Search This Blog

Sunday, December 9, 2018

Makalah Tahsinul Qur'an tentang Mad (Hukum baca panjang pendek Al-Qur'an)


MAKALAH

TAHSINUL QUR’AN

Tentang

“MAD (Hukum baca panjang pendek baca Al-Qur'an)


Oleh :

Muhammad Imam Ashari Rambe

1614040023

                  

                  



Dosen Pembimbing:

Ihsan Nuzula, S.Pd.I, M.Pd.I







JURUSAN TADRIS MATEMATIKA A

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI IMAM BONJOL PADANG

TAHUN AJARAN 2016/2017 M

BAB II
PEMBAHASAN

A.  Hukum Mad
1.      Pengertian Mad
Menurut Imam Hafsh bin Sulaiman bin Mughirah Mad memiliki ukuran dan hukumnya, yaitu :
a.    Yang dibaca 2 alif atau 2,5 alif (4 harokat atau lima harokat) yang disebut Wajib.
b.    Yang dibaca 2 alif atau 2,5 alif (4 harokat atau lima harokat) yang disebut Jaiz.
c.    Yang harus dibaca 3 alif (6 harokat) yang disebut Lazim.[2]
2.      Macam-macam Mad
a.       Mad Asli atau Mad Thabi’i (asli)
Mad artinya Panjang, sedangkan Thobi’i artinya biasa. Hukum bacaan disebut Mad Thabi’i yaitu bila huruf yang dipanjangkan bunyi suara nya berupa :
1)      Hukum berharkat dhommahdan sesudahnya terdapat huruf wawu sukun.
Contoh :
v  يُؤْمِنُونَ 
v  يُنْفِقُونَ


2)      Huruf berharkat kasroh dan sesudahnya terdapat huruf yaa sukun.
Contoh :
v الرَّحِيمِ 
v الْعَالَمِينَ 
3)      Huruf berharkat fathah dan sesudahnya terdapat huruf alif.
Contoh :
v عَذَابٌ
v فَزَادَهُمُ
Cara membaca Mad Thabi’i harus dipanjangkan satu alif atau dua harokat. Sebab dinamakan Mad Thabi’i karena orang yang punya tabi’at sehat dan normal tidak akan membacanya lebih atau kurang dari satu alif, baik ketika washal  (baca terus) atau waqaf (berhenti).
Membacanya kurang dari satu alif hukumnya haram. Sedangkan membacanya lebih dari satu alif hukumnya sangat makruh.[3]

b.      Mad Far’i (cabang)
Mad far’i ialah mad yang lebih dari hukum aslinya, sebabnya adalah karena sesudahnya ada huruf hamzah atau sukun (mati) pada waktu waqaf (berhenti).[4]

Mad far’i terbagi menjadi lima belas (15), yaitu :
1)      Mad Wajib Muttashil
Wajib artinya bersambung. Hukum bacaan disebut Mad Wajib Muttashil adalah apabila ada Mad Thabi’i bertemu dengan huruf hamzah didalam satu kata.
Cara membacanya wajib memanjangkan bunyi 4 atau lima harokat baik saat washal atau waqaf dan boleh enam harokat jika hamzah terletak di akhir kata.[5]
Contoh :
v  السَّمَاء
v  سَوَاء
2)      Mad Jaiz Munfashil
Jaiz artinya boleh (dipanjangkan lebih dari dua harokat atau satu alif). Munfashil artinya terpisah (antara Mad dengan Hamzah).[6] Hukum bacaan disebut Mad Jaiz Munfashil yaitu apabila Mad Thabi’i behadapan dengan huruf hamzah dilain kata.
Cara membaacanya lebih baik dipanjangkan seperti panjangnya Mad Wajib Muttashil yaitu dua setengah alif atau lima harokat, tetapi boleh juga dipanjangkan seperti panjang Mad Thabi’i artinya hanya satu alif panjangnya atau dua harokat.
Contoh :
v  أَعْطَيْنَاكَ إِنَّا
v رَآبَاؤُهُمْ أُنْذِقَوْمًامَا
3)      Mad Lazim Mutsaqqal Kilmy
Lazim artinya pasti, Mutsaqqal artinya diberatkan, sedangkan Kilmy asal kata “kalimah” artinya kata.
Hukum bacaan disebut Mad Lazim Mutsaqqal Kilmy adalah apabila Mad Thabi’i berhadapan dengan huruf yang bertasydid didalam satu kalimat atau perkataan.
Cara membacanya harus dipanjangkan lebih dahulu sepanjang tiga alif atau enam harokat, lalu ditasydidkan.[7]
Contoh :
v ٱلضَّآلِّين وَلَا
4)      Mad Lazim Mukhaffaf Kilmy
Mukhaffaf artinya diringankan. Hukum bacaan disebut Mad Lzim Mukhaffaf Kilmy ialah bila Mad Thabi’i bertemu dengan huruf yang berharokat sukun tidak diakhir perkataan.
Cara membacanya dipanjangkan sampai tiga alif atau enam harokat atau seperti panjangnya Mad Lazim mutsaqqal Kilmy.
Contoh :
v وَقَدْ آلْآنَ
5)      Mad Layyin
Layyin artinya lunak, hukum bacaan disebut Mad Layyin yaitu apabila ada huruf Mad, baik yang berupa wawu sukun ataupun yaa sukun dan huruf sebelumnya berharokat fathah.
Cara membacanya dengan lunak dan lemas serta tidak boleh dipanjangkan.
Contoh :
v أَرَأَيْتَ
v رَيْبَ

6)      Mad ‘AridL Lissukun
‘Aridl artinya tiba-tiba ada, sukun artinya mati. Hukum bacaan disebut ‘Aridl Lissukun yaitu apabila ada Mad Thabi’i atau Mad Layyin dan sesudahnya ada waqaf (tempat berhenti). Membacanya ada tiga cara, yaitu :
a)   Dibaca panjang sampai tiga alif atau enam harokat atau sama dengan panjang Mad Wajib Muttashil. Ini lebih utama.
b)   Dibaca panjang dua alif atau empat harokat atau dua kali panjang Mad thabi’i. Ini bacaan yang sedang.
c)   Dibaca panjang satu alif atau dua harokat seperti Mad Thabi’i biasa. Ini bacaan yang pendek.[8]
Contoh :
v لِّلْمُتَّقِينَ هُدًى
v يُنفِقُونَ هُمْ
7)      Mad Shilah Qashirah
Shilah artinya : hubungan, Qashirah artinya pendek. Hukum bacaan disebut mad shilah qashirah yaitu apabila ada haa’ dlomir adalah kata ganti orang atau benda ketiga, dan haa’ dlomir itu berada sesudah huruf yang berharokat.
Cara membacanya dipanjangkan sampai satu (1) alif atau dua harokat atau seperti panjang MAD THOBI’I, demikian itu jika tidak didahului huruf mati (sukun) atau tidak dihubungkan dengan huruf lain berikutnya.
Contoh:
v فَأُمُّهُ
Ha’dlomir yang didahului huruf sukun atau dihubungkan dengan huruf lain berikutnya, membacanya tidak boleh dipanjangkan. Contoh-contoh Ha’dlomir yang didahului huruf sukun :
Contoh :
v فِيهِ

8)      Mad shilah thowilah
Thowilah artinya panjang. Hukum bacaan disebut Mad Shilah Thowilah ialah apabila Mad Shilah Qashiirah bertemu dengan huruf hamzah. Cara membacanya sampai dua setengah alif atau satu alif seperti Mad Thabi’i.
Contoh:
v إِلَّا عِنْدَهُ
v إِلَّا عِلْمِهِ

9)      Mad ‘Iwadl
‘Iwadl artinya ganti tanwin, Tanwin diganti mad. Hukum bacaan  disebut Mad’iwadl adalah apabila ada fathatain pada huruf akhir kata yang diwaqafkan atau desebut mad pengganti tanwin sehingga tanwin tidak berbunyi lagi. Membacanya dipanjang satu alif seperti mad thobi’i.[9]
Contoh:
v ثُبُوْرًا يَدْعُوْ
v مَسْرُورًا

10)  Mad Badal
Badal artinya perubahan. Hukum bacaan disebut Mad badal yaitu apabila ada hamzah bertemu dengan mad yang berasal dari hamzah sukun. Kemudian hamzah ini diubah dan diganti dengan alif, wawu atau yaa’.
Contoh:
v الْأُولَىٰ
v وْلَئِكَأُ

11)  Mad lazim harfi mukhaffaf
Harfi dari asal kata “harfun” artinya huruf. Hukum bacaan disebut mad lazim harfi mukhaffaf ialah apabila pada permulaan surat dari alqur’an ada terdapat salah satu atau lebih dari antara huruf yang lima, yaitu haa’, yaa’, thaa’, haa’, dan raa’.
Cara membacanya dipanjangkan sepanjang Mad thobi’i atau dua harokat.
Contoh:
v يس
v طه

12)  Mad lazim Harfi Mutsaqqal
Hukum bacaan disebut Mad lazim Harfi Mutsaqql ialah apabila permulaan surat berupa salah satu atau lebih dari huruf-huruf yang delapan yaitu nun, qaaf, shaad, ‘ain, siin, laam, kaaf, dan miim.
Kumpulan dari huruf yang delapan adalah NAQUSHA ‘ASALUKUM Dan Sesudah Mad terdapat suara huruf mati yang di idghamkan atau ditasydidkan. Cara membacanya dipanjangkan tiga alif atau enam harokat.[10]
Contoh :
v الم
v المص
13)  Mad lazim musyabba’
Musyabba’ artinya dikenyangkan. Hukum bacaan disebut mad lazim musyabba’ adalah seperti Mad Lzim harfi mutsaqqal, hanya saja sesudah Mad terdapat suara huruf mati yang tidak diidghamkan atau ditasydidkan.
Membacanya harus dipanjangan seperti Mad Lazim Harfi Mutsaqqal, Yaitu tiga alif.
Contoh:
v يس
v آلم
14)  Mad Tamkin\
Tamkin artinya tepat (penetapan atau penepatan). Hukum bacaan disebut Mad Tamkin adalah apabila ada yaa’ sukun yang didahului dengan huruf yaa’ yang bertasydid dan harokatnya kasroh. Cara membacanya ditepatkan pada tasydid dan mad thobi’inya.


15)  Mad Farq
Farq artinya membedakan atau pembadaan. Hukumbacaan disebut Mad Farq adalah salah satu mad yang dalam Al-qur’an hanya terdapat di empat tempat.
Cara membacanya harus dipanjangkan untuk membedakan antara pertanyaan atau bukan.
Jagi dipanjangkannya itu supaya jelas bahwa kalimat itu berbentuk pertanyaan.
Empat tempat itu ialah :
a.    Dua tempat disurat Al-An’am (6) ayat 143-144
b.   Satu tempat disurat Yunus (10) ayat 59
c.    Satu tempat disurat An-Naml (27) ayat 59


c.       Praktek Tahsin Al-Qur’an
Tahsinul Qur'an adalah memperindah dan memperbaiki bacaan al-Qur’an secara benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.
Mad merupakan salah satu Ilmu Tajwid. Ilmu Tajwid adalah ilmu tentang tatacara membaca al-Qur’an yang baik dan benar, baik cara melafalkan huruf dengan memperhatikan panjang bacaan ayat Al-Qur’an.[11]

B.  Hukum Qolqolah
1.      Pengertian Qalqalah
Qalqalah menurut bahasa artinya:
التَّحَرُّكُ وَالإِضْطِرَابُ
“Begerak dan gemetar.”

Sedangkan menurut istilah qalqalah[12] ialah:

صَوْتٌ زَائِدٌقَوَيٌ جَهَرِيٌ يَحْدُفىِ يَحْدُثُ فىِ مَخْرجِ ا لْحَرْفِ السَاكِنِ بَعْدَ ضَعْدَ ضَغْطِةِ
                                           
Suara tambahan (pantulan) yang kuat dan jelas yang terjadi pada huruf yang bersukun setelah menekan pada makhraj huruf tersebut.

Huruf-huruf qalqalah ada 5 yaitu: qaf ق)), tha’(ط), ba’(ب), jim(ج) dan dal(د). Seluruhnya terkumpul dalam kalimat:
قَطْبُ جَدٍ
Cara membaca qalqalah ini harus terdengar suara pantulan pada setiap huruf dari lima hurusnya,terutama ketika diwaqafkan.

2.      Pembagian Qalqalah
Dalam ilmu tajwid, qalqalah terbagi menjadi dua yaitu:

a.       Qalqalah Shugrha (قَلْقَلَةٌ صُغْرَ ى)
Shugrho artinya kecil. Qolqolah shughra menurut istilah ialah:
فَإِنَ كَا نَ سُكُوْنُهَا أَصْلِيَا فَهِيَ صُغْرَى
Jika huruf qalqalah bertanda sukun asli,maka ia dinamakan qalqalah shugrha
Pengertian qalqalah secara bahasa ialah:

فَمَا سَكَنَ مِنْهَافِىوَسَطِ الْكَلِمَةِ يُسَمَّى قَلْقَلَةٌ صُغْرَى

Apabila huruf qalqalah tersebut bersukun ditengah kalimat,maka dinamakan qalqalah shugra. Berdasarkan dua definisi diatas, dapat disimpulkan  bahwa qalqalah shughro terjadi pada dua kondisi, yaitu apabila huruf qalqalah:

1.        Bersukun asli
2.        Bersukun ditengah kalimat

Adapun contoh dari qalqalah shughra[13] yaitu:
No.
Tertulis
Dibaca
Keterangan
1
لَقدْ خَلَقْناالإْنسانَ

خَلَقْ نَا
Huruf Qaf sukun (ق) di baca memantul
2
حَتىَّ مَطْلَعِ الفَجْرِ

مَطْ لَعِ
Huruf  Tha’ sukun (ط) di baca memantul

b.      Qalqalah Kubra (قَلْقَلَةٌ كُبْرَى)
Kubra artinya besar. Qalqalah kubra menurut istilah ialah:

إِنْ كاَ نَ سُكُوْنُهَا عَارِضًافِى الْوَ قْفِ فَهِيَ كَبْرَى

Jika huruf qalqalah bersukun aridh karena diwaqafkan, maka ia dinamakan qalqalah kubra.
Kemudian daalam kitab Al-Qaulus Sadid diterangkan pengertian qalqalah kubra yaitu:
وَمَاسَكَنَ مِنْهَافِى اَخِرِالْكَلِمَةِ يُسَمَّى قَلْقَلَةٌ كُبْرَى

Apabila huruf qalqalah tersebut bersukun diakhir  kalimat, ia dinamakan qalqalah kubra.

Berdaasarkan dsarkan dua definisi diatas,dapat disimpulkan bahwa qalqalah kubra terjadi apabila huruf qalqalah:
1.        Bersukun aridh karena diwakafkan. dengan kata lain,huruf tersebut asalnya berharakat tetapi menjadi bersukun karena dibaca waqaf.
2.        Bersukun dia akhir kaliamat

Adapun contoh dari qalqalah kubra yaitu:
           
No.
Tetulis
Dibaca
Keterangan
1.

بِرَبِّ الْفَلَقِ
الْفَلَقْ
Huruf qaf (ق) dibaca sukun dan memantul
.2

مِنْ ؤَرائِهِمْ مُحِيْطٌ
مُحِيْطْ
Huruf tha’(ط) dibaca sukun dan memantul
.3

إِذَاؤَقَبَ
ؤَقَبْ
Huruf ba’(ب) dibaca sukun dan memantul

c.         Praktek
Qolqolah Shugrha

Qs.
Contoh Ayat Al-Qur’an
رَقْم
100:1
وَالْعاَدِياتِضَبْحاً
1

95:4
لَقَدْخَلَقْناَالإْنْساَنَ فىِ تَضلِيْلٍ
2


           


Qolqolah kubra

Qs.
Contoh Ayat Al-Qur’an
رقم
111:1
تِبَّتْ يَدَاّأَبىِ لَهَبِ وَتَبِّ

1
189:1
قُلْ هِىَ مَوَاقِيْتُ لِنَّاسِ وَالْحَجِ

2



C.  HUKUM مْ  (MIM SUKUN)
Ada tiga hokum bacaan (mim sukun) yaitu:
1.      IZH-HAR SYAFAWI اِظْهَارْ شَفَوِيِّ
Syafawi asal katanya “Syafatun” artinya bibir
Hukum bacaan izh-har syafawi ialah apabila mim sukun berhadapan dengan salah satu huruf hijaiyah dua puluh enam (26).
Selain   م (mim) dan  ب(baa’)
Membacanya mim disuarakan dengan terang dan jelas di bibir serta mulut tertutup, dan harus diperjelas lagi bila mim sukun bertemu dengan,
 و(Waw) dan  ف(faa’)
Misalnya:
 مْ (Mim) sukun bertemu   ل (laam) =  مملوكا (mamluukan)
Contoh lainnya:
مْ (Mim sukun) bertemu ء ( hamzah)  =                        فَلَهُمْ اَجْرٌ             
Harus dibaca FALAHUM-AJRUHUM
            مْ (mim sukun) bertemu ت (taa’)              =                     اَلَمْ تَرَكَيْفَ  
Harus dibaca ALAM-TARAKAIFA
مْ  (mim sukun) bertemu ث (tsaa’)           =                  وُكِّلَ بِكُمْ ثُمَّ
Harus dibaca WUKKILA BIKUM-TSUMMA
مْ (mim sukun) bertemu ج (jiim)           =                          لَهُمْ جَنَّتٌ          
Harus dibaca LAHUM-JANNAATUN
            مْ (mim sukun) bertemuح  (haa’)          =                  عَلَيْهِمْ حَافِظِيْنَ
Harus dibaca ‘ALAIHIM-HAAFIZHIIN
مْ (mim sukun) bertemu خ (khaa’)        =                      هُمْ خَيْرُالبَرِيَّةِ      
Harus dibaca HUM-KHAIRULBARIYYAH
مْ (mim sukun) bertemu د (daal)           =                               فَدَمْدَمَ 
Harus dibaca FADAM-DAMA
مْ (mim sukun) bertemu ذ (dhal)          =                       رَبُّكُمْ ذُوْرَحْمَةٍ
Harus dibaca RABBUKUM-DZUURAHMAH
مْ (mim sukun) bertemu ر (raa’)           =                       اِيْلَافِهِمْ رِحْلَةَ
Harus dibaca IILAAFIHIM-RIHLATA
مْ (mim sukun) bertemu ز (zaai)           =                      اَمْ زَيَّبَاالسَّمَاء
Harus dibaca AM-ZAYYANASSAMAA’
مْ (mim sukun) bertemu س (siin            =                  فَوْقَكُمْ سَبْعًا   
Harus dibaca FAUQAKUM-SAB’AN
مْ (mim sukun) bertemu ش (syiin)         =                      هُمْ شَرُّالْبَرِيَّة  
Harus dibaca HUM-SYAR RULBARIYYAH
مْ (mim sukun) bertemu ص (shad)        =                  اِنْ كُنْتُمْ صَادِقِيْنَ             
Harus dibaca INGKUNTUM-SHAADIQIIN
مْ (mim sukun) bertemu ض (dhaad)      =                          وَامْضُوْا   
Harus dibaca WAM-DLUU
مْ (mim sukun) bertemu ط  (tho)          =                            لَهُمْ طَعَامٌ         
Harus dibaca LAHUM-THA’AMM
مْ (mim sukun) bertemu ظ  (zho)          =                ظَنَنْتُمْ ظن السوء
Harus dibaca ZHANANTUM-ZHANNASSAU’
مْ (mim sukun) bertemu ع (‘ain)          =                      اذهم عليها 
Harus dibaca IDZHUM-‘ALAIHAA
مْ (mim sukun) bertemu غ (ghain)        =                      ماؤكم غورا 
Harus dibaca MAAUKUM-GHAURAN
مْ (mim sukun) bertemu ف (faa’)          =                           لهم فيها  
Harus dibaca LAHUM-FIIHAA
مْ (mim sukun) bertemu ق (qaaf)          =                            راهم قالوا
Harus dibaca RA-AAHUM-QAALUU
مْ (mim sukun) bertemu ك (kaaf)          =                            ابهم كانوا
Harus dibaca INNAHUM-KAANUU
مْ (mim sukun) bertemu ل  (laam)        =                            فمالهم لا                    
Harus dibaca FAMAALAHUM-LAA
مْ (mim sukun) bertem  ن (nun)            =                          الم بخعل 
Harus dibaca ALAM-NAJ’AL
مْ (mim sukun) bertemu و  (waw)         =                           علهيم ولا    
Harus dibaca ‘ALAIHIM-WALAA
مْ (mim sukun) bertemu ه (haa’)          =                            امهلهم 
Harus dibaca AM-HILHUM
مْ (mim sukun) bertemu ي (yaa’)          =                        مالم يغلم 
Harus dibaca MAALAM-YA’LAM

2.       Ikhfa’ syafawi  إِخْفَاءْ شَفَوِى
Yang dimaksud ikhfa’ syafawi yaitu apabila ada mim mati ( مْ ) bertemu dengan huruf ba ( ب ). Cara membacanya sama disertai dengan dengung ke hidung. Contohnya :
نَبَأَهُمْ بِالْحَقِّ       dibaca              naba`ahumm – bilhaqqi
كَلْبُهُمْ بَاسِطٌ      dibaca              kulbuhumm – baasithun
3.      Idgham Mimi اِدْغَامٌ مِيمِي

Hukum bacaan disebut idgham mimi apabila mim sukun bertemu dengn mim yang sejenis. Cara membacanya adalah seperti menyuarakan mim rangkap atau ditasydidkan dan wajib dibaca dengung. Idgham mimi sering pula disebut idgham mitslain atau idgham mutamatsilain (idgham yang hurufnya serupa atau sejenis)

Contoh:

Mim mati bertemu huruf mim :
وَمَا لَهُمْ مِنَ اللهِ

Mim mati bertemu huruf mim :
اِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِيْنَ


Pengertian mim dan nun tasydid
     Di dalam ayat-ayat suci Al-Qurannul-Karim sering kita dapati kalimat-kalimat yang mempunyai huruf mim dan nun yang bertasydid (berbaris syiddah ), seperti pada contoh-contoh kalimat berikut ini :
z`ÏB Ïp¨YÉfø9$# Ĩ$¨Y9$#ur ÇÏÈ   [14]
     Dalam hal yang semacam ini hendaknya kita harus dapat mengucapkan atau menyembunyikan huruf yang bertasydid tadi harus benar-benar dighunnahkan[15] membacanya harus nyata-nyata berdengung.[16] Dalam ilmu tajwid , hukum mim dan nun yang bertasydid dikenal dengan istilah ghunnah musyaddadah.
     Cara membaca ghunnah musyaddadah yaitu menghentakkan suara mim atau nun yang bertasydid, didengungkan secara nyata ke pangkal hidung, selama dua harakat/ketukan.[17]
     Bunyi ghunnah yang keluarnya dari celah-celah Khaisum (janur hidung) tidak mungkin dapat terdengar dengan jelas kalau huruf yang bertasydid tadi kita baca dengan cepat. Oleh karena itu, di dalam masalah ini kita harus mengucapkan atau membunyikan huruf yang bertasydid tadi dengan perlahan-lahan, sehingga terdengarnya bunyi ghunnah itu seakan-akan tertahan di dalam ghunnah.
     Untuk selanjutnya cobalah kita belajar mengeluarkan suara ghunnah dengan baik pada contoh-contoh kalimat di bawah ini :
ö@è% èŒqããr& Éb>tÎ/ Ĩ$¨Y9$# ÇÊÈ   Å7Î=tB Ĩ$¨Y9$# ÇËÈ   Ïm»s9Î) Ĩ$¨Y9$# ÇÌÈ   `ÏB Ìhx© Ĩ#uqóuqø9$# Ĩ$¨Ysƒø:$# ÇÍÈ   Ï%©!$# â¨ÈqóuqムÎû Írßß¹ ÄZ$¨Y9$# ÇÎÈ   z`ÏB Ïp¨YÉfø9$# Ĩ$¨Y9$#ur ÇÏÈ   (الناس 1-6)
 §Ntã tbqä9uä!$|¡tFtƒ ÇÊÈ   Ç`tã Î*t6¨Z9$# ÉOÏàyèø9$# ÇËÈ   Ï%©!$# ö/ãf ÏmÏù tbqàÿÎ=tGøƒèC ÇÌÈ   žxx. tbqçHs>÷èuy ÇÍÈ   ¢OèO žxx. tbqçHs>÷èuy ÇÎÈ   (النبا 1-5)
     Di dalam mengeluarkan bunyi ghunnah ini tidak boleh lebih atau kurang dari ukuran sepanjang mad thabi’i, yakni satu alif=dua harkat.[18] Namun dibuku lain mengatakan Hukumnya ghunnah dibaca dua sampai empat harakat.[19]

Pengertian lam jalalah
     Laumul Jalalah atau dari lafadh Allah. Lamul jalalah terletak sesudah huruf yang berharkat fathah atau dhammah.[20] Huruf lam yang makhraj hurufnya antara ujung lidah bersentuh dengan laklakan atas sebelah luar, juga mempunyai hukum-hukum sebagaimana yang dimiliki oleh huruf ra. Yang berbeda hanya istilahnya saja, yakni kalau di dalam huruf ra ada tafkhim, sedangkan pada huruf lam ada taghlizh, sekalipun demikian maksudnya sama, yakni menebalkan ucapan suara huruf.[21]
     Taghlizh pada huruf lam ini menurut kesepakatan para ahli tajwid tebagi ke dalam dua bagian, yaitu :
a.       Muttafak alaih
     Muttafak alaih adalah hukum yang sudah disepakatkan oleh seluruh ahli tajwid untuk mentaghlizhkan (menebalkan) bacaan huruf lam sesudah ada huruf yang berbaris fathah atau dhammah. Tentunya yang dimaksud oleh penyusun di sini ialah huruf “lam” yang berada pada lafazh الله saja, lain dari itu tidak. Lebih jelasnya dapat kita perhatikan contoh-contoh di bawah ini :
قال الله        وشهدالله      وليقول الله      ورسول الله            
  ا طاع الله        ان الله         قالوااللهم        لعنهم الله           
Semua contoh ini huruf lam-nya mesti dibaca taghlizh (tebal).[22]
     Tetapi kalau sebelum huruf “lam-jalalah” tadi ada huruf yang berbaris kasrah mahdah (tulen), maka tidak ada satu pun dari para ahli tajwid yang berselisih pendapat tentang mestinya dibaca tarqiq pada huruf lam-nya itu. Baik adanya kasrah itu bersambung pada tulisannya, atau berpisahnya baru atau memang kasrahnya tetap, mesti dibaca dengan tarqiq. Lebih jelas dapat kita lihat pada contoh-contoh di bawah ini :
لله     وبالله      افي الله      بسم الله      وقل اللهم       مايفتح الله    
واحل الله      في سبيل الله       مر ضا ت الله [23]
b.      Hukum mukhtalif fih
     Hukum mukhtalif fih adalah suatu hukum yang diikhtilafkan oleh para ahli tajwid di mana pembacaan huruf “lam-jalalah” tadi adanya sesudah huruf “Ra-Mumalah” (ra yang mengandung imalah) sebagaimana riwayat Syaikh Susi pada bacaan firman Allah yang berbunyi : نرئنرئ الله       وسيرئ الله 
     Disini huruf lam-nya boleh dibaca dengan tafkhim karena tidak adanya kasrah khalish sebelumnya. Demikian menurut pendapat ahli qurra Syaikh Sakhawi dan Syaikh Syathibi. Adapun menurut pendapat Syaikh Dani, beliau membacanya dengan tarqiq karena tidak adanya fathah khalish.[24]
     Begitu pula di dalam hukum mukhatalif fih, pada selain huruf lam-jalalah suka dibaca dengan taghlizh, menurut pembacaan qiraat Syaikh Warasy pada seluruh huruf “lam” yang berbaris fathah mukhaffafah atau lam yang bertasydid di tengah atau di akhir yang adanya sebelum huruf (ظ ط ص) baik huruf-huruf tersebut berbaris fathah, sukun, maupun bertasydid . sebagai contoh dapat  kita lihat di bawah ini :علئ صلاتهم       وتابواواصلحوا         اويصلبوا
وايات مفصلات       وان يوحل       وله طلبا         ومطلع الفجر       ومعطلة  وظلمواواظلم 
     Dan apabila huruf “lam” nya didhammahkan atau dikasrahkan atau berbaris sakin (mati) sesudah adanya huruf-huruf yang tiga tadi (ظ ط ص) maka menurut kesepakatan para ahli tajwid dibacanya mesti ditarqiqkan. Perhatikan contoh dibawah ini :
لظلوا    الامن ظلم     فظلتم         تطلع على قوم        يصلى عليكم       وصلنا لهم القول
     Begitu pula kalau memang huruf-huruf tersebut ( ص ط ظ ) didhammahkan atau dikasrahkan, seperti contoh di bawah ini :
ظلل     ظلال    وعطلت     وفصلت
Maka tetap dibacanya mesti ditarqiqkan.[25]


D.  HUKUM BACAAN ALIF LAM SYAMSIAH DAN ALIF LAM QAMARYAH
1.      Hukum bacaan alif lam syamsiah dan alif lan qomariyah
Alif lam selalu berhubungan  dengan nama benda atau perkataan-perkataan dalam bahasa Arab yang disebut alif lam ta’rif .Apabila alif lam ta’rif bertemu dengan huruf hijaiyah yang 29,hukumbacaannya terbagi dua bagian,yaitu alif lam qomariyah dan alif lam syamsiah.
 
Contoh bacaan Qomariyah                    contoh alif lam syamsiah          
 ا لعَلَمِيْن , فِئ ا لإَْرْ ضِرَب                                      لدِّ يْنِ ,  يَوْ مِ ا

a.       Alif lam syaamsiah
 Adalah Alif lam sukun yang bertemu dengan salah satu hurum syamsiah dan dibacanya lebur/ idgham.
Jumlah huruf syamsiah ada  14 . Keempat belas huruf syamsiah yaitu:
ط ث ص ر ت ر ذ س ن د ش ظ ض ل
   Alif lam syamsiyah dibaca lebur/idgham . Artinya ketika alif lam beremu dengan salah satu huruf syamsiyah , suara alif lam dbaca lebur .Hal ini biasanya di perjelas dengan mencantumkan harakat syiddah. Cara membaca seperti ini disebut idgham syamsiyah. Contoh:
يَوْ مِ ا لدِّ يْنِ  bacaan alif lam lebur dibaca ditekan menjadi مِ دِّ يْنِيَوْ
Cara membaca alif lam syamsiyah:
b.      Alif lam Qomariyah
            Adalah alif lam sukun yang bertemu dengan salah satu huruf qamariyah dan bacaan nya jelas/ izhar.Yaitu
ء ب غ  ح  ج ك  و خ ف ق ي م ه
Keempat huruf qamariyah ini dapat dikumpukan dalam kailmat :
إِ بْعِ حَجَّكَ وَ خَفْ عَقِيْمَهْ
Membaca alif lam Qamariyah  harus jelas izhar/ izhar.Artinya apabila ali lam bertemu dengan salah satu huruf Qamariyah ,suara lam dibacanya jelas atau diucapakan (tidak hilang) saat membacanya .Cara membacanya seperti ini dinamakan izhar Qomariyah.[26]
Cara membaca Alif lam Qomariyah
       

B. PERBEDAAN MEMBACA ALIF LAM SYAMSIAH dengan ALIF LAM  QOMARIYAH
Ada beberapa perbedaan membaca alif lam syamsiah dengan alif lam qomariyah.2
Perhatikan perbedaan nya pada tabel berikut:
   






C.ALIF LAM SYAMSIYAH dan ALIF LAM QOMARIYAH DALAM SURAH AD-DUHA dan AL-ADIYAT
1.Hukum Bacaan Alif Lam Surah Ad-Duha





















D.Hukum Nun Tasydid
Dalam ilmu tajwid nun yang bertasydid dikenal dengan istilah gubnnah musyaddah.
Gunnah menurut bahasa artinya adalah dengung musyaddadah artinya bertasydid atau memakai tasydid.
Gunnah menurut bahasa artinya adalah :suara yang jelas (dan nyaring) yang keluar dari al-khasyim (pangkal hidung)dan tidak menggunakan lidah pada waktu mengucapkannya.
Sedangkan pengertian Ghunnah musysddah yang di maksud dalam bagian ini adalah huruf mim dan nun yang dalam keadaan bertasydid.[27]
Cara membaca ghunnah musyaddadah yaitu dengan mengantarkan suara nun atau mim yang bertasydid , di dengungkan secara pangkal hidung, selama dua harkat atau ketukan.
Nun tasydid berasal dari dua mim atau nun , mim atau nun yang pertama sukun, dan mim atau nun yang kedua harakat, sehingga mim atau nun yang pertama di masukan ke dalam mim atau nun yang kedua, dan terjadilah bertasydid.








E.   Sifat-sifat huruf yang berlawanan
1.      Pengertian sifat-sifat huruf
Sifat menurut bahasa adalah sesuatu yang melekat atau menetap pada sesuatu yang lain atau :
ماقام بالشئ من المعانى كالعلم والسواد
Berarti suatu arti atau makna yang berada pada sesuatu, seperti ilmu. Sedang yang dimaksud sesuatu yang lain adalah huruf-huruf hijaiyah.
Adapun menurut pengertian istilah, sifat adalah :

اَلصِّفَةُهِىَ كَيْفِيَّةٌعَارِضَةٌلِلْحَرْفِ عِنْدَحُصُوْلِهِ فِى الْمَخْرَجِ مِنَ الْجَهْرِوَالرَّخَاوَةِوَالْهَمْسِ وَالشِّدَّةِونَحْوِهَا
“Sifat adalah cara baru bagi keluarnya huruf ketika sampai pada tempat keluarnya, baik berupa jahr, Rakhawah, Hams, Syiddah dan sebagainya.” [28]
Pada pengertian tersebut, tampak bahwa sifat-sifat huruf hijaiyah selalu dikaitkan dengan makhrajnya, mengingat makhraj huruf merupakan standar untuk penentuan sifat dari huruf hijaiyah. Antara sifat dan makhrajnya huruf saling terkait. Makhraj huruf tidak akan tampak jika sifat hurufnya tidak dikeluarkan secara benar. Sebaliknya, sifat huruf tidak akan tepat selama tidak mengenai tempat keluarnya.
Faidah-faidah mengetahui sifat-sifat huruf yaitu :
1.    Meperbaiki pelafadzan pengucapan huruf-huruf pada makhrojnya;
2.    Membedakan huruf yang sejenis/mirip pada makhrojnya, seperti huruf ط dan ت, ذ dan ظ,ح dan هـ dan lain sebagainya;
3.    Mengetahui kuatnya huruf atau lemahnya, supaya dapat diketahui mana yang boleh diidghomkan dan mana yang tidak boleh.
Sifat-sifat yang melekat pada huruf hijaiyah mempunyai dua bagian, yaitu:
Pertama, Sifat lazim ( اَللَّازِمْ ), sifat-sifat yang tetap dalam masing-masing huruf hijaiyah. Sifat ini selamanya konstan (tetap), tidak pernah berubah-ubah selama huruf tersebut digunakan. Untuk sifat lazim ini dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:
1.      Sifat yang mempunyai lawan ( ذَوَاتُ الْاَضْدَادِ ), misalnya :
a)      Jahar lawannya Mahmus;
b)      Syiddah lawannya Rakhawah;
c)      Tawassuth bandingan antara Syiddah dan Rakhawah;
d)      Isti’la’ lawannya Istifal;
e)      Ithbaq lawannya Infitah;
f)       Idzlaq lawannya Ishmat.
2.      Sifat yang tidak mempunyai lawan ( لَاضِدَّلَهَا ), misalnya : Shafir, Qalqalah, Lein, Inhiraf, Takrir, Tafasysyi, I’tithalah, Ghunnah.
Kedua,Sifat ‘Aridh ( اَلْعَارِضْ ), sifat-sifat yang baru ada ketika huruf-huruf hijaiyah itu bertemu dengan huruf-huruf tertentu. Sifat ini tidak menetap dan selalu berubah menurut perubahan huruf yang ditemui.
Pada sifat kedua ini merupakan ruang lingkup ilmu tajwid, karena yang dimaksud sifat-sifat itu adalah seperti bacaan Izhar, Idgham, iqlab, ikhfa’, mad tafkhim, tarqiq, wakaf, ibtida’, saktah, sukun, syakal, atau harakat, dan sebagainya. [29]

2.      Macam-macam sifat huruf yang mempunyai lawan
Ulama’ berbeda pendapat pada pemasalahan tentang macam-macam sifat huruf, diantaranya sebagai berikut:
1.      Menurut Shohibur Ri’ayah (Makkî bin Abî Thôlib bin Hayûs) bahwa jumlah sifat-sifat adalah 44;
2.      Menurut Barkawî (Barkalî/Barkawî : Muhammad bin Bîr Alî bin Iskandar al-Barkalî ar-Rumî) jumlanya 14, jika dikurangi sifat idzlaq, ishmat, inhirof dan lain serta diambahkannya sifat ghunnah;
3.      Menurut Syârih Nûniyah as-Sakhôwi (Hasan bin al-Qôsim bin Abdillâh al-marâdî) jumlahnya 16, jika dikurangi sifat idzlaq dan ishmat serta ditambahkan sifat Hawa’I (Huruf Hawa’i : الألف);
4.      Menurut Mar’asî (Muhammad bin Abî Bakar al-Mar’asyî) jumlahnya 17.
Adapun pendapat yang utama adalah menurut Ibnu Jazarî yaitu 17 sifat.
1.      الهمس (Hams) Lawan  الجهر(Jahr)
a)      الهمس (Hams)       
Menurut bahasa :الحس الخفي (samar). Artinya : perasaan yang ringan lunak/lembut /tersembunyi. Maksudnya apabila huruf di ucapkan / di matikan mengeluarkan nafas.
Menurut istilah:
جريان النفس عند النطق بالحرف لضعفه ودالك من ضعف الاعتماد على المخرج
Artinya : Berjalannya nafas ketika mengucapkan dengan hurf, karena lemahnya huruf itu. Hal itu disebabkan lemahnya menekan kepada makhroj tersebut. Huruf Hams ada 10, dirumuskan dalam kalimat
فحثه شخص سكت
b)      الجهر (Jahr)
Menurut bahasa :
الاعلان والاظهار
Artinya : berkumandanglah jelas/terang. Maksudnya apabila huruf di ucapkan atau dimatikan tidakmengeluarkan nafas.
Menurut istilah :
انحباس جري النفس عند النطق بالحرف لقوته ودالك من قوة الاعتماد على المخرج
Artinya : Tertahannya perjalanan nafas ketika mengucapkan dengan huruf, karena kuatnya huruf itu. Hal itu., disebabkan karena kuatnya menekan/bersansar kepada makhroj tersebut. Huruf-huruf jahar selain dari huruf-huruf hams. [30]
2.      الشدة (Syiddah)  Lawan  (Rikhwah)  الرخاوة
a)      الشدة (Syiddah)
Menurut bahasa: القوة Artinya : Kuat. Maksudnya apabila huruf di ucapkan/dimatikan suaranya tertahan atau berhenti. Menurut istilah:
انحباس جريان الصوةعند النطق بالحرف لكمال قوة الاعتمادعلى المخرج
Artinya: Tertahannya perjalanan suara ketika mengucapkan dengan huruf karena sempurna kuatnya menekan kepada makhroj tersebut. Huruf-huruf Syiddah ada 8 huruf, dirumuskan dalam : اجد قط بكت
b)       الرخاوة (Rikhwah)
Menurut bahasa: اللين
Artinya: Lunak/lemah/lembut. Maksudnya apabila huruf diucapkan / dimatikan suaranya terlepas atau masih berjalan beserta huruf itu. Menurut istilah:
جريان الصوة  مع الحرف لضعف الاعتماد على المخرج
Artinya: Berjalannya suara beserta huruf karena lemahnya menekan kepada makhroj tersebut. Huruf-huruf rikhwah adalah selain huruf-huruf syiddah dan tawassuth.
c)       التواسط (Tawassuth)                
Menurut bahasa:
واما التواسط بين الشدة والرخاوة
Artinya: “Tengah-tengah.” Maksudnya apabila huruf diucapkan / dimatikan suaranya antara tertahan dan terlepas. Yakni antara syiddah dan rikhwah.
Menurut istilah:
عدم كمال اجتباس الصوت وعدم كمال جريانه مع الحرف ولكن الجريان اقرب   
Artinya : Tidak sempurna tertahannya dan berjalannya suara ketika mengucapkan huruf, tetapi berjalannya suara adalah lebih dekat. Huruf-hurufnya ada 5 dirumuskan dalam kalmiat: لن عمر [31]        

3.     الاستعلا  (Isti’laa ) Lawan ( Istifal ) الاستفال
a. الاستعلا (Isti’laa)
Menurut bahasa: العلو والارتفاع
Artinya: Tinggi dan terangkat. Maksudnya ketika mengucapkan huruf lidah terangkat / naik kelangit-langit mulut.
Menurut istilah:
ارتفاع للسان عند النطق بالحرف الى الحنك الاعلى
Artinya: terangkatnya / tingginya lidah ketika mengucapkan huruf sampai ke langit-langit atas. Huruf-hurufnya ada 7 dirumuskan dalam kalimat: خص ضغط قط 
b. الاستفال (Istifal)
Menurut bahasa:   الانحفاض
Artinya: rendah atau turun, maksudnya ketika mengucapkan huruf lidah turun ke dasar mulut.
Sedangkan menurut istilah:
ا نحطاط اللسان عند خروج الحرف عن الحنك الاعلى قاع الفم
Artinya: terhamparnya / rendahknya / kebawahnya lidah ketika keluarnya huruf dari langit-langit atau sampai ke pelataran mulut. Huruf-hurufnya adalah selain huruf-huruf isti’la. Artinya, tiap-tiap huruf isti’la disertai dengan suara tebal / talkhim. Sebaliknya huruf istifal selalu disertai suara tipis / tarqiq.
4.  الاطباق   (Ithbaq) Lawan  ا لانفتاح   
a. الا طبا ق   (Ithbaq)
Menurut bahasa :            الا لصا ق  
Artinya : melekat / menempel. Maksudnya lidah melekat / menempel pada langit-langit mulut ketika huruf diucapkan.
Menurut istilah:
تلاصق مايحادى اللسان من الحنك الاعلى على اللسان عند النطق بالحرف
Artinya: menempelnya / meletaknya apa yang mengarah pada lidah dari langit-langit atas terhadap lidah ketika mengucapkan huruf. Huruf-hurufnya ada 4 yang dirumuskan dalam  : ص ض ط ظ
b.   ا لانفتاح(Infitah)
Menurut bahasa:     الافتراك           
Artinya: terbuka / terpisah maksudnya ketika mengucapkan huruf lidah merenggang / terpisah dari langit-langit mulut.
Sedangkan menurut istilah:
انفتاح مابين اللسان والحنك الاعلى حتى يحرج الريح من بينهماعندالنطق بالحرف
Artinya: terbuka sesuatu apa yang ada diantara lidah dan langit-langit atas sehingga keluarlah angin diantara keduanya ketika mengucapkan huruf. Huruf-hurufnya selain huruf-huruf ithbaq.[32]

5.    الادلاق  (Idzlaq) lawanالاصمات
a. الادلاق (Idzlaq)
 Menurut bahasa : حدة اللسان وطلاقته
Artinya: berarti batas lidah dan ujungnya. Maksudnya ialah huruf-huruf yang keluar dari ujung lidah atau ujung bibir, karena itu cepat terucapkan.
Sedangkan menurut istilah:
على دلق اللسان والشفة اى طرفيهما  الاعتماد
   Artinya: menekannya pada dzalq lidah dan bibir. Yakni ujung keduanya. Huruf-hurufnya ada 6 huruf yang dirumuskan dalam فرمن لب
b. الاصمات (Ishmat)
Menurut bahasa :    المنع                      
Berarti menahan/tercegah/terhalang atau diam. Maksudnya adalah lawan dari sifat Idzlaq. Yaitu huruf-huruf yang tidak bertempat ujung lidah atau ujung bibir. Huruf-huruf ini agak lambat atau kurang cepat ketika terucapkan disbanding dengan huruf-huruf idzalq. Huruf-huruf ishmat adalah semua huruf selain huruf idzlaq.

















3.      PRAKTEK TAHSINUL QUR’AN



[1]              Ahmad Annuri, Panduan Tahsin Tilawah Al-Qur’an dan Ilmu Tajwid, (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar), hal. 121-122
[2] Ahmad Munir, Ilmu Tjwid dan Seni Baca Al-Qur’an, (Jakarta : Rineka Cipta ), hal. 49
[3]Saeruddin, Tuntunan Ilmu Tajwid Praktis, (Surabaya : INDAH Surabaya, 2004), hal. 115-121

[4]Ibid.,hal. 121
[5] Ahmad Annuri, Panduan Tahsin Tilawah Al-Qur’an dan Ilmu Tajwid, (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar), hal. 123
[6]Ibid.,hal. 123
[7]Saeruddin, Tuntunan Ilmu Tajwid Praktis, (Surabaya : INDAH Surabaya, 2004), hal. 124-126


[8]Ibid.,hal.,128-132
[9]Ibid.,hal. 135-140
[10]Ibid.,hal. 142-146
[11]http://zuhdidh.blogspot.co.id/2013/09/tahsinul-quran
[12] Ahmad Annuri, Panduan Tahsin Tilawah Al-Quran dan Ilmu Tajwid, (Jakarta Timur : Pustaka Al-Kausar), 2010, hlm 191.
[13]   Marzuki, PKn dan Hukum FIS UNY, hlm 3-4.
                [14] Al Ustadz Abdul Mukti Ts,ilmu tajuit dab adab membaca Al-Quran,(Bandung : sinar baru 1987) hal.107
[15] ibid
                [16] ahmad Munir dan Sudasono,ilmu tajwid dan seni baca Al-Quran, (jakarta: Rineka Cipta 1994), h. 41
                [17] H. Ahmad Annuri,panduan tahsin tilawah Al-Quran dan illmu Tajwid,(jakarta timur :putaka Al-Kautsar 2010), hal. 43
[18] Op.cit. hal. 41
                [19] M. Khalilurrahman Al Mahfani, juz ‘amma Tajwid berwarna dan terjemahannya,(jakarta: PT wahyu media 2009), hal. 20
[20] Opcit. Hal 31
                [21]  Al Ustadz Abdul Mukti Ts,ilmu tajuit dab adab membaca Al-Quran,(Bandung : sinar baru 1987) hal.52

[22] ibid
[23] ibid
[24] ibid
[25] ibid
2Ahmad an-nuri,panduan tahsin tilawah Al-Qur’an dan ilmu tajwid (Jakarta timur: pustaka Al-Kautsar),hlm.101
[28] Ahmad Annuri, Panduan Tahsin Tilawah Al Qur’an dan Ilmu Tajwid, (Jakarta: Pustaka Al Kausar. 2014) h, 65
[29]Amir, Abu. Dkk, Attaisiru Fil Qira’atis, (Jeddah:Maktabah Al-Haramain. 1994.) h,
[30] Ahmad Munir dan Sudarsono, Ilmu Tajwid dan Seni Baca Al Qur’an, (Jakarta: PT Rineka Cipta. 1994) h, 20-21
[31] Ibnu Katsir, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung:Cv Diponegoro. 2000)
[32] Muhyidin, Irabul Quranil Karim Wa Bayanuh.(1994)





No comments:

Post a Comment

Entri yang Diunggulkan

Makalah Pengembangan Kurikulum tentang Evaluasi Kurikulum