MAKALAH
TAHSINUL QUR’AN
Tentang
Oleh :
Muhammad Imam
Ashari Rambe
1614040023
Dosen Pembimbing:
Ihsan Nuzula, S.Pd.I, M.Pd.I
JURUSAN TADRIS
MATEMATIKA A
FAKULTAS
TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI IMAM BONJOL PADANG
TAHUN
AJARAN 2016/2017 M
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Hukum Mad
1.
Pengertian Mad
Mad
menurut bahasa artinya memanjangkan dan menambah. Sedangkan menurut istilah Mad
artinya memanjangkan suara dengan salah satu huruf dari huruf-huruf Mad (asli).
Huruf Mad ada tiga, yaitu : ي,و ,ا (alif, wawu, dan yaa.)[1]
Menurut Imam Hafsh bin Sulaiman bin
Mughirah Mad memiliki ukuran dan hukumnya, yaitu :
a.
Yang dibaca 2 alif atau 2,5 alif
(4 harokat atau lima harokat) yang disebut Wajib.
b.
Yang dibaca 2 alif atau 2,5 alif
(4 harokat atau lima harokat) yang disebut Jaiz.
c.
Yang harus dibaca 3 alif (6
harokat) yang disebut Lazim.[2]
2.
Macam-macam Mad
a.
Mad Asli atau Mad Thabi’i (asli)
Mad artinya Panjang, sedangkan
Thobi’i artinya biasa. Hukum bacaan disebut Mad Thabi’i yaitu bila huruf yang
dipanjangkan bunyi suara nya berupa :
1)
Hukum berharkat dhommahdan
sesudahnya terdapat huruf wawu sukun.
Contoh :
v يُؤْمِنُونَ
v يُنْفِقُونَ
2)
Huruf berharkat kasroh dan
sesudahnya terdapat huruf yaa sukun.
Contoh :
v الرَّحِيمِ
v الْعَالَمِينَ
3)
Huruf berharkat fathah dan
sesudahnya terdapat huruf alif.
Contoh :
v عَذَابٌ
v فَزَادَهُمُ
Cara membaca Mad Thabi’i harus
dipanjangkan satu alif atau dua harokat. Sebab dinamakan Mad Thabi’i karena
orang yang punya tabi’at sehat dan normal tidak akan membacanya lebih atau
kurang dari satu alif, baik ketika washal
(baca terus) atau waqaf (berhenti).
Membacanya kurang dari satu alif
hukumnya haram. Sedangkan membacanya lebih dari satu alif hukumnya sangat
makruh.[3]
b.
Mad Far’i (cabang)
Mad far’i
ialah mad yang lebih dari hukum aslinya, sebabnya adalah karena sesudahnya ada
huruf hamzah atau sukun (mati) pada waktu waqaf (berhenti).[4]
Mad far’i terbagi menjadi lima
belas (15), yaitu :
1)
Mad Wajib Muttashil
Wajib artinya bersambung. Hukum
bacaan disebut Mad Wajib Muttashil adalah apabila ada Mad Thabi’i bertemu
dengan huruf hamzah didalam satu kata.
Cara
membacanya wajib memanjangkan bunyi 4 atau lima harokat baik saat washal atau
waqaf dan boleh enam harokat jika hamzah terletak di akhir kata.[5]
Contoh :
v السَّمَاء
v سَوَاء
2)
Mad Jaiz Munfashil
Jaiz artinya boleh (dipanjangkan
lebih dari dua harokat atau satu alif). Munfashil artinya terpisah (antara Mad
dengan Hamzah).[6] Hukum bacaan disebut Mad Jaiz Munfashil yaitu apabila Mad
Thabi’i behadapan dengan huruf hamzah dilain kata.
Cara
membaacanya lebih baik dipanjangkan seperti panjangnya Mad Wajib Muttashil
yaitu dua setengah alif atau lima harokat, tetapi boleh juga dipanjangkan
seperti panjang Mad Thabi’i artinya hanya satu alif panjangnya atau dua
harokat.
Contoh :
v أَعْطَيْنَاكَ إِنَّا
v رَآبَاؤُهُمْ أُنْذِقَوْمًامَا
3)
Mad Lazim Mutsaqqal Kilmy
Lazim artinya pasti, Mutsaqqal
artinya diberatkan, sedangkan Kilmy asal kata “kalimah” artinya kata.
Hukum bacaan disebut Mad Lazim
Mutsaqqal Kilmy adalah apabila Mad Thabi’i berhadapan dengan huruf yang
bertasydid didalam satu kalimat atau perkataan.
Cara membacanya harus
dipanjangkan lebih dahulu sepanjang tiga alif atau enam harokat, lalu
ditasydidkan.[7]
Contoh :
v ٱلضَّآلِّين وَلَا
4)
Mad Lazim Mukhaffaf Kilmy
Mukhaffaf artinya diringankan.
Hukum bacaan disebut Mad Lzim Mukhaffaf Kilmy ialah bila Mad Thabi’i bertemu
dengan huruf yang berharokat sukun tidak diakhir perkataan.
Cara membacanya dipanjangkan
sampai tiga alif atau enam harokat atau seperti panjangnya Mad Lazim mutsaqqal
Kilmy.
Contoh
:
v وَقَدْ آلْآنَ
5)
Mad Layyin
Layyin
artinya lunak, hukum bacaan disebut Mad Layyin yaitu apabila ada huruf Mad,
baik yang berupa wawu sukun ataupun yaa sukun dan huruf sebelumnya berharokat
fathah.
Cara membacanya dengan lunak dan
lemas serta tidak boleh dipanjangkan.
Contoh :
v أَرَأَيْتَ
v رَيْبَ
6)
Mad ‘AridL Lissukun
‘Aridl artinya tiba-tiba ada,
sukun artinya mati. Hukum bacaan disebut ‘Aridl Lissukun yaitu apabila ada Mad
Thabi’i atau Mad Layyin dan sesudahnya ada waqaf (tempat berhenti). Membacanya
ada tiga cara, yaitu :
a)
Dibaca panjang sampai tiga alif atau
enam harokat atau sama dengan panjang Mad Wajib Muttashil. Ini lebih utama.
b)
Dibaca panjang dua alif atau
empat harokat atau dua kali panjang Mad thabi’i. Ini bacaan yang sedang.
c)
Dibaca panjang satu alif atau
dua harokat seperti Mad Thabi’i biasa. Ini bacaan yang pendek.[8]
Contoh :
v لِّلْمُتَّقِينَ هُدًى
v يُنفِقُونَ هُمْ
7)
Mad Shilah Qashirah
Shilah artinya : hubungan,
Qashirah artinya pendek. Hukum bacaan disebut mad shilah qashirah yaitu apabila
ada haa’ dlomir adalah kata ganti orang atau benda ketiga, dan haa’ dlomir itu
berada sesudah huruf yang berharokat.
Cara
membacanya dipanjangkan sampai satu (1) alif atau dua harokat atau seperti
panjang MAD THOBI’I, demikian itu jika tidak didahului huruf mati (sukun) atau
tidak dihubungkan dengan huruf lain berikutnya.
Contoh:
v
فَأُمُّهُ
Ha’dlomir yang didahului huruf sukun
atau dihubungkan dengan huruf lain berikutnya, membacanya tidak boleh
dipanjangkan. Contoh-contoh Ha’dlomir yang didahului huruf sukun :
Contoh :
v فِيهِ
8)
Mad shilah thowilah
Thowilah artinya panjang. Hukum
bacaan disebut Mad Shilah Thowilah ialah apabila Mad Shilah Qashiirah bertemu dengan
huruf hamzah. Cara membacanya sampai dua setengah alif atau satu alif seperti
Mad Thabi’i.
Contoh:
v إِلَّا عِنْدَهُ
v إِلَّا عِلْمِهِ
9)
Mad ‘Iwadl
‘Iwadl artinya ganti tanwin,
Tanwin diganti mad. Hukum bacaan disebut
Mad’iwadl adalah apabila ada fathatain pada huruf akhir kata yang diwaqafkan
atau desebut mad pengganti tanwin sehingga tanwin tidak berbunyi lagi.
Membacanya dipanjang satu alif seperti mad thobi’i.[9]
Contoh:
v ثُبُوْرًا يَدْعُوْ
v مَسْرُورًا
10)
Mad Badal
Badal artinya perubahan. Hukum bacaan
disebut Mad badal yaitu apabila ada hamzah bertemu dengan mad yang berasal dari
hamzah sukun. Kemudian hamzah ini diubah dan diganti dengan alif, wawu atau
yaa’.
Contoh:
v الْأُولَىٰ
v وْلَئِكَأُ
11)
Mad lazim harfi mukhaffaf
Harfi dari asal kata “harfun”
artinya huruf. Hukum bacaan disebut mad lazim harfi mukhaffaf ialah apabila
pada permulaan surat dari alqur’an ada terdapat salah satu atau lebih dari
antara huruf yang lima, yaitu haa’, yaa’, thaa’, haa’, dan raa’.
Cara membacanya dipanjangkan
sepanjang Mad thobi’i atau dua harokat.
Contoh:
v يس
v طه
12)
Mad lazim Harfi Mutsaqqal
Hukum
bacaan disebut Mad lazim Harfi Mutsaqql ialah apabila permulaan surat berupa
salah satu atau lebih dari huruf-huruf yang delapan yaitu nun, qaaf, shaad,
‘ain, siin, laam, kaaf, dan miim.
Kumpulan
dari huruf yang delapan adalah NAQUSHA ‘ASALUKUM Dan Sesudah Mad terdapat suara
huruf mati yang di idghamkan atau ditasydidkan. Cara membacanya dipanjangkan
tiga alif atau enam harokat.[10]
Contoh :
v الم
v المص
13)
Mad lazim musyabba’
Musyabba’ artinya dikenyangkan.
Hukum bacaan disebut mad lazim musyabba’ adalah seperti Mad Lzim harfi
mutsaqqal, hanya saja sesudah Mad terdapat suara huruf mati yang tidak
diidghamkan atau ditasydidkan.
Membacanya harus dipanjangan
seperti Mad Lazim Harfi Mutsaqqal, Yaitu tiga alif.
Contoh:
v يس
v آلم
14)
Mad Tamkin\
Tamkin artinya tepat (penetapan
atau penepatan). Hukum bacaan disebut Mad Tamkin adalah apabila ada yaa’ sukun
yang didahului dengan huruf yaa’ yang bertasydid dan harokatnya kasroh. Cara
membacanya ditepatkan pada tasydid dan mad thobi’inya.
15)
Mad Farq
Farq artinya membedakan atau
pembadaan. Hukumbacaan disebut Mad Farq adalah salah satu mad yang dalam
Al-qur’an hanya terdapat di empat tempat.
Cara membacanya harus
dipanjangkan untuk membedakan antara pertanyaan atau bukan.
Jagi dipanjangkannya itu supaya
jelas bahwa kalimat itu berbentuk pertanyaan.
Empat tempat itu ialah :
a.
Dua tempat disurat Al-An’am (6)
ayat 143-144
b.
Satu tempat disurat Yunus (10)
ayat 59
c.
Satu tempat disurat An-Naml (27)
ayat 59
c.
Praktek Tahsin Al-Qur’an
Tahsinul Qur'an adalah memperindah dan
memperbaiki bacaan al-Qur’an secara benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.
Mad merupakan salah satu Ilmu Tajwid.
Ilmu Tajwid adalah ilmu tentang tatacara membaca al-Qur’an yang baik dan benar,
baik cara melafalkan huruf dengan memperhatikan panjang bacaan ayat Al-Qur’an.[11]
B.
Hukum Qolqolah
1. Pengertian
Qalqalah
Qalqalah menurut bahasa artinya:
التَّحَرُّكُ وَالإِضْطِرَابُ
“Begerak
dan gemetar.”
Sedangkan
menurut istilah qalqalah[12]
ialah:
صَوْتٌ زَائِدٌقَوَيٌ
جَهَرِيٌ يَحْدُفىِ يَحْدُثُ فىِ مَخْرجِ ا لْحَرْفِ السَاكِنِ بَعْدَ ضَعْدَ
ضَغْطِةِ
Suara
tambahan (pantulan) yang kuat dan jelas yang terjadi pada huruf yang bersukun
setelah menekan pada makhraj huruf tersebut.
Huruf-huruf qalqalah ada 5 yaitu: qaf ق)), tha’(ط), ba’(ب), jim(ج) dan dal(د). Seluruhnya
terkumpul dalam kalimat:
قَطْبُ جَدٍ
Cara
membaca qalqalah ini harus terdengar suara pantulan pada setiap huruf dari lima
hurusnya,terutama ketika diwaqafkan.
2. Pembagian
Qalqalah
Dalam
ilmu tajwid, qalqalah terbagi menjadi dua yaitu:
a. Qalqalah
Shugrha (قَلْقَلَةٌ
صُغْرَ ى)
Shugrho artinya kecil. Qolqolah shughra menurut istilah ialah:
فَإِنَ كَا نَ سُكُوْنُهَا أَصْلِيَا فَهِيَ
صُغْرَى
Jika
huruf qalqalah bertanda sukun asli,maka ia dinamakan qalqalah shugrha
Pengertian
qalqalah secara bahasa ialah:
فَمَا سَكَنَ مِنْهَافِىوَسَطِ الْكَلِمَةِ
يُسَمَّى قَلْقَلَةٌ صُغْرَى
Apabila
huruf qalqalah tersebut bersukun ditengah kalimat,maka dinamakan qalqalah
shugra. Berdasarkan dua definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa qalqalah shughro terjadi pada dua
kondisi, yaitu apabila huruf qalqalah:
1.
Bersukun asli
2.
Bersukun ditengah kalimat
Adapun
contoh dari qalqalah shughra[13]
yaitu:
No.
|
Tertulis
|
Dibaca
|
Keterangan
|
1
|
لَقدْ
خَلَقْناالإْنسانَ
|
خَلَقْ
نَا
|
Huruf
Qaf sukun (ق) di baca memantul
|
2
|
حَتىَّ
مَطْلَعِ الفَجْرِ
|
مَطْ
لَعِ
|
Huruf Tha’ sukun (ط)
di baca memantul
|
b.
Qalqalah Kubra (قَلْقَلَةٌ كُبْرَى)
Kubra artinya besar. Qalqalah kubra menurut
istilah ialah:
إِنْ كاَ نَ سُكُوْنُهَا عَارِضًافِى الْوَ قْفِ
فَهِيَ كَبْرَى
Jika
huruf qalqalah bersukun aridh karena diwaqafkan, maka ia dinamakan qalqalah
kubra.
Kemudian
daalam kitab Al-Qaulus Sadid diterangkan pengertian qalqalah kubra yaitu:
وَمَاسَكَنَ مِنْهَافِى اَخِرِالْكَلِمَةِ
يُسَمَّى قَلْقَلَةٌ كُبْرَى
Apabila
huruf qalqalah tersebut bersukun diakhir
kalimat, ia dinamakan qalqalah kubra.
Berdaasarkan
dsarkan dua definisi diatas,dapat disimpulkan bahwa qalqalah kubra terjadi
apabila huruf qalqalah:
1.
Bersukun aridh karena diwakafkan. dengan kata
lain,huruf tersebut asalnya berharakat tetapi menjadi bersukun karena dibaca
waqaf.
2.
Bersukun dia akhir kaliamat
Adapun
contoh dari qalqalah kubra yaitu:
No.
|
Tetulis
|
Dibaca
|
Keterangan
|
1.
|
بِرَبِّ
الْفَلَقِ
|
الْفَلَقْ
|
Huruf
qaf (ق) dibaca sukun dan memantul
|
.2
|
مِنْ
ؤَرائِهِمْ مُحِيْطٌ
|
مُحِيْطْ
|
Huruf
tha’(ط) dibaca sukun dan memantul
|
.3
|
إِذَاؤَقَبَ
|
ؤَقَبْ
|
Huruf
ba’(ب) dibaca sukun dan memantul
|
c.
Praktek
Qolqolah Shugrha
Qs.
|
Contoh
Ayat Al-Qur’an
|
رَقْم
|
100:1
|
وَالْعاَدِياتِضَبْحاً
|
1
|
95:4
|
لَقَدْخَلَقْناَالإْنْساَنَ
فىِ تَضلِيْلٍ
|
2
|
Qolqolah
kubra
Qs.
|
Contoh
Ayat Al-Qur’an
|
رقم
|
111:1
|
تِبَّتْ
يَدَاّأَبىِ لَهَبِ وَتَبِّ
|
1
|
189:1
|
قُلْ هِىَ
مَوَاقِيْتُ لِنَّاسِ وَالْحَجِ
|
2
|
C. HUKUM مْ (MIM SUKUN)
Ada
tiga hokum bacaan (mim sukun) yaitu:
1. IZH-HAR
SYAFAWI اِظْهَارْ شَفَوِيِّ
Syafawi asal katanya “Syafatun”
artinya bibir
Hukum bacaan izh-har syafawi ialah
apabila mim sukun berhadapan dengan salah satu huruf hijaiyah dua puluh enam
(26).
Selain م (mim) dan ب(baa’)
Membacanya mim disuarakan dengan
terang dan jelas di bibir serta mulut tertutup, dan harus diperjelas lagi bila
mim sukun bertemu dengan,
و(Waw) dan ف(faa’)
Misalnya:
مْ (Mim) sukun bertemu ل (laam) = مملوكا (mamluukan)
Contoh lainnya:
مْ (Mim sukun) bertemu ء ( hamzah) = فَلَهُمْ
اَجْرٌ
Harus dibaca FALAHUM-AJRUHUM
مْ (mim sukun) bertemu ت (taa’) = اَلَمْ
تَرَكَيْفَ
Harus dibaca ALAM-TARAKAIFA
مْ (mim sukun) bertemu ث (tsaa’) = وُكِّلَ
بِكُمْ ثُمَّ
Harus dibaca WUKKILA BIKUM-TSUMMA
مْ (mim sukun) bertemu ج (jiim) =
لَهُمْ جَنَّتٌ
Harus dibaca LAHUM-JANNAATUN
مْ (mim sukun)
bertemuح (haa’) = عَلَيْهِمْ
حَافِظِيْنَ
Harus dibaca ‘ALAIHIM-HAAFIZHIIN
مْ (mim sukun) bertemu خ (khaa’) = هُمْ خَيْرُالبَرِيَّةِ
Harus dibaca HUM-KHAIRULBARIYYAH
مْ (mim sukun) bertemu د (daal) = فَدَمْدَمَ
Harus dibaca FADAM-DAMA
مْ (mim sukun) bertemu ذ (dhal) =
رَبُّكُمْ
ذُوْرَحْمَةٍ
Harus dibaca RABBUKUM-DZUURAHMAH
مْ (mim sukun) bertemu ر (raa’) = اِيْلَافِهِمْ
رِحْلَةَ
Harus dibaca IILAAFIHIM-RIHLATA
مْ (mim sukun) bertemu ز (zaai) = اَمْ زَيَّبَاالسَّمَاء
Harus dibaca AM-ZAYYANASSAMAA’
مْ (mim sukun) bertemu س (siin = فَوْقَكُمْ
سَبْعًا
Harus dibaca FAUQAKUM-SAB’AN
مْ (mim sukun) bertemu ش (syiin) = هُمْ
شَرُّالْبَرِيَّة
Harus dibaca HUM-SYAR RULBARIYYAH
مْ (mim sukun) bertemu ص (shad) = اِنْ كُنْتُمْ صَادِقِيْنَ
Harus dibaca INGKUNTUM-SHAADIQIIN
مْ (mim sukun) bertemu ض (dhaad) = وَامْضُوْا
Harus dibaca WAM-DLUU
مْ (mim sukun) bertemu ط (tho) = لَهُمْ
طَعَامٌ
Harus dibaca LAHUM-THA’AMM
مْ (mim sukun) bertemu ظ (zho) =
ظَنَنْتُمْ ظن السوء
Harus dibaca ZHANANTUM-ZHANNASSAU’
مْ (mim sukun) bertemu ع (‘ain) =
اذهم عليها
Harus dibaca IDZHUM-‘ALAIHAA
مْ (mim sukun) bertemu غ (ghain) = ماؤكم غورا
Harus dibaca MAAUKUM-GHAURAN
مْ (mim sukun) bertemu ف (faa’) = لهم
فيها
Harus dibaca LAHUM-FIIHAA
مْ (mim sukun) bertemu ق (qaaf) = راهم
قالوا
Harus dibaca RA-AAHUM-QAALUU
مْ (mim sukun) bertemu ك (kaaf) = ابهم
كانوا
Harus dibaca INNAHUM-KAANUU
مْ (mim sukun) bertemu ل (laam) = فمالهم
لا
Harus dibaca FAMAALAHUM-LAA
مْ (mim sukun) bertem ن (nun) = الم
بخعل
Harus dibaca ALAM-NAJ’AL
مْ (mim sukun) bertemu و (waw) = علهيم ولا
Harus dibaca ‘ALAIHIM-WALAA
مْ (mim sukun) bertemu ه (haa’) = امهلهم
Harus dibaca AM-HILHUM
مْ (mim sukun) bertemu ي (yaa’) = مالم
يغلم
Harus dibaca MAALAM-YA’LAM
2.
Ikhfa’ syafawi إِخْفَاءْ شَفَوِى
Yang
dimaksud ikhfa’ syafawi yaitu apabila ada mim mati ( مْ ) bertemu dengan huruf ba ( ب ). Cara membacanya sama disertai
dengan dengung ke hidung. Contohnya :
نَبَأَهُمْ بِالْحَقِّ dibaca naba`ahumm
– bilhaqqi
كَلْبُهُمْ بَاسِطٌ dibaca kulbuhumm
– baasithun
3. Idgham Mimi اِدْغَامٌ مِيمِي
Hukum bacaan disebut idgham mimi apabila mim sukun bertemu dengn mim yang sejenis. Cara membacanya adalah seperti menyuarakan mim rangkap atau ditasydidkan dan wajib dibaca dengung. Idgham mimi sering pula disebut idgham mitslain atau idgham mutamatsilain (idgham yang hurufnya serupa atau sejenis)
Contoh:
Mim mati bertemu huruf mim : وَمَا لَهُمْ مِنَ اللهِ
Mim mati bertemu huruf mim : اِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِيْنَ
Hukum bacaan disebut idgham mimi apabila mim sukun bertemu dengn mim yang sejenis. Cara membacanya adalah seperti menyuarakan mim rangkap atau ditasydidkan dan wajib dibaca dengung. Idgham mimi sering pula disebut idgham mitslain atau idgham mutamatsilain (idgham yang hurufnya serupa atau sejenis)
Contoh:
Mim mati bertemu huruf mim : وَمَا لَهُمْ مِنَ اللهِ
Mim mati bertemu huruf mim : اِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِيْنَ
Pengertian mim dan nun tasydid
Di dalam ayat-ayat suci Al-Qurannul-Karim sering kita dapati
kalimat-kalimat yang mempunyai huruf mim dan nun yang bertasydid (berbaris
syiddah ), seperti pada contoh-contoh kalimat berikut ini :
Dalam
hal yang semacam ini hendaknya kita harus dapat mengucapkan atau menyembunyikan
huruf yang bertasydid tadi harus benar-benar dighunnahkan[15] membacanya harus
nyata-nyata berdengung.[16] Dalam ilmu tajwid , hukum
mim dan nun yang bertasydid dikenal dengan istilah ghunnah musyaddadah.
Cara membaca ghunnah musyaddadah yaitu menghentakkan
suara mim atau nun yang bertasydid, didengungkan secara nyata ke pangkal
hidung, selama dua harakat/ketukan.[17]
Bunyi ghunnah yang keluarnya dari celah-celah Khaisum (janur
hidung) tidak mungkin dapat terdengar dengan jelas kalau huruf yang bertasydid
tadi kita baca dengan cepat. Oleh karena itu, di dalam masalah ini kita harus
mengucapkan atau membunyikan huruf yang bertasydid tadi dengan perlahan-lahan,
sehingga terdengarnya bunyi ghunnah itu seakan-akan tertahan di dalam ghunnah.
Untuk
selanjutnya cobalah kita belajar mengeluarkan suara ghunnah dengan baik pada
contoh-contoh kalimat di bawah ini :
ö@è% èqããr& Éb>tÎ/ Ĩ$¨Y9$# ÇÊÈ Å7Î=tB Ĩ$¨Y9$# ÇËÈ Ïm»s9Î) Ĩ$¨Y9$# ÇÌÈ `ÏB Ìhx© Ĩ#uqóuqø9$# Ĩ$¨Ysø:$# ÇÍÈ Ï%©!$# â¨Èqóuqã Îû Írßß¹ ÄZ$¨Y9$# ÇÎÈ z`ÏB Ïp¨YÉfø9$# Ĩ$¨Y9$#ur ÇÏÈ
(الناس 1-6)
§Ntã tbqä9uä!$|¡tFt ÇÊÈ Ç`tã Î*t6¨Z9$# ÉOÏàyèø9$# ÇËÈ Ï%©!$# ö/ãf ÏmÏù tbqàÿÎ=tGøèC ÇÌÈ xx. tbqçHs>÷èuy ÇÍÈ ¢OèO xx. tbqçHs>÷èuy ÇÎÈ
(النبا 1-5)
Di dalam mengeluarkan bunyi ghunnah ini tidak boleh lebih atau
kurang dari ukuran sepanjang mad thabi’i, yakni satu alif=dua harkat.[18]
Namun dibuku lain mengatakan Hukumnya ghunnah dibaca dua sampai empat harakat.[19]
Pengertian lam jalalah
Laumul Jalalah atau dari lafadh Allah. Lamul jalalah terletak
sesudah huruf yang berharkat fathah atau dhammah.[20]
Huruf lam yang makhraj hurufnya antara ujung lidah bersentuh dengan laklakan
atas sebelah luar, juga mempunyai hukum-hukum sebagaimana yang dimiliki oleh
huruf ra. Yang berbeda hanya istilahnya saja, yakni kalau di dalam huruf ra ada
tafkhim, sedangkan pada huruf lam ada taghlizh, sekalipun demikian maksudnya
sama, yakni menebalkan ucapan suara huruf.[21]
Taghlizh pada huruf lam ini menurut kesepakatan para ahli tajwid
tebagi ke dalam dua bagian, yaitu :
a.
Muttafak alaih
Muttafak alaih adalah hukum yang sudah disepakatkan oleh seluruh
ahli tajwid untuk mentaghlizhkan (menebalkan) bacaan huruf lam sesudah ada
huruf yang berbaris fathah atau dhammah. Tentunya yang dimaksud oleh penyusun
di sini ialah huruf “lam” yang berada pada lafazh الله
saja, lain dari itu tidak. Lebih jelasnya dapat kita perhatikan contoh-contoh
di bawah ini :
قال الله وشهدالله وليقول الله ورسول الله
ا طاع الله ان الله قالوااللهم لعنهم الله
Semua contoh ini huruf
lam-nya mesti dibaca taghlizh (tebal).[22]
Tetapi kalau sebelum huruf “lam-jalalah” tadi ada huruf yang
berbaris kasrah mahdah (tulen), maka tidak ada satu pun dari para ahli tajwid
yang berselisih pendapat tentang mestinya dibaca tarqiq pada huruf lam-nya itu.
Baik adanya kasrah itu bersambung pada tulisannya, atau berpisahnya baru atau
memang kasrahnya tetap, mesti dibaca dengan tarqiq. Lebih jelas dapat kita lihat
pada contoh-contoh di bawah ini :
لله وبالله افي الله بسم الله وقل اللهم مايفتح الله
واحل الله في
سبيل الله مر ضا ت الله [23]
b.
Hukum mukhtalif fih
Hukum mukhtalif fih adalah suatu hukum yang diikhtilafkan oleh
para ahli tajwid di mana pembacaan huruf “lam-jalalah” tadi adanya sesudah
huruf “Ra-Mumalah” (ra yang mengandung imalah) sebagaimana riwayat Syaikh Susi
pada bacaan firman Allah yang berbunyi : نرئنرئ
الله وسيرئ الله
Disini huruf lam-nya boleh dibaca dengan tafkhim karena tidak
adanya kasrah khalish sebelumnya. Demikian menurut pendapat ahli qurra Syaikh
Sakhawi dan Syaikh Syathibi. Adapun menurut pendapat Syaikh Dani, beliau
membacanya dengan tarqiq karena tidak adanya fathah khalish.[24]
Begitu pula di
dalam hukum mukhatalif fih, pada selain huruf lam-jalalah suka dibaca dengan
taghlizh, menurut pembacaan qiraat Syaikh Warasy pada seluruh huruf “lam” yang
berbaris fathah mukhaffafah atau lam yang bertasydid di tengah atau di akhir
yang adanya sebelum huruf (ظ ط ص) baik
huruf-huruf tersebut berbaris fathah, sukun, maupun bertasydid . sebagai contoh
dapat kita lihat di
bawah ini :علئ صلاتهم وتابواواصلحوا اويصلبوا
وايات مفصلات
وان يوحل وله طلبا ومطلع الفجر ومعطلة
وظلمواواظلم
Dan apabila huruf “lam” nya didhammahkan atau dikasrahkan atau
berbaris sakin (mati) sesudah adanya huruf-huruf yang tiga tadi (ظ ط ص) maka menurut
kesepakatan para ahli tajwid dibacanya mesti ditarqiqkan. Perhatikan contoh
dibawah ini :
لظلوا الامن
ظلم فظلتم تطلع على قوم يصلى عليكم وصلنا لهم القول
Begitu pula kalau memang huruf-huruf tersebut (
ص ط ظ ) didhammahkan atau dikasrahkan, seperti contoh di bawah ini :
ظلل ظلال وعطلت
وفصلت
Maka tetap dibacanya mesti
ditarqiqkan.[25]
D. HUKUM
BACAAN ALIF LAM SYAMSIAH DAN ALIF LAM QAMARYAH
1.
Hukum
bacaan alif lam syamsiah dan alif lan qomariyah
Alif
lam selalu berhubungan dengan nama benda
atau perkataan-perkataan dalam bahasa Arab yang disebut alif lam ta’rif .Apabila
alif lam ta’rif bertemu dengan huruf hijaiyah yang 29,hukumbacaannya terbagi
dua bagian,yaitu alif lam qomariyah dan alif lam syamsiah.
Contoh
bacaan Qomariyah
contoh alif lam syamsiah
ا لعَلَمِيْن , فِئ ا
لإَْرْ ضِرَب لدِّ يْنِ , يَوْ مِ ا
a. Alif lam syaamsiah
Adalah Alif lam sukun
yang bertemu dengan salah satu hurum syamsiah dan dibacanya lebur/ idgham.
Jumlah huruf syamsiah ada
14 . Keempat belas huruf syamsiah yaitu:
ط
ث ص ر ت ر ذ س ن د ش ظ ض ل
Alif lam syamsiyah
dibaca lebur/idgham . Artinya ketika alif lam beremu dengan salah satu huruf
syamsiyah , suara alif lam dbaca lebur .Hal ini biasanya di perjelas dengan
mencantumkan harakat syiddah. Cara membaca seperti ini disebut idgham
syamsiyah. Contoh:
يَوْ
مِ ا لدِّ يْنِ bacaan alif lam lebur dibaca ditekan menjadi مِ دِّ يْنِيَوْ
Cara membaca alif lam syamsiyah:
b.
Alif
lam Qomariyah
Adalah alif lam sukun yang bertemu dengan salah satu huruf
qamariyah dan bacaan nya jelas/ izhar.Yaitu
ء
ب غ ح
ج ك و خ ف ق ي م ه
Keempat huruf qamariyah ini dapat dikumpukan dalam kailmat :
إِ
بْعِ حَجَّكَ وَ خَفْ عَقِيْمَهْ
Membaca alif lam Qamariyah harus jelas izhar/ izhar.Artinya apabila ali
lam bertemu dengan salah satu huruf Qamariyah ,suara lam dibacanya
jelas atau diucapakan (tidak hilang) saat membacanya .Cara membacanya seperti
ini dinamakan izhar Qomariyah.[26]
Cara membaca Alif lam Qomariyah
B. PERBEDAAN
MEMBACA ALIF LAM SYAMSIAH dengan ALIF LAM
QOMARIYAH
Ada
beberapa perbedaan membaca alif lam syamsiah dengan alif lam qomariyah.2
Perhatikan
perbedaan nya pada tabel berikut:
C.ALIF
LAM SYAMSIYAH dan ALIF LAM QOMARIYAH DALAM SURAH AD-DUHA dan AL-ADIYAT
1.Hukum
Bacaan Alif Lam Surah Ad-Duha
D.Hukum
Nun Tasydid
Dalam ilmu tajwid nun yang bertasydid dikenal dengan istilah
gubnnah musyaddah.
Gunnah menurut bahasa artinya adalah dengung musyaddadah
artinya bertasydid atau memakai tasydid.
Gunnah menurut bahasa artinya adalah :suara yang jelas
(dan nyaring) yang keluar dari al-khasyim (pangkal hidung)dan tidak menggunakan
lidah pada waktu mengucapkannya.
Sedangkan
pengertian Ghunnah musysddah yang di maksud dalam bagian ini adalah huruf mim
dan nun yang dalam keadaan bertasydid.[27]
Cara membaca ghunnah musyaddadah yaitu dengan mengantarkan
suara nun atau mim yang bertasydid , di dengungkan secara pangkal hidung,
selama dua harkat atau ketukan.
Nun tasydid berasal dari dua mim atau nun , mim atau nun
yang pertama sukun, dan mim atau nun yang kedua harakat, sehingga mim atau nun
yang pertama di masukan ke dalam mim atau nun yang kedua, dan terjadilah
bertasydid.
E. Sifat-sifat huruf
yang berlawanan
1.
Pengertian sifat-sifat huruf
Sifat menurut bahasa adalah sesuatu yang melekat atau
menetap pada sesuatu yang lain atau :
ماقام بالشئ من المعانى
كالعلم والسواد
Berarti suatu arti atau makna yang berada pada
sesuatu, seperti ilmu. Sedang yang dimaksud sesuatu yang lain adalah
huruf-huruf hijaiyah.
Adapun menurut
pengertian istilah, sifat adalah :
اَلصِّفَةُهِىَ كَيْفِيَّةٌعَارِضَةٌلِلْحَرْفِ
عِنْدَحُصُوْلِهِ فِى الْمَخْرَجِ مِنَ الْجَهْرِوَالرَّخَاوَةِوَالْهَمْسِ
وَالشِّدَّةِونَحْوِهَا
“Sifat
adalah cara baru bagi keluarnya huruf ketika sampai pada tempat keluarnya, baik
berupa jahr, Rakhawah, Hams, Syiddah dan sebagainya.” [28]
Pada
pengertian tersebut, tampak bahwa sifat-sifat huruf hijaiyah selalu dikaitkan
dengan makhrajnya, mengingat makhraj huruf merupakan standar untuk penentuan
sifat dari huruf hijaiyah. Antara sifat dan
makhrajnya huruf saling terkait. Makhraj huruf tidak akan tampak jika sifat
hurufnya tidak dikeluarkan secara benar. Sebaliknya, sifat huruf tidak akan
tepat selama tidak mengenai tempat keluarnya.
Faidah-faidah mengetahui sifat-sifat huruf
yaitu :
1. Meperbaiki
pelafadzan pengucapan huruf-huruf pada makhrojnya;
2. Membedakan
huruf yang sejenis/mirip pada makhrojnya, seperti huruf ط dan ت, ذ dan ظ,ح dan هـ dan
lain sebagainya;
3. Mengetahui
kuatnya huruf atau lemahnya, supaya dapat diketahui mana yang boleh diidghomkan
dan mana yang tidak boleh.
Sifat-sifat yang melekat
pada huruf hijaiyah mempunyai dua bagian, yaitu:
Pertama, Sifat lazim ( اَللَّازِمْ ), sifat-sifat yang
tetap dalam masing-masing huruf hijaiyah. Sifat ini selamanya konstan (tetap),
tidak pernah berubah-ubah selama huruf tersebut digunakan. Untuk sifat lazim
ini dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:
1. Sifat yang mempunyai
lawan ( ذَوَاتُ الْاَضْدَادِ ), misalnya :
a)
Jahar lawannya Mahmus;
b)
Syiddah lawannya Rakhawah;
c)
Tawassuth bandingan antara Syiddah dan Rakhawah;
d)
Isti’la’ lawannya Istifal;
e)
Ithbaq lawannya Infitah;
f)
Idzlaq lawannya Ishmat.
2.
Sifat yang tidak mempunyai lawan ( لَاضِدَّلَهَا ), misalnya : Shafir, Qalqalah, Lein, Inhiraf, Takrir,
Tafasysyi, I’tithalah, Ghunnah.
Kedua,Sifat ‘Aridh ( اَلْعَارِضْ ), sifat-sifat yang
baru ada ketika huruf-huruf hijaiyah itu bertemu dengan huruf-huruf tertentu.
Sifat ini tidak menetap dan selalu berubah menurut perubahan huruf yang
ditemui.
Pada
sifat kedua ini merupakan ruang lingkup ilmu tajwid, karena yang dimaksud
sifat-sifat itu adalah seperti bacaan Izhar, Idgham, iqlab, ikhfa’, mad
tafkhim, tarqiq, wakaf, ibtida’, saktah, sukun, syakal, atau harakat, dan
sebagainya. [29]
2.
Macam-macam
sifat huruf yang mempunyai lawan
Ulama’
berbeda pendapat pada pemasalahan tentang macam-macam sifat huruf, diantaranya
sebagai berikut:
1. Menurut
Shohibur Ri’ayah (Makkî bin Abî Thôlib bin Hayûs) bahwa jumlah sifat-sifat
adalah 44;
2. Menurut
Barkawî (Barkalî/Barkawî : Muhammad bin Bîr Alî bin Iskandar al-Barkalî
ar-Rumî) jumlanya 14, jika dikurangi sifat idzlaq, ishmat, inhirof dan lain
serta diambahkannya sifat ghunnah;
3. Menurut
Syârih Nûniyah as-Sakhôwi (Hasan bin al-Qôsim bin Abdillâh al-marâdî) jumlahnya
16, jika dikurangi sifat idzlaq dan ishmat serta ditambahkan sifat Hawa’I
(Huruf Hawa’i : الألف);
4. Menurut
Mar’asî (Muhammad bin Abî Bakar al-Mar’asyî) jumlahnya 17.
Adapun pendapat yang utama adalah menurut Ibnu
Jazarî yaitu 17 sifat.
1.
الهمس (Hams)
Lawan الجهر(Jahr)
a)
الهمس (Hams)
Menurut bahasa :الحس الخفي (samar). Artinya : perasaan yang ringan lunak/lembut /tersembunyi.
Maksudnya apabila huruf di ucapkan / di matikan mengeluarkan nafas.
Menurut istilah:
جريان النفس عند النطق
بالحرف لضعفه ودالك من ضعف الاعتماد على المخرج
Artinya :
Berjalannya nafas ketika mengucapkan dengan hurf, karena lemahnya huruf itu.
Hal itu disebabkan lemahnya menekan kepada makhroj tersebut. Huruf Hams
ada 10, dirumuskan dalam kalimat
فحثه شخص سكت
b)
الجهر (Jahr)
Menurut bahasa :
الاعلان والاظهار
Artinya : berkumandanglah jelas/terang. Maksudnya apabila huruf
di ucapkan atau dimatikan tidakmengeluarkan nafas.
Menurut istilah :
انحباس جري النفس عند
النطق بالحرف لقوته ودالك من قوة الاعتماد على المخرج
Artinya : Tertahannya
perjalanan nafas ketika mengucapkan dengan huruf, karena kuatnya huruf itu. Hal
itu., disebabkan karena kuatnya menekan/bersansar kepada makhroj tersebut. Huruf-huruf jahar selain
dari huruf-huruf hams. [30]
2.
الشدة (Syiddah)
Lawan (Rikhwah) الرخاوة
a)
الشدة (Syiddah)
Menurut bahasa: القوة Artinya : Kuat. Maksudnya
apabila huruf di ucapkan/dimatikan suaranya tertahan atau berhenti. Menurut istilah:
انحباس جريان الصوةعند
النطق بالحرف لكمال قوة الاعتمادعلى المخرج
Artinya: Tertahannya
perjalanan suara ketika mengucapkan dengan huruf karena sempurna kuatnya
menekan kepada makhroj tersebut. Huruf-huruf Syiddah ada 8
huruf, dirumuskan dalam : اجد قط بكت
b)
الرخاوة (Rikhwah)
Menurut bahasa: اللين
Artinya:
Lunak/lemah/lembut. Maksudnya apabila huruf diucapkan / dimatikan suaranya
terlepas atau masih berjalan beserta huruf itu. Menurut istilah:
جريان الصوة مع
الحرف لضعف الاعتماد على المخرج
Artinya: Berjalannya
suara beserta huruf karena lemahnya menekan kepada makhroj tersebut.
Huruf-huruf rikhwah adalah selain huruf-huruf syiddah dan tawassuth.
c)
التواسط (Tawassuth)
Menurut bahasa:
واما التواسط بين الشدة
والرخاوة
Artinya: “Tengah-tengah.” Maksudnya apabila huruf
diucapkan / dimatikan suaranya antara tertahan dan terlepas. Yakni antara syiddah
dan rikhwah.
Menurut istilah:
عدم كمال اجتباس الصوت
وعدم كمال جريانه مع الحرف ولكن الجريان اقرب
Artinya : Tidak
sempurna tertahannya dan berjalannya suara ketika mengucapkan huruf, tetapi
berjalannya suara adalah lebih dekat. Huruf-hurufnya ada 5
dirumuskan dalam kalmiat: لن عمر [31]
3. الاستعلا (Isti’laa ) Lawan ( Istifal ) الاستفال
a. الاستعلا (Isti’laa)
Menurut bahasa: العلو والارتفاع
Artinya: Tinggi dan
terangkat. Maksudnya ketika mengucapkan huruf lidah terangkat / naik
kelangit-langit mulut.
Menurut istilah:
ارتفاع للسان عند
النطق بالحرف الى الحنك الاعلى
Artinya: terangkatnya / tingginya lidah ketika
mengucapkan huruf sampai ke langit-langit atas. Huruf-hurufnya ada 7 dirumuskan
dalam kalimat: خص ضغط قط
b. الاستفال (Istifal)
Menurut bahasa: الانحفاض
Artinya: rendah atau
turun, maksudnya ketika mengucapkan huruf lidah turun ke dasar mulut.
Sedangkan menurut
istilah:
ا نحطاط اللسان عند
خروج الحرف عن الحنك الاعلى قاع الفم
Artinya: terhamparnya /
rendahknya / kebawahnya lidah ketika keluarnya huruf dari langit-langit atau
sampai ke pelataran mulut. Huruf-hurufnya adalah selain huruf-huruf isti’la.
Artinya, tiap-tiap huruf isti’la disertai dengan suara tebal / talkhim.
Sebaliknya huruf istifal selalu disertai suara tipis / tarqiq.
4. الاطباق (Ithbaq)
Lawan ا
لانفتاح
a. الا طبا ق
(Ithbaq)
Menurut bahasa : الا
لصا ق
Artinya : melekat / menempel.
Maksudnya lidah melekat / menempel pada langit-langit mulut ketika huruf
diucapkan.
Menurut istilah:
تلاصق مايحادى اللسان من
الحنك الاعلى على اللسان عند النطق بالحرف
Artinya: menempelnya /
meletaknya apa yang mengarah pada lidah dari langit-langit atas terhadap lidah
ketika mengucapkan huruf. Huruf-hurufnya ada 4 yang dirumuskan dalam : ص ض ط ظ
b. ا لانفتاح(Infitah)
Menurut bahasa: الافتراك
Artinya: terbuka /
terpisah maksudnya ketika mengucapkan huruf lidah merenggang / terpisah dari
langit-langit mulut.
Sedangkan menurut
istilah:
انفتاح مابين اللسان
والحنك الاعلى حتى يحرج الريح من بينهماعندالنطق بالحرف
Artinya: terbuka
sesuatu apa yang ada diantara lidah dan langit-langit atas sehingga keluarlah
angin diantara keduanya ketika mengucapkan huruf. Huruf-hurufnya selain
huruf-huruf ithbaq.[32]
5. الادلاق (Idzlaq)
lawanالاصمات
a. الادلاق (Idzlaq)
Menurut bahasa :
حدة اللسان وطلاقته
Artinya: berarti batas
lidah dan ujungnya. Maksudnya ialah huruf-huruf yang keluar dari ujung lidah
atau ujung bibir, karena itu cepat terucapkan.
Sedangkan menurut
istilah:
على دلق اللسان والشفة
اى طرفيهما الاعتماد
Artinya:
menekannya pada dzalq lidah dan bibir. Yakni ujung keduanya. Huruf-hurufnya ada
6 huruf yang dirumuskan dalam فرمن لب
b. الاصمات (Ishmat)
Menurut bahasa : المنع
Berarti menahan/tercegah/terhalang atau diam. Maksudnya
adalah lawan dari sifat Idzlaq. Yaitu huruf-huruf yang tidak bertempat
ujung lidah atau ujung bibir. Huruf-huruf ini agak lambat atau kurang cepat
ketika terucapkan disbanding dengan huruf-huruf idzalq. Huruf-huruf ishmat adalah semua huruf selain huruf idzlaq.
3.
PRAKTEK TAHSINUL QUR’AN
[1] Ahmad Annuri, Panduan Tahsin Tilawah Al-Qur’an dan Ilmu
Tajwid, (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar), hal. 121-122
[2] Ahmad Munir, Ilmu Tjwid dan
Seni Baca Al-Qur’an, (Jakarta : Rineka Cipta ), hal. 49
[3]Saeruddin, Tuntunan Ilmu
Tajwid Praktis, (Surabaya : INDAH Surabaya, 2004), hal. 115-121
[5] Ahmad Annuri, Panduan Tahsin
Tilawah Al-Qur’an dan Ilmu Tajwid, (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar), hal. 123
[11]http://zuhdidh.blogspot.co.id/2013/09/tahsinul-quran
[12] Ahmad Annuri, Panduan Tahsin Tilawah Al-Quran dan Ilmu Tajwid, (Jakarta
Timur : Pustaka Al-Kausar), 2010, hlm 191.
[13] Marzuki, PKn dan Hukum FIS
UNY, hlm 3-4.
[18] Op.cit. hal. 41
[21] Al Ustadz Abdul Mukti Ts,ilmu tajuit dab adab
membaca Al-Quran,(Bandung : sinar baru 1987) hal.52
[22] ibid
[23] ibid
[24] ibid
[25] ibid
[26] https://www.scribd.com
>mobile >doc
[28] Ahmad Annuri, Panduan Tahsin Tilawah Al Qur’an dan Ilmu Tajwid,
(Jakarta: Pustaka Al Kausar. 2014) h, 65
[29]Amir, Abu. Dkk,
Attaisiru Fil Qira’atis, (Jeddah:Maktabah Al-Haramain. 1994.) h,
[30] Ahmad Munir dan Sudarsono, Ilmu Tajwid dan Seni Baca Al Qur’an,
(Jakarta: PT Rineka Cipta. 1994) h, 20-21
No comments:
Post a Comment