhenti, dan hanya tinggal kesan- kesannya saja, peristiwa ini dinamakan tanggapan. Misalnya, berupa kesan pemandangan alam yang baru kita lihat, melodi indah yang baru menggema, dan lain- lain.

Taanggapan disebut “latten” (tersembuyi, belum terungkap). Apabila tanggapan tersebut ada dibawah alam sadar, atau tidak kita sadari. Sedanng tanggapan disebut “aktual” (sungguh), apabila tanggapan tersebut kita sadari. Apabila tanggapan- tanggapan yang kita sadari itu langsung berpengaruh pada kehidupan kejiwaan (berpikir, perasaan, dan pengenalanan). Maka fungsi tanggapan ini disebut sebagai fungsi primer. Adapun kebaikannya disebut fungsi sekunder.

Perbedaan antara tanggapan dan pengamatan:

a.       Pengamatan terikat pada tempat dan waktu, sedangkan pada tanggapan tidak terikat pada waktu dan tempat.

b.      Objek pengamatan sempurna dan mendetail, sedangkan objek tanggapan tidak mendetail dan kabur.

c.       Pengamatan memerlukan peransang, sedangkan pada tanggapan tidak.

d.      Pengamatan bersifat sensoris, sedangkan pada tanggapan bersifat immaginer.

Beberapa catatan praktis sehubungan dengan tanggapan:

a.       Murid- murid harus kita beri pembendaharaan tanggapan yang besar. Artinya, kita harus memberi tanggapan yang sebanyak- banyaknya.

b.      Murid- murid dalam mengamati benda- benda itu hendaknya dengan mempergunakan alat- alat indra sebanyak- banyaknya, seperti pelihat, suara dan gerak.

c.       Penglihatan harus dihubungkan dengan apa yang telah diketahui oleh murid- murid.[5]

Adapun arti lain dari tanggapan ialah bayangan yang dalam ingatan setelah kita melakukan pengamatan. Linscoten mengatakan tanggapan merupakan pengulangan kembali terhadap pengalaman- pengalaman atau aktivitas-aktivitas psikologis sebelumnya tanpa menghadirkan objek materinya sehingga ada proses perekaman ulang. Tanggapan kita tidak hanya menghidupkan kembali apa yang telah diamati pada masa lampau, tetapi juga mengantisipasi masa depan atau mewakili kondisi kini. Jadi dalam tanggapan terjadi tanggapan masa lalu (tanggapan ingatan), tanggapan pada masa yang akan datang (tanggapan antisipasi), dan tanggapan masa kini (tanggapan representasi atau mengimajinasikan).

Notoadmojo mengatakan setelah seseorang melakukan proses pengamatan (melihat, mendengar, mengecap, memerhatikan atau meraba), maka terjadi perekaman gambaran yang yang tinggal dalam ingatan yang disebut sebagai tanggapan. [6]

Tanggapan sebagai salah satu fungsi jiwa yang pokok, dapat diartikan sebagai gambaran ingatan dari pengamatan, dalam mana obyek yang telah diamati tidak lagi berada dalam ruang dan waktu pengamatan. Jadi, jika proses pengamatan sudah berhenti, dan hanya tinggal kesan-kesannya



[1] Abu Ahmadi, Psikologi Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm. 65-68.
[2] Lewis R. Aiken dan Gary Groth- Marnat, pengetasan dan pemeriksaan psikologi, (Jakarta: Indeks, 2009), hlm. 124- 130.
[3] Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Umum dengan Perspektif Baru,(Yogyakarta: Ar- Ruz Zmedia), hlm. 85-87)
[4] Ibid., hlm. 92-102.
[5] Abu Hamadi, Op. cit., hlm. 69.
[6] Herri Zan Pieter dan Namora Lumongga Lubis, Pengantar Psikologi untuk Kebidanan, (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 33-34.

No comments:

Post a Comment

Entri yang Diunggulkan

Makalah Pengembangan Kurikulum tentang Evaluasi Kurikulum